"Hoek!" Kania tiba-tiba merasa mual setelah pelayan menyajikan makanan dihadapannya. Ia mual beberapa kali sambil menoleh ke arah Bryan yang terlihat cuek sambil menyantap makanan.
"Hoek!" Kania kembali mual-mual dengan tatapan mata yang semakin tajam.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Bryan menyantap spaghettinya sambil membalas tatapan tajam kania dengan sangat santai.
"Kamu masih bertanya aku KENAPA?"
"Iya memang kenapa lagi? Kamu masuk angin? Pusing? Apa Demam?" Bryan menyentuh dahi calon istrinya itu dengan cuek. "Tuh suhu tubuhmu hangat! Makanya jangan cerewet! Ya Tuhannn mimpi apa aku bisa dijodohkan denganmu! Entah karma apa yang harus aku tebus saat ini."
"Kalau aku hamil?" Tanya Kania dengan spontan sambil memeluk perutnya.
Bryan tertawa kencang setelah ucapan wanita tersebut dilontarkan. Entah kenapa kata hamil itu menggelitik perutnya. Memangnya ada orang hamil dalam waktu semalam? Yang benar saja!
"Dasar bodoh!" Bryan menoyor kepalanya.
"Bryan aku serius! Ini semua karena otak mesum kamu! Kamu tahu itu?" Ujarnya dengan nada terbata karena mual yang ia alami.
"Tidak pernah ada dalam sejarah, orang hamil setelah sehari berhubungan."
"Tapi... hoek...!!!"
"HAHAHA!" Bryan masih tertawa dengan sangat kencang karena pembahasan hamil mereka saat ini.
"Dasar duda sialan!" Sentak Kania seraya bangkit berdiri dan berniat untuk mencakup spaghetti yang ada di piring untuk dilemparkannya kepada Bryan.
Namun karena Bryan lebih dulu sadar dengan apa yang akan Kania lakukan, pria itu menahan segala pergerakan Kania dan menariknya kedalam pangkuan dengan senyuman licik.
"Kamu suka sekali dipangku ya? Selalu mencari kesempatan!" Goda Bryan menjahilinya.
"Lepas, biarkan aku mencakar wajah jelekmu itu! Begini sikapmu jikalau aku hamil? Dasar tidak bertanggung jawab!"
"Jadi kamu mau dihamili?" Tanya Bryan jahil dengan dekapan yang lebih erat dari sebelumnya. "Kamu menolak masuk angin, dan memilih hamil?" Tanyanya lagi yang membuat wajah Kania semakin memerah padam.
"Perlukah aku pesan hotel sekarang?" Tanya Bryan seraya meniup telinga Kania yang sudah meremang dan tak bergeming sama sekali.
Tubuhnya begitu kaku saat bibir Bryan berada dekat sekali dengan telinganya. Bahkan hembusan nafas hangat Bryan dapat ia rasakan dengan jelas.
"Kamu ketagihan ya?"
"Ehemm." Suara deheman seseorang membuat keduanya saling menjauh dengan spontan. Bryan membuat Kania duduk manis disampingnya dengan tampang flat saat Adrian dan Ellena datang.
"Kenapa mereka juga disini?" Kania bertanya dengan ketus. Kenapa mereka juga harus datang? Kania sudah terlalu muak bertemu dengan penghianat itu. Fitting gaun mereka bertemu, makan malam juga bertemu, belum lagi pernikahan mereka juga dilakukan secara bersamaan. Sangat menyebalkan!
"Mamaku dan mama kamu yang undang. Katanya, mereka ingin kita membangun kerukunan."
"Cihh.... membangun kerukunan apanya."
"Kamu nggak ada hak buat nggak suka, Kania. Posisi kamu dan Ellena setara. Jika kamu tidak suka, pergi saja." Adrian berkata-kata dengan tajam.
"Kamu...."
"Sudah, cukup! Orangtua kita bentar lagi datang."
"Bryan jangan halangi aku untuk bicara!"
"Jangan ngoceh terus, makan!" Ujar Bryan seraya membawakan sepiring spaghetti kepada Kania. "Kamu nggak mau masuk angin dan demammu bertambah parah kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Matchmaking
RomanceDijodohkan oleh orang tua, membuat Bryan si duda dingin, dan Kania si perawan agresif terpaksa menikah tanpa cinta dan kecocokan. Selain Bryan yang gagal move on setelah istrinya meninggal, ternyata Kania merupakan mantan dari adik Bryan yang pernah...