Bryan memandangi Kania yang begitu cantik dalam balutan ball gown berwarna biru nan mewah, dan rambut yang di cepol rapi ala cinderella dengan hiasan bunga-bunga dikepalanya. Selera Kania memang jauh berbeda dengan Raysa yang cenderung sederhana. Tapi entah kenapa perlahan, Bryan terbiasa dengan gayanya yang selalu centil dan ekspresif.
Hari ini Bryan akui, Kania terlihat jauh lebih cantik dari biasanya. Seperti ada suatu magnet yang membuatnya begitu terpesona.
"Bagaimana, kamu suka dengan designku?" Cherry dengan perut besarnya, merapikan penampilan Kania dengan teliti. Wanita hamil itu terlihat sangat bahagia dapat menghias calon istri sahabatnya yang sudah lama menduda.
"Kamu bicara apa? Aku jelas suka! Aku bahkan mengoleksi semua design-design bajumu! Aku tidak menyangka kamu akan menjadi designer gaun pernikahanku secara ekslusif!" Kania berkaca-kaca seraya memeluk Cherry dengan erat.
"Terimakasih Kania."
"Aku yang harus bertrimakasih!" Kania tersenyum ramah.
"Ternyata kamu bisa lembut juga?" Bryan menyindir Kania ketika wanita itu berbicara dengan lebih lembut dari biasanya. Sangat berbanding terbalik dengan sifatnya yang begitu galak saat bersamanya.
"Cihh...dasar duda menyebalkan!" Desis Kania dengan lirikan mata yang sangat sinis untuk calon suaminya itu.
"Kalian ini seperti kucing dan tikus saja. Tersenyumlah untuk acara penting kalian hari ini. Jangan saling bermusuhan! Perjodohan tidak buruk juga." Barra melerai Bryan yang hendak berkata-kata untuk menyahuti umpatan Kania.
"Kalau begitu kami keluar dulu, Farrel pasti sedang lari-lariian dan membuat neneknya repot!" Cherry menggandeng lengan suaminya untuk memberi kode, agar memberi pasangan pengantin itu privasi.
"Iya, kami keluar dulu. Ingat ya, kalian harus bahagia. Cherry udah rela-relain buat gaun pengantin kalian disaat hamil besar seperti ini." Barra menepuk pundak Bryan dengan bersahabat, lalu pergi meninggalkan ruangan.
Kania dan Bryan saling berpandangan dalam diam setelah mereka pergi. Suasana diantara keduanya terasa hening. Hingga, Kania menarik nafas panjang menahan amarah, lalu memeluk lengan Bryan dengan manja.
"Bry, kenapa hari ini aku lelah banget ya?" Adunya dengan bibir memanyun manja. Mengubah suasana dingin mereka menjadi sedikit cair.
"Kamu nggak enak badan?" Bryan dengan cuek mengecek dahinya.
"Rasanya iya! Aku pengen muntah! Kayaknya masuk angin gara-gara dandan dari pagi."
"Setidaknya biar acara berlangsung dulu. Nanti kita sambut tamu sebentar saja, terus istirahat." Cueknya seraya mengusap wajah Kania dengan ogah-ogahan.
Kania kembali menghembuskan nafas panjangnya seraya mempererat pelukan. Saat ini, ia ingin sekali dimanja. Kania ingin disayang dan diperhatikan. Sepertinya jadwal datang bulannya akan segera tiba. Makanya dia menginginkan hal yang tidak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sexy Matchmaking
RomanceDijodohkan oleh orang tua, membuat Bryan si duda dingin, dan Kania si perawan agresif terpaksa menikah tanpa cinta dan kecocokan. Selain Bryan yang gagal move on setelah istrinya meninggal, ternyata Kania merupakan mantan dari adik Bryan yang pernah...