Doa Syahdu

6 0 0
                                    

Nampaknya tidak ada yang bisa di ajak bicara dengan tenang, tentang  tema yang menggelayut dalam pikiran Abu selama liburan ini.

Tidak mungkin Abu bercerita kepada Ambu, karena itu hanya akan membuat hati Ambu sedih. Tidak juga kepada Abah, karena itu hanya akan menambah beban pikiran Abah saja.

Satu-satunya tempat Abu mengadu hanya kepada Allah, dzat yang telah mentakdirkan perasaan khawatir didalam hatinya.

Tidak ada momen yang lebih tepat kecuali bangun tengah malam dan mengerjakan shalat hajat, lalu menengadahkan tangan bersimpuh dihadapan kemahaagunannya.
Dalam lirih doa Abu, setelah ucapan syukur dan puji-pujian kepada sang Maha Perkasa, Abu memulai keluh kesahnya,

"Ya Allah, hamba yang lemah ini bersimpuh di hadapanmu,  tidak ada tempat yang lebih tepat untuk mengadukan perasaanku saat ini, kecuali engkau yang maha berkehendak atas terciptanya perasaan ini.

Ya Allah, mungkin rasa ini hadir atas kelemahan tawakalku atas ketentuanmu.
Sungguh hamba ingin menyempurnakan ikhtiar menjadi salah satu bagian dari hamba-Mu yang menjaga Kalam-Mu. Mahasuci engkau yang tidak bergantung terhadap makhluk manapun untuk menjaga Kalam-Mu.

Ya Allah, andai hamba berani berterus terang kepada Ambu dan Abah, hamba berharap tidak pulang kerumah lebaran ini, bukan karena tidak rindu dengan mereka, justru karena kekhawatiran itu benar-benar terjadi. Jika boleh memilih, lebih baik Hamba bisa bersama santri-santri dari luar pulau untuk tetap menetap dipondok daripada menjumpai perasaan ini.

Ya Allah yang maha mentakdirkan, Hamba tidak bermaksud memberi tahu engkau, justru pengetahuanmu meliputi segala sesuatu, yang telah, sedang ataupun akan terjadi.

Ya Allah, amat berat tanggung jawab Abahku, hamba tak sanggup memposisikan diri menjadi beliau. Ambu sebentar lagi lahiran, Khadijah sebentar lagi lulus sekolah, Fatimah sebentar lagi masuk SMP, semua itu membutuhkan biaya, bagaimana hamba tega meminta ongkos berangkat ke pondok kepada Abah?. Sementara hamba sudah berjanji kepada diri sendiri, saat Abah memberikan uang lima ratus ribu rupiah saat keberangkatan enam bulan lalu, hamba berharap itu adalah pengorbanan terakhir Abah untuk hamba. Pengorbanan mempetaruhkan harga dirinya untuk meminjam kepada orang lain demi anaknya ini.

Ya Allah, mungkin ini bisikan dari setan, sering terlintas dalam benak ini, untuk mengikuti orang-orang seusia hamba di kampung ini.  pergi ke kota mencari uang, kemudian bisa meringankan biaya hidup orang di rumah. Tapi hamba juga tidak tahu, anak lulus SMA ini bisa kerja Apa di kota?.

Ya Allah, persyaratan melanjutkan mondok di Tibul Qulub Adalah menyelesaikan hafalan sekurang-kurangnya 10 juz selama satu tahun. Sementara hafalan hamba saat ini baru 4 juz, padahal sudah satu semester. Terbesit di pikiran hamba, kenapa harus mengulur waktu, jika akhirnya harus tertakdir berhenti di tengah jalan?.

Ya Allah, tanpa hamba jelaskan kepada-Mu pun secara detail, sesungguhnya engkau lebih tahu.

Hamba tetap berprasangka baik, setelah kesulitan ini akan ada kemudahan. Engkau akan mengaruniakan kepada hamba jalan keluar dari arah yang tak terduga.

Sungguh hitungan logika tidak hamba pakai saat ini ya Allah,

Demi kekuasaan-Mu yang mengatur peredaran bulan dan matahari, demi kekuasaanmu yang menutup malam dengan siang, demi kekuasaanmu yang memiliki kerajaan langit dan bumi.

Takdirkan hamba menjadi penghafal Al Qur'an, seperti yang di kehendaki Abah kepada Hamba.
Takdirkan kemudahan dan Jalan keluar dari segala kesulitan hidup yang membuat hamba merasa khawatir menjadi orang yang putus asa dengan rahmatmu.

Mana mungkin engkau tidak mendengar doa hamba ya Allah. Pasti engkau maha mendengar. Pasti engkau malu jika tidak mengabulkan doa hamba-Mu ini"

Doa Abu malam itu begitu syahdu. Nafasnya yang terisak-isak, seperti nyanyian sunyi yang di iringi musik jangkrik bersautan. Begitu dalam doanya.

Rasanya tidak mungkin Dzat yang di kenal sebagai maha belas kasih, tega menelantarkan Abu di kesunyian malam itu.

Madrasah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang