Takdir

0 1 0
                                    

Aku pernah bertanya kepada seorang dewa yang telah kehilangan segalanya.

Seorang dewa yang diusir oleh adik-adiknya sendiri, yang telah berjuang di medan pertempuran dengan matanya yang secerah mentari, yang menunduk penuh tangis ketika air di tangannya berubah menjadi darah orang-orang tak bersalah.

"Jika aku menyuruhmu mati untukku, apakah kau akan melakukannya begitu saja?" Dia bertanya dengan nada yang tajam, matanya menusuk tepat ke jiwaku yang fana. "Tanpa ragu, tanpa mengkhawatirkan jiwamu sendiri, tanpa memikirkan apakah orang tuamu akan berduka atas kehilanganmu?"

Dan kemudian, seolah mengetahui bahwa jawabannya adalah 'ya', dia terus berbicara. "Apa kau mengerti sekarang? Inilah mengapa para dewa tidak sebanding dengan waktu dan perhatianmu... karena begitu mereka mendapatkan apa yang diinginkan, mereka akan meninggalkanmu tanpa merasakan sedikit pun penyesalan. Ketahuilah bahwa hidupmu hanya sebuah panggung hiburan untuk alam semesta, sebuah tontonan belaka bagi para tuhan yang menopang kepala mereka dengan bantal sutra."

"Tak ada yang peduli dengan rasa sakit yang kau rasakan—mereka hanya akan menertawakannya."

LethologicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang