part 3

4K 284 0
                                    

Setelah makan siang berlalu. Jeno memutuskan untuk menitipkan Jarrel pada Mark kembali. Jarrel terus memberontak di gendongan Jeno selama diperjalanan. Merengek untuk di turunkan, tapi pria tampan itu tidak peduli sama sekali dan terus menggendong paksa sang anak. Sesampainya di ruang penitipan anak. Jeno membuka pintu itu dengan sedikit kasar. Terlihat Mark yang tengah bermain dengan Javer dan seorang anak yang di titipkan juga disana. Sepertinya Jeno kenal dengan anak itu.

"Kenapa jadi banyak anak disini?"
T

anya Jeno yang kini menurunkan Jarrel. Jarrel langsung berlari kearah Mark dan memeluknya erat. Tempat ini merupakan ruangan kosong yang kini di sulap jadi tempat penitipan anak oleh ibu Jeno. Ada bibi Choi yang akan menemani Jarrel dan Javer saat Jeno dan Mark harus belajar dikelas. Di tambah dengan Jungwoo anak bibi Choi yang sedang menganggur sekarang ia juga akan merawat kedua anak itu nantinya.


"Ah, tadi Anna noona sama Matthew hyung singgah sebentar. Katanya mau ngeliat Jarrel sama Javer. Jadi Edward di titipin di sini"
Ucap Mark yang kini menoleh kearah Edward yang tengah bermain dengan Javer. Jeno mengangguk. Matthew merupakan kakak sepupu Mark, dan Anna merupakan kakak kandung Jeno.

"Lalu dimana mereka?"
Tanya Jeno lagi.

"Tadi Anna noona pergi sebentar sama Matthew hyung katanya ada urusan"

Jeno terdiam,
'Ini namanya bukan berkunjung tapi nitipin anak'

"Nanti pulang bersama?"
Tanya Jeno menatap Mark.

"Kamu nggak ada ekskul?"
Tanya Mark. Jeno menggeleng pelan. Mark mengangguk patuh lalu setelahnya Jeno pergi dari sana. Meninggalkan Jarrel yang menatap sendu kepergian ayahnya.

Mark yang menyadari hal itu tersenyum lucu. Lalu mengangkat tubuh sang anak.

"Jarrel kenapa?"
Tanyanya dengan lembut. Jarrel tidak menjawab, dan memilih menenggelamkan wajahnya pada leher Mark.













































Sepulang sekolah Jeno benar-benar menjemput Mark di tempat penitipan anak. Edward sudah pulang dengan ibu dan ayahnya. Tersisa Mark dan dua anak kembar mereka.

Jeno menggendong sang kakak, dan Mark sang adik.

Sesampainya di parkiran, Mark menatap bingung kearah mobil keluaran terbaru milik Jeno yang terparkir di sana.

"Motor kamu mana?"
Tanya Mark.

"Di rumah. Sekarang ada dua bocah ini. Jadi aku harus membawa mobil"
Ucapnya menatap kearah Jarrel yang hanya menatap kesal dirinya. Mark tidak bisa mengatakan apapun selain tersenyum canggung.









































Sesampainya di rumah. Mark langsung membersihkan dirinya dan juga kedua bocah menggemaskan itu. Sedangkan Jeno mandi di kamar mandi tamu.

Pipi Javer sudah berwarna putih karena bedak yang Mark berikan padanya. Sedangkan Jarrel tengah bermain dengan bedak itu di atas tempat tidur Jeno hingga belepotan kemana-mana.

Jeno masuk ke dalam kamar dengan rambut basahnya. Menatap tajam kearah Jarrel yang mengotori tempat tidurnya.

"Nono, jangan dimarahin"
Ucap Mark memperingati. Jeno hanya acuh dan memilih mengeringkan rambutnya.

"Nah, sekarang Javer sudah bersih!"
Ucap Mark sambil mencium pipi Javer dengan gemas.

"Mommy.."
Rengek Javer dengan tawanya. Jarrel yang melihat hal itu sedikit cemburu. Ingin dicium juga. Mark yang sadar akan hal itu menatap jahil kearahnya.

"Jarrel mau juga?"
Tanyanya. Anggukan pelan Jarrel berikan.

"Minta sama daddy sana"
Ucapnya sambil melirik kearah Jeno yang masih sibuk dengan rambutnya. Bibir Jarrel melengkung ke bawah lalu menggeleng pelan. Mark tidak bisa membendung tawanya lagi. Jarrel benar-benar menggemaskan.

"Sayang!"
Suara berat Jeno menghentikan tawa Mark. Begitu kaget saat Jeno memanggilnya seperti itu.

"Y-Ya?"
Jawab Mark kikuk.

"Ada apa dengan wajah mu?"
Tanya Jeno kebingungan. berjalan kearah mereka.

"Kenapa memanggil ku seperti itu?"
Tanya Mark.

Jeno menggedikan bahunya,
"Ku pikir harus memanggil mu seperti itu mulai sekarang. Anak-anak akan berpikiran lain jika aku sering memanggil nama mu"
Ucap Jeno.

Mark menatap kedua bocah manis itu,
"Kan bisa panggil mommy"

"Kamu mau di panggil mommy terus?"
Tanya Jeno yang kini menggendong Jarrel yang kembali berontak di gendongannya. Mark menggeleng pelan. Tentu saja ia tidak mau.

"Kalau begitu kita pakai panggilan itu saja"
Ucap Jeno. Mark mengangguk pasrah. Ya mau bagaimana lagi? Ia yang di panggil mommy saja sudah cukup aneh.

Semua karena dua bocah menggemaskan ini. Untung dia sama Jeno tidak menganggap serius hal ini. Jadi tidak akan pernah ada rasa yang aneh di antara mereka berdua sampai anak-anak ini besar nanti. Karena sejatinya mereka berdua adalah sahabat.












































KevanoAlvynSuldarta

Dad And Mom (NoMark)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang