"Ini cuma baret cat-nya aja, kok. Enggak usah diperpanjang, seharusnya," komentar Remy begitu ia melihat kondisi Mini Cooper-ku di garasi.
"Tapi dia nyalahin aku, loh!" Aku masih merasa tidak terima soal kejadian tadi.
Aku mengikuti langkah Remy yang berjalan memasuki rumah lewat pintu yang menyatu dengan garasi. Aku berada di belakangnya, mengikuti langkahnya, melewati dapur hingga tembus ke ruang makan. Ia berhenti tepat di depan lemari pendingin.
Membukanya dan mengambil buah jeruk.Aku duduk di depan stool bar. Memerhatikan gerakannya yang kini mengupas kulit jeruk. Setelah membersihkan jeruk itu hingga bersih, ia memberikannya padaku dua buah. Aku menerimanya dan langsung memakannya.
"Terus, dia bilang mau tanggung jawab?" tanya Remy kembali setelah ia menelan jeruknya.
Aku mengangguk dan mengambil jeruk lagi dari tangannya.
"Ya udah, kita lihat aja nanti. Enggak usah dipikirin. Lagian, kamu dari mana memangnya?" tanya Remy.
"Aku dari cafe dekat sini."
"Ngapain kamu sendirian ke sana?" lanjut Remy.
"Ya bosen aja, pengen keluar, bisa lihat orang-orang di sana. Siapa tahu, aku dapat inspirasi jadi penulis novel," ujarku asal.
"Tugas kamu cuma ngabisin duit aku, kenapa harus repot mau jadi penulis novel? Orang udah dikasih enak, malah maunya susah."
"Kalau ada yang ribet, buat apa yang simpel?" godaku.
Remy hanya menaikkan alis sebelahnya seraya memasang wajah acuh.
"Kalau bosan, kamu bisa ke kantor," ujar Remy kemudian.
"Ngapain aku ke kantor?"
"Yaaa, liat aku gitu?" Remy menatapku dengan wajah yang lucu.
"Kamu mau aku samperin ke kantor?" tanyaku pura-pura bodoh.
"Emangnya kamu enggak mau nengokin aku di kantor?" tanyanya serius.
"Ya ampun, suami aku pengen disamperin istrinya, yaaa?" Aku menghampiri dan mencubit gemas pipi kanan-kirinya.
"Apaan, sih, kamu!" Ia menghalau kedua tanganku, merasa risi dengan yang aku lakukan. Remy pergi dari sana dan naik menuju kamar. Aku mengikutinya dan memeluk pinggangnya dari belakang. Menggodanya dan ia membuat mimik wajah cemberut.
"Sayang..." panggilku dengan manja.
"Apa sih?!" Ia kesal karena aku menggodanya.
***
Keesokan harinya, ketika aku sedang berdiri di teras depan seraya menghubungi seseorang melalui ponsel, Remy menghampiriku dan bertanya.
"Kamu telepon siapa?"
"Aku lagi telepon orang kemarin yang nabrak mobil aku. Ini enggak diangkat-angkat!" keluhku seraya melihat ke layar ponsel, mencoba menghubunginya kembali.
"Udah, biarin aja. Hari Senin, biar Pak Bekti bawa aja ke bengkelnya dan minta diperbaiki itu cat-nya." Remy mencoba menenangkan aku.
"Aku tetap mau dia yang tanggung jawab, dong! Enggak mau rugi, pokoknya!" Aku bersikeras.
Remy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aku mengetik sesuatu di ponsel tertuju pada pria keturunan bule kemarin. Menanyakan tentang pertanggung jawabannya kemarin. Masih dengan rasa kesal, aku menghadap Remy yang sedang menggendong Biscuit.
Biscuit sangat tenang digendongan Remy. Beberapa waktu lalu, ia menyarankan agar membeli kucing betina untuk menemani Biscuit di rumah.
"Kita jalan-jalan, yuk?" ajak Remy begitu aku sudah mendekat dan sedang mengusap-usap tubuh Biscuit.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE (MONEY)OU!
ChickLit"Cewek itu suka cowok bau. Bau-bau Rupiah." [Quotes di atas, kata Olga.] ~~~~~ Olga (26), cewek miskin yang banyak hutang hasil warisan kedua orangtuanya, bertekad, untuk memperkaya dirinya. Ia bekerja sebagai sekretaris di perusahaan bonafid. Seper...