"Mama mau menjodohkanku? Mama gila?" Bryan membentak ibunya dengan nada suara yang sangat lantang dan penuh protes.
"Keluarga sudah sepakat mau jodohin kalian! Lagipula Kania cantik loh! Dia baru selesai study S2 dari Amerika, barengan sama adikmu Adrian."
"Kenapa nggak sama Adrian aja?"
"Adrian sudah punya kekasih lain! Kamu tahu Adrian juga akan tunangan kan? Sudahlah, kamu mau sampai kapan menjadi duda? Ini sudah lima tahun Raysa meninggal, sudah saatnya kamu move on!"
"Raysa nggak akan bisa digantikan siapapun Ma!" Bryan masih bersikeras.
"Bryan, Mama paham kamu begitu kehilangan istri dan anak kamu. Tapi ini sudah menjadi takdir Tuhan. Hidup harus terus berjalan! Kamu harus ikhlas!" Wenny menasehati putranya yang begitu keras kepala.
"Ibunya Kania, sahabat mama itu punya penyakit kanker stadium akhir. Dia ingin Kania menikah dengan pria terpecaya sebelum pergi. Kania nggak tau masalah ini, ibunya merahasiakannya. Kamu juga tahu jika ayah Kania sudah tiada, kan? Dia nggak punya siapa-siapa jika ibunya meninggal."
"Maaa... "
"Bryan, tolong... "
"Adrian saja Ma!"
"Bryan, Kania wanita baik. Mama yakin dia bisa membuatmu move on dari Raysa. Dia akan menjadi kekuatan baru kamu! Mama nggak mau lihat kamu luntang-lantung hidup sendirian! Sudah berapa kali kamu masuk rumah sakit karena maag dan tipes? Kamu butuh seseorang yang bisa merawat kamu! Jangan berduka terus!"
Bryan memijit pelipisnya ketika melihat ibunya lagi-lagi menangis karenanya. Di dunia ini, selama ia hidup, hanya ibunya yang paling mengerti perasaanya. Bryan tidak tega jika harus menolak permintaan wanita paruh baya itu.
"Kenapa Raysa dan anakku harus pergi, Ma? Kita sudah merencakan segalanya. Hubungan kita begitu indah." Bryan memeluk ibunya dengan isakan pelan.
"Bryan, semua ini adalah takdir hidup kamu. Kehilangan itu memang tidak pernah ada obatnya. Mau seribu tahun pun, rasa sakit dari kehilangan itu tidak akan sembuh. Tapi percayalah, Tuhan akan gantikan dengan yang lebih baik. Tuhan akan memberi kebahagiaan baru untukmu."
"Raysa tidak akan tergantikan, Ma! Dia wanita paling baik dan tulus. Wanita bernama Kania itu, belum tentu sebaik Raysa!"
"Bagaimana kamu tahu? Kamu belum mengenalnya bukan? Memangnya kamu Tuhan?" Wenny mengusap wajah putra tampannya. "Kamu tidak bisa menilai orang jika kamu belum mengenalnya." Lanjutnya dengan tegas.
"Mama tidak pernah meminta apapun darimu. Mama selalu menghormati pilihanmu. Baik itu cita-cita, calon istri, hobi, mama selalu mendukung bukan? Mama mohon turuti mama kali ini! Menikahlah dengan Kania, move on! Bangun kebahagiaan baru."
Bryan menyeka airmata ibunya. "Jangan menangis!" Lirihnya sambil menggelengkan kepala. "Airmata mama sangat mahal! Jangan pernah meneteskannya kecuali airmata bahagia."
"Kamu setuju?"
"Aku akan menerima perjodohan ini!" Bryan memeluk ibunya dengan desahan pasrah.
Oke, Bryan akan menerima perjodohan ini. Tapi jangan harap Bryan akan diam. Dia akan membuat Kania muak dengannya, dan pada akhirnya Kania sendirilah yang akan meminta cerai.
Jika Kania sendiri yang menuntut perpisahan, maka dia akan aman bukan?
****
Kania berteriak manja kepada ibunya ketika pembicaraan perjodohan itu dimulai.
"Apa ini Ma? Aku baru lulus, aku masih ingin bekerja dan bebas! Mama menjodohkanku dengan seorang duda?" Teriaknya menggebu-gebu.
Lia menatap putrinya dengan tampang sedih. Jika umurnya panjang, dan tidak memiliki penyakit, dia tidak akan melakukannya. Tapi sayangnya, waktu yang dia miliki mungkin hanya tinggal beberapa bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Matchmaking
RomanceDijodohkan oleh orang tua, membuat Bryan si duda dingin, dan Kania si perawan agresif terpaksa menikah tanpa cinta dan kecocokan. Selain Bryan yang gagal move on setelah istrinya meninggal, ternyata Kania merupakan mantan dari adik Bryan yang pernah...