9 Not Love

4.2K 543 38
                                    

Plakk....!!! Suara tepisan tangan yang begitu kencang terdengar nyaring ketika Kania ingin menyentuh sebuah guci antik yang menarik perhatiannya.

Saat ini Kania berada di apartemen Bryan, karena dipaksa untuk ikut. Bryan memang terpaksa membawa Kania bersamanya karena permintaan Wenny. Mereka tidak mau Kania tahu keadaan ibunya yang sebenarnya.

"Aku bawa kamu kesini, bukan untuk menyentuh barang-barang Raysa." Ujar Bryan dingin.

Kania yang terkejut langsung memeluk pergelangan tangannya dengan ringisan. Tangannya terasa sakit karena tepisan Bryan yang terlalu kuat.

"Aku hanya ingin melihatnya! Kamu menyakitiku..." Kania mengusapi jemarinya dengan bibir memanyun.

"Aku tidak suka jika orang asing sepertimu menyentuh barang Raysa."

"Orang asing katamu?"

"Ingat Kania, ingat perkataanku sejak awal kita bertemu. Aku tidak akan pernah bisa mencintaimu." Amarah Bryan tiba-tiba meledak tanpa sebab. Memang seperti itulah sikap Bryan ketika mengingat mendiang istrinya yang telah lama meninggal.

"Lalu kenapa kamu melakukan itu padaku?" Kania meraih kerah kemeja Bryan dengan cengkraman yang kuat ketika ia merasa dirinya tengah direndahkan.

"Kamu juga menggodaku, jangan sok merasa menjadi korban. Kamu yang menggodaku lebih dulu!"

"Bukan berarti kamu bisa melakukannya disaat aku tidak sadar! Tanpa izinku!"

"Dan bukan berarti karena aku bersalah kamu bisa berbuat semena-mena padaku! Ingat jika aku sudah peringatkan, aku tidak akan pernah mencintaimu."

"Dasar brengsek!" Kania yang diliputi amarah ikut meledakkan emosinya. Dengan spontan ia mengambil guci yang Bryan larang untuk disentuh itu, dan membantingnya hingga pecah.

"Kamu meniduriku dengan bejat, lalu kamu menyalahkanku? Kamu mengajakku kemari tanpa alasan, lalu menyalahkanku lagi? Kamu pikir aku akan diam saja?"

Tak puas hanya memecahkan satu guci, Kania menghampiri pajangan-pajangan lain. Ia juga membanting semua foto-foto Bryan bersama Raysa, mantan istrinya, hingga foto kenangan yang Bryan jaga selama ini hancur begitu saja.

"Kamu sangat lancang dan keterlaluan! Kau tau itu?"

"Kamu juga keterlaluan dengan memperkosaku. Sekarang jika aku ingin membatalkan pernikahan, apa kamu bisa mengembalikan harga diriku? Kamu pikir barang-barang orang mati itu ada harganya dibandingkan dengan harga diriku? Jawab!"

Mata Bryan langsung memerah karena dikuasai amarah. Selama lima tahun terakhir tidak pernah ada orang yang berani menyentuh barang-barang Raysa. Dan tanpa rasa bersalah, Kania menghancurkan semua kenangan Raysa begitu saja.

Tangan Bryan sudah mengepal erat saat ini. Jika saja Kania bukan seorang wanita, atau lebih tepatnya jika ia tidak mengambil hal berharga yang Kania miliki, mungkin Bryan sudah mengusir dan menggamparnya dengan sekuat tenaga. Kania beruntung karena Bryan memiliki hutang rasa bersalah.

"Kamu diam saja?"

"Jangan memancing amarahku, masuk ke kamar tamu dan tidurlah."

"Kamu pikir kamu siapa bisa menyuruhku seenak jidat?" Kania mengambil tasnya yang ada di sofa, lalu beranjak untuk pergi. "Kenapa kamu mengajakku kemari jika kamu tidak berkenan semua barang-barang itu disentuh? Lagipula aku harus pulang kerumah Mama! Dasar perusak rencana orang!"

Demi Tuhan jika bukan permintaan ibunya untuk menahan Kania, Bryan tidak akan peduli dia mau pergi atau menghilang. Apalagi setelah semua yang wanita itu lakukan.

Sexy Matchmaking Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang