Sinar pagi di hari ini, secerah hati Nia yang mulai masuk sekolah, dia siap menjalani hari-hari sebagai siswa SMK apapun resikonya. Sebuah kebanggaan bagi Nia, menjadi remaja kampung ke dua yang sekolah di kota. Jika Mimin sekolah di kota lantaran anak pengusaha kaya, Nia sekolah di kota, lantaran kekayaan tekadnya.
Orang bilang, Mimin sangat wajarkan sekolah di kota, semua warga kampung tahu, bapaknya pak Prabu orang terpandang yang kaya dan dermawan.Konon Kabarnya, kisah pak Prabu meraih sukses tidak semulus dan seindah bangunan mentereng tempat tinggalnya, dulu pak Prabu punya kisah hidup yang berdarah-darah sampai dia sekaya ini.
Mirip dengan kebiasaan warga desa Sumur yang lain. Pak Prabu Memulai karir kerjanya dengan menjadi TKI di negeri Arab bertahun-tahun, sudah barang tentu meninggalkan anak istri. Banyak fitnah yang mendera keluarga pak Prabu waktu itu. Pernah di tuduh selingkuh dengan TKW Arab. Pernah juga di kabarkan kepadanya bahwa istrinya lah yang selingkuh. Tapi semua itu bisa beliau lewati dengan penuh kesabaran. Sehingga prahara keluarganya tidak jadi berantakan.
Yang membedakan Pa Prabu dengan warga desa pada umumnya, dia pandai menyisihkan uang untuk menabung. Kalau sudah dirasa cukup, dia serahkan kepada istrinya di kampung untuk membeli sawah. Tentunya uang itu diluar dari uang kebutuhan bulanan yang biasa pak Prabu Kirim untuk keluarganya.
Setelah sekian tahun hidup di Arab. Pa Prabu datang ke kampung dengan aset sawah, kebun dan ladang yang berlimpah. Bahkan dia sudah mempersiapkan diri untuk memulai karir hidup di kampung dengan membangun rumah mewah dan toko besar di pekarangan rumahnya. Kemudian pak prabu mengawali bisnis di tanah air dengan membuka toko swalayan ala-ala mini market. Ada kasir plus mesin hitungnya, ada banrol harga di setiap rak, bahkan semua kebutuhan warga tersedia di toko tersebut. Yang paling membuat ibu-ibu bahagia, harga barang di toko tersebut, jauh lebih murah dari yang lainnya. Tak kalah menarik, semua pengunjung melayani sendiri kebutuhannya tanpa harus repot-repot di pilihkan penjaga. Toko unik yang belum pernah ada di kampung itu, kemudian melesat cepat dan membuka cabang dimana-mana.
Berbeda dengan Nia, meskipun bapak angkatnya punya toko, sebenarnya itu hanya toko kecil yang sederhana. Pak Mukti dengan tokonya juga bisa membeli banyak aset berupa sawah dan ladang.
Jumlahnya memang tidak sebanyak pak Prabu, tapi untuk sepasang suami istri dan dua anak angkat, itu sudah sangat melimpah.Mungkin Karena Pa Mukti tidak sekaya Pak Prabu, sehingga Nia sesekali mendengar celetukan tetangga tentang bapaknya.
"Pa Mukti itu mau apa? Anak kok disekolahkan di kota. Perempuan desa untuk apa sekolah tinggi-tinggi, paling kembali ke dapur-dapur juga". Demikian salah satu celetukan yang pernah Nia dengar.
Bukan Nia namanya kalau dengan celetukan seperti itu, membuatnya ciut. Justru itu menambah semangatnya untuk membuktikan kepada warga desa, bahwa orang desa seperti dia, bisa menjadi luar biasa dan patut diperhitungkan. Mereka akan lihat, apa yang akan Nia raih di masa depan.
Nia memang cepat belajar dan cepat beradaptasi. Hari-hari dia habiskan di sekolah dengan belajar yang gigih dan rajin. Dia juga mulai aktif mencari tahu tentang organisasi-organisasi sekolah. Kata kakak-kakak kelasnya, kalau mau mendapatkan pengalaman lebih banyak, maka harus aktif organisasi.
Karena Nia sangat supel. Dia tidak canggung harus bergaul dengan siapapun. Kecuali lelaki. Karena salah satu butir perjanjian yang telah disepakati adalah perihal pergaulan dengan lawan jenis. Memang tak ada perjanjian tertulis, tak ada pula tanda tangan di atas materai. Namun Pak Mukti dan Nia telah membuat kesepakatan itu menjadi sakral.
Bukan hanya teman-teman biasa, Bahkan siswi non muslim yang ada di sekolahnya, juga berteman baik dengan Nia. Saking akrabnya, temannya itu sering cerita banyak hal kepada Nia tentang urusan pribadinya. Tidak jarang temannya yang Non Muslim itu, banyak berbagi informasi seputar agama yang di anutnya.
Selain supel, Nia juga terbuka dengan orang tua, apapun kejadian yang di alaminya di sekolah, dia berusaha untuk menginformasikannya tanpa ada yang ditutup-tutupi. Itu juga adalah cara Nia untuk meyakinkan bapaknya, bahwa dia bisa menjaga diri, bisa mengikuti pelajaran, dan bisa membuktikan kebenaran tekadnya bahwa siswa dari kampung, bisa sekolah di SMK negeri yang berada di kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madrasah Cinta
SpiritualTemukan pemaknaan mendalam tentang arti keluarga dalam karya ini. Kamu bisa belajar menjadi anak yang baik, kakak yang baik, adik yang baik, suami yang baik, istri yang baik, ayah yang baik, atau ibu yang baik. Sebagian dari takdir kehidupan itu ak...