Chapter 1

568 182 191
                                    

~~~

"Setiap anak ingin keluarga yang sempurna, tapi tidak semua anak memilikinya."



Angkasa Rafisqy, lelaki tampan pentolan SMA Ganesha yang memiliki seribu pesona. Selain karena parasnya, Angkasa juga terkenal karena memiliki julukan eye-smile, atau bentuk mata yang ikut melengkung seperti garis senyum bibir ketika ia sedang tersenyum atau bahkan tertawa.

Ada juga julukan lainnya yang disebut little puppy, karena senyumnya yang amat manis. Namun, sayangnya memang hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat senyum ini.

Selain itu, tak hanya visual dan senyuman Angkasa saja yang bisa membuat para perempuan histeris. Satu hal lagi, yang membuatnya semakin dikagumi. Apa itu? Bentuk tubuhnya yang atletis, serta otot tangan dan perutnya yang tercetak sempurna, memang menjadi daya tarik lainnya.

Satu hal yang pasti, meskipun saat ini status Angkasa sendiri, fakta tersebut nyatanya masih belum bisa membuat para perempuan di sekitar Angkasa berhasil untuk menarik perhatian lelaki itu. Tentu tidak akan berhasil, karena Angkasa sendiri memang menutup rapat akses tersebut.

Angkasa membenci fakta bahwa dia bisa sampai jatuh bertekuk lutut, karena seorang perempuan.

Jika ingin mengenal lebih jauh lagi, Angkasa ini bisa dibilang merupakan korban broken home. Kedua orang tuanya bercerai saat dirinya masih menginjak sekolah dasar, tepatnya kelas lima.

Sejak dulu, Angkasa memang ikut dengan sang Papa. Hanya saja, Papanya pun lebih sibuk diluar kota atau pun diluar negeri, untuk mengurus pekerjaannya. Bukannya tidak menerima apa yang sudah Papanya berikan, hanya saja sejauh ini Angkasa memang merasa hidup sendirian. Tanpa sosok seorang Ayah, apalagi Ibu.

Dari segi materi, ya, Angkasa mendapatkannya lebih dari cukup. Semua kebutuhannya terbilang bisa terpenuhi. Namun, apa gunanya itu semua? Apabila tidak dibarengi dengan perhatian dan kasih sayang? Toh, selama ini Angkasa tidak pernah merasa menuntut ini dan itu pada Papanya. Dengan menunjukkan kasih sayangnya, Angkasa rasa itu sudah lebih dari cukup untuknya.

Bahkan, sangking terbiasanya, Angkasa sama sekali tidak pernah meminta Papanya untuk pulang. Terkesan percuma saja. Karena saat ada di rumah pun Angkasa malas untuk bertegur sapa. Lucu rasanya ketika ikatan darah itu tak lagi memiliki arti, jika nyatanya bersama orang asing jauh terasa lebih aman dan menyenangkan hati.

Sepertinya, jika kalian di posisi Angkasa akan melakukan hal yang sama.

Kenapa?

Bisa kalian bayangkan, bagaimana rasanya tersisihkan oleh urusan pekerjaan?

Mungkin, Angkasa sendiri masih bisa memakluminya apabila itu terjadi hanya satu atau dua kali. Namun faktanya? Papanya memang tidak pernah memperdulikannya. Tapi, tenang saja. Di usianya yang sekarang, Angkasa sudah sangat terbiasa dengan hal tersebut. Keberadaan Ibunya pun kini ia tidak tahu-menahu. Lagi pula, untuk apa Angkasa mencari tahu sosok Ibu yang memang sudah jelas tidak mau merawatnya?

Hari di mana perceraian kedua orang tuanya, Angkasa masih mengingat dengan jelas memori kelam itu. Ibunya sama sekali tidak meninggalkan pelukan, atau bahkan minimal kalimat perpisahan. Nyatanya, itu semua tidak ada dalam memori Angkasa. Jika diingat kembali, itu sungguh menyakitkan. Dan sejujurnya, rasa sakit itu sangat amat membekas untuk Angkasa.

Seorang anak memang tidak pernah meminta untuk di lahirkan. Namun dia ada karena sebuah permintaan, perjuangan, dan juga harapan. Tetapi mengapa ketika sudah di lahirkan malah seringkali di abaikan?

Toh, jika bisa meminta, Angkasa pun ingin memiliki kedua orang tua yang menyayanginya dengan sepenuh hati. Seperti kebanyakan anak-anak beruntung lainnya.

ANGKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang