Setelah pulang sekolah. Jeno benar-benar membawa Mark berkunjung ke minimarket terdekat.
"Kita nggak pergi ke swalayan aja, sayang? Takutnya di sini nggak ada"
Ucap Jeno. Mark menoleh ke arah Jeno yang kini menggendong Jarrel dan Javer."Nggak usah. Di sini aja. Aku langganan kok di sini"
Ucap Mark. Jeno hanya mengangguk. Mark sibuk memilih barang, sedangkan Jeno mengikutinya di belakang."Daddy, atu au tulun!"
Ucap Jarrel memberontak ingin turun. Jeno menurut dan memilih menurunkan kedua anaknya."Kalian jangan kemana-mana. Di sini nggak ada penjaganya. Nanti kalian di bawa lari orang"
Ucap Jeno memperingati keduanya. Javer mengangguk patuh, sedangkan Jarrel bodo amat. Dan memilih berjalan menelusuri rak yang ada di minimarket itu."Daddy"
Panggil Javer membuat Jeno menoleh kearah sang anak. Javer menunjuk kearah tali sepatunya. Jeno mengerti dan langsung membenarkan tali sepatu Javer yang sempat terlepas. Hingga tidak sadar jika Jarrel sudah menghilang dari pandangannya."Sudah selesai!"
Ucap Mark dengan wajah senangnya. Capek juga milih barang sebanyak ini ternyata."Loh, sayang? Jarrel mana?"
Tanya Mark saat melihat Jarrel tidak ada bersama Jeno. Jeno yang tersadar, langsung beranjak dari acara berjongkoknya."Kamu jaga Javer. Aku cari Jarrel"
Ucapnya. Mark mengangguk dengan wajah khawatirnya. Ia langsung menggendong Javer di pelukannya.Jeno mengelilingi minimarket kecil ini tanpa mengatakan apapun. Karena jika ia berteriak mungkin akan mengganggu banyak orang. Padahal anaknya lagi hilang, tapi tetap aja dia lebih mikirin orang lain.
Jeno yang tidak menemukan Jarrel di sekitar minimarket langsung memutuskan untuk keluar dari minimarket. Dan benar saja, terlihat Jarrel yang tengah menangis di dalam gendongan seorang pria berbadan besar.
"Jarrel!"
Teriak Jeno. Jarrel yang mendengar namanya di panggil oleh sang ayah langsung berbalik. Wajah merahnya terlihat jelas, anak itu terus menangis. Jeno menahan amarahnya, mengambil batu berukuran besar yang ada di bawah kakinya dan langsung melempar kepala pria yang berusaha kabur membawa anaknya itu.Dan yah tepat sasaran. Pria itu terjatuh dengan Jarrel yang terlempar di sampingnya. Jeno langsung berlari kearah mereka, dan membawa Jarrel kegendongannya.
Jeno menginjak punggung pria itu, dan memeriksa keadaan sang anak. Tidak ada luka. Syukurlah.
Ia mengambil hpnya lalu menghubungi Lucas untuk mengurus pria itu.
Mark yang baru selesai membayar semuanya, segera keluar dari minimarket sambil menenteng Javer. Ia terlalu santai, mengingat Jeno itu pemegang sabuk hitam di karate dan pemain bisbol terkenal saat smp. Pantas saja lemparan pria itu tepat sasaran. Mark merasa tidak masalah jika harus meninggalkannya sendirian dengan seseorang yang menculik anaknya.
"Jarrel terluka, sayang?"
Tanya Mark. Jeno menggeleng, memperlihatkan Jarrel yang terus menangis."Mommy.."
Rengeknya."Jangan menangis! Daddy bilang apa soal pergi dari daddy, hm? Kamu terlalu nakal"
Ucap Jeno sedikit kesal."Udah jangan di marahin anaknya. Kasihan masih takut dianya"
Ucap Mark menenangkan Jeno. Jeno menghela nafas, dan menoleh kearah mobil Lucas yang baru saja datang. Pria itu langsung bergegas keluar dari dalam mobilnya dan langsung menghampiri Jeno."Tolong urus dia!"
Ucap Jeno sambil menendang badan pria itu. Lucas mengangguk patuh dan segera menelpon polisi. Sedangkan Jeno memilih untuk pulang bersama keluarganya.KevanoAlvynSuldarta
KAMU SEDANG MEMBACA
Dad And Mom (NoMark)
Fiksi RemajaKisah sang ketua osis yaitu Mark yang harus tinggal serumah dengan sang kapten basket yaitu Jeno, demi merawat dua anak kembar yang datang entah dari mana. Inspired by anime Gakuen Babysitter. My favorite anime.