Ruang osis bagian keamanan
"Bagaimana laporan kamu pagi ini? semuanya lancar?" Aime bertanya pada Vani sambil membereskan rak arsip. Dia merasa bosan karena sejak tadi teman satu seksi bidangnya itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Semuanya lancar, kali ini kasusnya berlapis," jelas Vani pada sahabatnya itu, namun fokusnya tetap pada laporan yang dia buat.
"Emang apa aja yang kamu laporin ke Guru BK?"
"Aku melaporkan kalau siswi itu kesiangan, tidak mengikuti upacara, terus bicara kasar, dan satu lagi dia masih anak kelas 10."
"Amboy, masih kelas sepuluh tapi kelakuannya udah kayak gitu. Kira-kira menurutmu dia akan dihukum apa?" Aime merasa penasaran. Ya, tentu saja, baru kali ini ada siswa perempuan yang masuk ke ruang interogasi. Masih kelas sepuluh itu hal yang paling menarik.
"Aku dengar dia dihukum membersihkan toilet hari ini. mungkin akan ada hukuman lain. Tapi aku tidak tahu, hal itu bukan bagian dari tugas kita."
"Emang siapa sih nama cewek itu? makin penasaran deh gue, sumpah ya."
"Namanya?" Vani berhenti mengetik dan mengingat-ingat nama perempuan itu, "kalau tidak salah, namanya Manda."
"Apa? Manda? dari kelas 10-C bukan?" Aime terlihat kaget mendengar nama Manda.
"Iya, dia kelas 10-C. Kenapa kamu kaget begitu?" Vani belum tahu siapa perempuan bernama Manda itu.
"Kamu nggak tahu? dia kan putri orang kaya yang terkenal itu."
"Tidak, Kenapa aku harus peduli pada statusnya?" Vani melanjutkan aktivitasnya dan tidak mempedulikan Aime yang kelihatan masih syok.
"Vaniii, dia itu cewek yang disegani. Ayahnya pengusaha sukses dan sering memberi peralatan ke sekolah. Kamu beneran nggak tahu?"
"Aku tidak tahu, dan yang penting hukuman tetaplah hukuman, dia sudah melanggar tata tertib sekolah." Vani tahu siapa orang kaya yang dimaksud Aime, namun status Manda yang merupakan anak orang itu jelas ia tidak tahu.
"Iya deh, kamu bener. Tapi kamu ngerasa nggak takut gitu kalau tiba-tiba dia balas dendam. Kamu sendiri kan yang bilang ucapannya kasar. Ditambah lagi dia disegani." Aime mencoba menakut-nakuti Vani dengan celotehannya.
Mendengar itu Vani hanya bisa diam. Dia tidak takut, dan tidak merasa bersalah. Padahal ditempat lain seseorang sedang menyiapkan rencananya sore ini.
"Bagaimana dengan laporan kamu? sudah selesai?" Vani balik bertanya pada Aime, sebagai seksi bidang keamanan dia juga punya tugas untuk membuat laporan. Namun bedanya dia tidak menjadi tim interogasi. Dia belum punya nyali.
"Udah beres dari tadi, soalnya kesalahannya cuma satu. Dia nggak pakai topi saat upacara. Dan lucunya, dia beralasan itu akan menutup rambutnya yang keren. Dan yang paling mengejutkan, dia Niko. Tahu dia siapa kan? Dia cowok keren dari geng kelas 12-F. Temennya Alex yang juga super duper ganteng." Aime terus berceloteh membicarakan laki-laki itu. Sedangkan Vani memilih untuk pura-pura mendengarkan.
Meskipun yang bernama Niko dan Alex itu sama-sama kelas 12, tapi karena ruang kelasnya terlampau jauh dia tidak mengenal atau mengetahui mereka.
"Aku sudah buat laporan, aku akan memberikannya kepada guru BK." Vani meninggalkan ruangan dan hendak pergi.
"Iiih tugguin gue, kamu suka kebiasaan deh ninggalin saat lagi bicara." Aimee mengejar Vani dan memegang tangannya, mereka adalah teman sedari sekolah menengah pertama.
* * *
"ini laporannya Pak!" Vani meletakkan berkas laporan di atas meja guru BK, seorang guru berusia sekitar empat puluh tahun yang karismatik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me Ok
Teen Fiction"Aku adalah seorang pendusta, jika aku mengatakan iya artinya adalah tidak dan jika aku mengatakan tidak artinya adalah iya. Aku adalah seseorang yang terlahir dengan tindakan pengecut, rasanya aku tidak berani melakukan apapun. Aku takut saat berad...