Umat

0 1 0
                                    

Rambut sehitam tinta, kulit seputih kertas.

Jemarimu lebih dingin daripada tebing es itu sendiri, namun sentuhanmu mampu melelehkanku ketika kita terperangkap di antara gulungan kain sehalus sutra.

Kau menyembahku layaknya Tuhan, dan di antara dosa yang mengurung jiwa kita di neraka---aku tak sanggup menganggapmu sebagai umatku.

Lilin itu padam, rantai yang mengikat tanganmu pada akhirnya berpindah ke leherku. Waktu berlalu, mengikis kalimat di hatiku yang mulai kehilangan ruangnya.

"Sembah aku, patuhi aku."

Semua itu berubah ketika matamu menusuk jiwaku. Melahirkan penyesalan di antara sumpah yang diikat dengan darah.

Kehidupan abadi ini tak ada artinya tanpa dirimu.

LethologicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang