"Bara?"
Saka meletakan kembali handuk kecil yang barusan ia peras keatas kening Bian yang berkerut samar.
Tadi waktu Bian menelfon nya untuk datang, Saka tiba dirumah Arkayaksa dan menemukan Bian yang tergeletak di karpet ruang TV dengan mata terpejam.
Saka yang panik langsung menghampiri tubuh Bian yang lemas dengan suhu tubuh yang tinggi.
"Adek dirumah eyang, nginep."
Alis tebal Saka menukik tajam, "nginep? Nggak ada otak si Bara. Nggak tau kamu sakit?"
Melihat kepala sahabatnya menggeleng, Saka hanya bisa menghela nafas. "Kamu nggak ada ngabarin Om Bima?"
"Nggak usah.. Ayah lagi kerja nanti panik."
"Tapi kan Om Bima wajib tau kondisi anaknya."
"Aku udah ngabarin kalo Bara baik baik aja, aku juga udah bilang kalo Bara nginep dirumah eyang"
"Tapi kamu nggak bilang kalo kamu telat makan sampe demam tinggi gini,kan?"
Tak ingin menjawab pertanyaan Saka, Bian hanya memalingkan wajahnya kearah lain.
"Ini nih yang nggak aku suka dari sabian.."
"Jangan terlalu jahat sama diri sendiri, Bi.. adek kamu si Bara itu sesekali harus kamu tegasin biar nggak ngelunjak"
"Jangan mentang mentang tiap dia berulah kamu cuma senyum senyum pasrah dia bisa seenaknya——"
"Saka kamu nggak ngerti.." Bian menatap wajah tegas milik Saka dengan sedih "kamu nggak ngerti gimana ada diposisi Bara."
"Bara juga nggak ngerti gimana ada diposisi kamu!" Balas Saka.
"Intinya Aku sayang sama Adek aku,Saka. Kamu juga tau kan? Selama ini Bara kurang perhatian dari ayah."
"Dan itu bukan salah kamu,Abi. Kalo ada yang pantes disalahin itu ya harusnya Ayah kamu, Om Bima."
"Kok kamu jadi nyalahin ayah aku sih." Bian menatap marah pada sahabatnya.
"Bukannya gitu..," Saka berucap lembut tau jika amarah tidak baik untuk sahabatnya dan yang baru saja ia lakukan, memancing emosi sabian.
"Aku nggak suka ya." Bian memalingkan wajah.
"Iyaa.. maaf.. maaf sabian. Tadi aku nggak ada maksut nyalahin om Bima." Ucap saka bersalah.
"Kalo kamu mau nyalahin itu ke aku.. aku yang salah.. Saka." Suara Bian kian bergetar, ia menatap wajah Saka dengan mata yang siap menumpahkan lahar.
"Iya iya.. udah jangan nangis.. tidur aja pasti pusing kan?"
Bian pun mengangguk mengiyakan.
°°°
"Halo jagoan ayah.. Abi sehat?"Bian tersenyum ketika melihat wajah ayah yang kini tersenyum dilayar ponselnya.
"Abi sehat... Ayah gimana? Sehat juga kan"
"Iya dong... Ayah sehat, makin sehat pas tau Abi juga sehat.."
Bian menatap wajah ayah dengan tenang, kedua manik kembarnya tak lepas melihat sang ayah yang sepertinya sedang mengemas perlengkapannya diseberang sana.
"Ayah kok telfon vidio ke Abi, emang udah telfon adek? "
Dapat Bian lihat sang ayah yang tiba tiba menghentikan kegiatannya dan kini tersenyum fokus menatap layar.