"Jadi, kalian itu sebenarnya, ada rasa suka enggak sih?" Mona.
Saat ini, aku di apartemen Mona. Setelah mengantarkan makan siang ke kantor Remy, menemaninya makan, aku ijin dengannya untuk menginap di apartemen Mona.
"Kamu enggak makan?" tanya Remy.
"Aku udah makan duluan."
"Kalau kamu enggak makan, aku juga enggak mau makan." Ia menjauhkan wadah makannya dan kembali duduk tegap.
"Aku udah makan, kamu makan aja. Aku temenin di sini," Aku.
Dia menggeleng.
Akhirnya aku menghela napas dan mengambil wadah makan tersebut, lalu memakannya sedikit. Selanjutnya, aku menyuapinya. Aku hanya makan dua sendok saja, sedang tidak nafsu makan. Tentunya dengan beralasan sudah makan lebih dulu.
Ia tidak mempermasalahkan lagi. Selama makan siang tadi, tidak ada pembicaraan apapun. Karena memang tidak perlu ada yang dibahas. Toh, kita sama-sama setuju untuk kejadian malam itu, tidak pernah ada!
Setelah ia selesai makan, aku ijin ingin menginap di rumah Mona. Sekitar dua hari, mungkin. Alasannya adalah karena aku bosan di rumah. Ia menyetujuinya.
"Gue enggak tahu, Mon."
"Elo suka enggak sih sama Remy? Maksud gue, elo ada perasaan enggak ke dia?" Mona.
Sempat diam. Lalu, aku menggeleng.
Aku tidak tahu.
"Sama Gian gimana?" Mona.
"Biasa aja sekarang." Aku jujur mengatakan itu.
"Apa benih-benih cinta mulai tumbuh buat Remy?" Mona.
"Apaan, sih?!" Aku melempar anggur ke arahnya. Ia hanya cekikikan.
Aku sudah menceritakan semuanya ke Mona. Walaupun tidak ada solusi yang ia tawarkan, tapi, pertanyaan-pertanyaannya, membuatku semakin berpikir.
***
Dua hari menginap di apartemen Mona, akan membuat tubuhku cepat subur alias menggemuk. Kerjaan kami hanya, makan, bergosip, menonton, tidur dan belum lagi cemilan-cemilannya. Dan, itu semua akan terus berulang.
"Kita ke Mal aja yuk?" Mona.
Aku menyetujuinya. Lagipula, Mal ada di lantai bawah. Anehnya, sejak kemarin, kami hanya di dalam apartemen saja.
Kenapa sekarang baru kepikiran akan ke Mal?
Maklum, Mona itu anak tunggal. Ia beruntung, lahir dari keluarga kaya raya. Semua yang ia inginkan dan butuhkan, akan tersedia dalam sekejap. Jadi, sekalipun ia tinggal di apartemen sendirian, mamanya akan mengirimkan aneka lauk pauk hasil masakan mama tercintanya.
Bisa dibilang, hidupnya aman, damai, sentosa.
Setelah kami rapi, segera turun ke Mal. Begitu kami keluar dari lift, ternyata, Gian sudah ada di depan pintu lift.
Ia tersenyum.
Aku menoleh ke Mona, ia hanya nyengir. Aku sudah yakin, pasti Mona yang memberitahunya bahwa aku ada di sini.
"Hai!" Gian.
"Hai!" Aku.
"Aku wa kamu, tapi enggak pernah dibales. Ada apa?" Gian.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE (MONEY)OU!
ChickLit"Cewek itu suka cowok bau. Bau-bau Rupiah." [Quotes di atas, kata Olga.] ~~~~~ Olga (26), cewek miskin yang banyak hutang hasil warisan kedua orangtuanya, bertekad, untuk memperkaya dirinya. Ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan bonafid. Seper...