Kutoreh nama itu di lengan yang telah kotor, di tubuh cacat dengan pikiran yang bangsat.
Nama yang kau beri namun tak kau kenali, nama yang kau sukai namun tak kau cintai.
"Pecandu! Pecandu!" Raungmu, dan aku hanya bisa tertawa sembari menahan rasa kecewa.
Kata itu membuat telingaku berdengung, pantaskah aku mendengar itu dari darah dagingku sendiri? Mungkin iya, mungkin tidak. Aku tak tahu, rasa perih di lenganku membuat pikiran ini tak lagi dapat berlari. Dan mungkin ... aku memang telah lama mati.
Jadi di atas kursi kayu yang telah usang, akan kurobek kulit ini agar matamu dapat melihat pecandu yang sesungguhnya, agar kelak tenang hatimu ketika aku tak lagi di dunia, dan agar bibirmu bisa berkata,
"Anakku adalah seorang pecandu neraka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lethologica
RandomKumpulan kalimat yang terlintas di pikiranku saat jarum jam menunjuk angka dua belas dan bintang bersinar terang di langit malam tanpa awan. Mungkin kamusku masih terlalu sempit, atau mungkin juga tak semua hal di dunia bisa diberi label khusus. Kar...