Love Or Whatnot - LOW - 29

5.1K 495 14
                                    



Jangan lupa vote, komen, share, dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.

Thank you :)

🌟



Hari ke-343

"Lo bilang takut gue clingy. Tapi kayaknya yang ada tendensi ke arah sana itu lo, deh." Ariel menyindir Asa yang terus memeluknya setiap ada kesempatan semenjak beberapa hari yang lalu. Bukannya ia menolak pelukan itu, tapi kalau terus-terusan bisa-bisa jantungnya meledak karena debarannya yang seperti tabuhan genderang perang. "Kenapa juga lo ke sini, sih? Punya apartemen sendiri juga."

"Sepi. Gue mau numpang tidur di sini aja." Asa menempelkan bibir pada ceruk leher Ariel. Menghirup aroma yang keluar dari kulit perempuan itu sementara kedua tangannya sudah menyusup ke balik kaos dan mengelus perut Ariel yang tengah memindahkan nasi goreng buatannya ke piring.

"Minggir sebentar, gue mau bawa ke karpet."

Asa mengambil piring yang ada di kedua tangan Ariel. Bukannya dibawa ke karpet seperti yang diinginkan oleh perempuan itu, ia justru kembali meletakkannya di atas konter dapur dan membuat Ariel melihatnya bingung.

"Lo tahu nggak kalau ada banyak hal yang bisa kita coba tanpa penetrasi?" tanya Asa tiba-tiba dan Ariel melongo.

**

Hari ke-344

"Asa..." desahan itu keluar tanpa sanggup ditahan oleh Ariel. Ia sudah lupa dengan rasa malu dan tempat mereka berdiri sekarang ketika tangan pria itu bermain dengan puncak dadanya.

"That's it. Moan my name."

Yang mengingatkan mereka untuk kembali dari godaan hasrat adalah aroma yang tiba-tiba tercium dan membuat Ariel seketika tersadar apa yang tengah ia lakukan sebelum Asa datang dan mengacaukan konsentrasinya.

"Ayamnya gosong, Sa! Lo yang makan pokoknya!"

**

Hari ke-350

Tidak ada binar usil di mata Asa ketika ia membuka pintu apartemennya. Bibir pria itu pun terkatup rapat dan berjalan masuk ke apartemen miliknya tanpa kata-kata. Ariel menutup pintu dan mengikuti pria itu yang berdiri di atas karpet dan kini tasnya sudah tergeletak begitu saja di lantai. Udara di sekitar pria itu terasa jauh lebih berat hingga ia kesusahan untuk bernapas saat berjalan mendekati Asa.

"Kenapa, Sa?" tanyanya pelan.

"You lied to me," desis Asa di antara giginya yang terkatup. Rahang pria itu mengetat sehingga membuat Ariel mundur satu langkah. Asa tampak mengerikan di matanya sekarang.

"Bo-bohong apa?"

Asa mendengkus. "You still want to play it this way? Fine," katanya lalu mengembuskan napas lagi. Kedua tangan pria itu terlipat di dada dengan mata yang menghunjam pada Ariel. "Gue tadi ketemu nyokap lo di jam makan siang. Nyokap lo bilang kalau lo dari awal setuju sama perjodohan kita. Nggak ada penolakan sama sekali."

Ariel diam karena kepalanya tidak dapat memikirkan kata-kata untuk pembelaan diri. Tapi toh, apa yang pria itu katakan benar. Ia tidak memiliki ruang untuk mendebat. Belum lagi, seluruh ototnya lemas seketika, tapi kakinya tidak mau lunglai. Keduanya terpasak di lantai dan kedua mata yang tidak dapat berpaling dari kemarahan Asa.

"Dan gue di sini berpikir kalau lo sama terpaksanya kayak gue. Apa yang bikin lo terima pernikahan ini? Lo punya perasaan sama gue?"

Setiap langkah yang diambil oleh Asa membuat Ariel mundur hingga punggungnya menabrak tembok cukup kencang. Memaksa seluruh oksigen keluar dari paru-parunya yang lupa cara bernapas. Pria itu mendominasi ruangan ini dengan keberadaannya dan setiap kata-kata yang diucapkan menghunjam ke dadanya. Memberikan tikaman-tikaman mematikan.

Love Or Whatnot (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang