~~~
Hari Jum'at sore ini, Queenby ditemani Arga, dan juga Ayahnya, tampak berziarah ke makam almarhum Bunda. Sejak kepindahannya kemari, ini adalah kali keduanya Queenby berkunjung ke makam. Untuk yang pertama, Queenby pergi diam-diam sendirian.
Dan ya, ada alasan tertentu kenapa Arga dan Vito tidak mengijinkan Queenby pergi sendirian. Karena faktanya, Queenby seringkali tidak bisa mengendalikan perasaan serta emosinya di situasi-situasi tertentu. Maka dari itu, baik itu Arga maupun Vito, sekarang memang lebih protective kepada Queenby.
Yang menjadi perhatian utama mereka adalah kondisi psikis Queenby sendiri, yang hingga saat ini memang belum bisa dikatakan sembuh secara total.
Dan, untuk yang bingung, atau yang ingin bertanya, Bunda Queenby memang dimakamkan disini, di Indonesia, sesuai dengan keinginannya. Tak lama setelah acara pemakaman, pengajian, dll, Queenby, Arga, dan Vito kembali ke Kanada. Karena selama disini, mereka melihat bahwa Queenby sudah berubah drastis. Dan, itu terlihat secara jelas bahwa Queenby sedang tidak sehat baik itu secara fisik, maupun mental.
Meksipun butuh waktu cukup lama, namun setidaknya konsultasi dengan psikiater di Kanada kini membuahkan hasil.
"Aku kangen banget sama Bunda," lirih Queenby dengan tatapan lurus, ke arah makam sang Bunda.
Arga yang posisinya berjongkok disamping Queenby, tidak pernah berhenti memperhatikan gerak-gerik sang adik, yang dimana ia selalu sigap untuk berusaha menenangkannya.
"Jangan sedih lagi dong, sekarang Bunda pasti bangga banget sama Ayah, juga sama Abang yang udah berhasil bikin kamu senyum setiap hari." Ucap Vito lembut, menatap putri kesayangannya.
"Bunda juga disana pasti udah ga ngerasain sakit lagi, jadi lebih baik sekarang kita banyak berdoa buat Bunda. Ya, sayang?" Lanjut Vito lagi.
"Maaf, Ayah."
"Gapapa, gausah minta maaf." Balas Vito kembali tersenyum. "Kapan pun kamu mau dateng kesini, tolong bilang sama Ayah, atau sama Bang Arga, ya."
Queenby merespon dengan menganggukkan kepalanya. Sedikit merasa bersalah juga sebenarnya, karena pada dasarnya dirinya memang tidak pernah kekurangan apapun dalam konteks kasih sayang. Namun, bisa-bisanya ia masih belum bisa jujur dalam hal apapun kepada mereka.
"Kenapa?" Tanya Arga saat mendapati Queenby menggenggam tangannya.
"Gapapa, suka lebih tenang aja kalo pegang tangan Bang Arga."
Arga tersenyum tipis. Sebelum akhirnya mereka melanjutkan acara ziarah mereka dengan berdoa bersama dan tabur bunga. Selama itu pula, tautan tangan Queenby pada Arga tidak terlepas. Entahlah, sekarang tidak menangis saja itu sudah termasuk salah satu kemajuan untuk Queenby.
Di sisi lain, Vito tampak tersenyum haru. Semenjak kepergian sang istri, setidaknya mereka telah berhasil melalui masa-masa sulit itu bersama. Tentu ini bukan hal yang mudah juga untuknya. Apalagi, di situasi-situasi tertentu, ia harus selalu tampil tegar untuk menguatkan anak-anaknya.
"Pinter banget, sekarang setiap kesini harus selalu bawa senyuman, ya?" Ucap Arga lembut, yang sekaligus memuji perubahan Queenby.
"Kalo selalu ditemenin sama Bang Arga sih, ga masalah."
Arga tersenyum gemas, begitu pula dengan Vito yang sempat tersenyum kecil.
"Bunda pasti bangga nih, sama putri kecilnya yang sekarang." Puji Vito.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA
أدب الهواةHati-hati dengan mereka yang tak pernah sesuai antara ucapan dan tindakan. Mungkin, itulah ungkapan perasaan yang kini dipegang teguh oleh sosok tampan, Angkasa Rafisqy. Melupakan seseorang yang kita sayangi, kita cintai, tentu bukan hal yang mudah...