Siang yang sangat terik di SMA Harapan Bangsa. Saat itu hampir jam dua belas tandanya sebentar lagi waktu istirahat kedua. Vani masih mengerjakan tugas di kelasnya, dia sangat bersemangat karena akan ke perpustakaan lagi. Biasanya tidak seperti ini, tapi sejak hari itu dia menjadi sangat bersemangat tiap kali akan istirahat dan duduk lama membaca buku.
Di sisi lain Alex sudah keluar dari kelasnya dan bersiap untuk menemui Manda di kantin sekolah. Dia selalu merindukan gadis cerewet itu. Dia memikirkan perbuatannya kemarin saat sedang di laboratorium. Saat itu dia hanya sedang kesal. Setelah berjalan melewati beberapa kelas Alex tiba di kantin, namun kali ini dia tidak menemukan Manda di sana. Alex menunggu cukup lama tapi Manda tidak kunjung datang. Laki-laki itu lalu memutuskan untuk menemui Manda di kelasnya. Tanpa sepengetahuannya dia akan menemukan sesuatu yang tidak dia inginkan.
* * *
"Cantik... tiap istirahat suka pergi kemana sih?" tanya cowok sok keren dengan rambutnya rapi dan disisir ke belakang. Tetapi Manda tidak melihat wajahnya.
"Iiih..." Manda mendelik kesal sekaligus jijik.
"Manda, kamu kenal dia?" tanya Mia saat mereka sudah berlalu dari orang itu.
"Nggak, mana mungkin kenal sama cowok norak kaya dia." Manda mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai, dia merasa jijik didekati banyak cowok sekaligus tiap akan pergi ke kantin.
Tapi itu hal wajar bagi perempuan secantik Manda. Siapa yang tidak mengenal dia? hampir semua cowok kelas sepuluh mengenalnya. Dia terkenal akan kecantikannya; kulitnya yang bersih, hidung mancung, bulu mata lentik, dan tatapan mata yang mempesona.
Saat mereka tengah mengobrol tiba-tiba ada yang memegang tangan Manda dari belakang, membuat langkahnya terhenti.
"Lepasin gue!" Manda masih mengarahkan pandangan ke arah depan.
"Saat lagi marah aja lo kelihatan cantik banget!" cowok itu tersenyum miring dan siswa lain memperhatikan mereka.
"Gue bilang lepasin!" Manda menarik paksa tangannya hingga dia kesakitan, tapi tetap saja laki-laki itu tidak mau melepaskannya.
"Kalau lo mau gue lepasin , coba balikkan badan lo!"
"Nggak mau, najis banget!"
"Baik kalau lo maunya kayak gitu, gue bakal bikin lo bertekuk lutut dihadapan gue karena menyesal." Cowok itu membawa Manda ke arah lorong sekolah. Dan saat itulah Manda dengan jelas bisa melihat siapa laki-laki itu.
"Cih!" Manda berdecak kesal.
"Apa lo bilang?" Dengan kasar laki-laki itu menarik rambut Manda hingga gadis itu kesakitan. "Gimana? enak rasanya rambut lo dijambak kayak gini hah?" tanpa ampun laki-laki itu menyakiti Manda.
Mia melihat semua itu, tapi dia tidak melakukan apa-apa malah ketakutan dan bingung harus apa. Dan yang dipikirkannya adalah memanggil petugas keamanan untuk melerai.
"Lepasin gue!" teriak Manda kencang, tapi hanya ada mereka berdua disana.
"Gimana rasanya hah?" sergah cowok itu menarik rambut Manda kemudian melepaskannya, "gue cuma mau nanyain ini satu kali pada lo. Lo, masih ingat gue?" Cowok itu bertanya sambil menggenggam tangan Manda dengan erat.
"Nggak. Siapa lo tiba-tiba bicara nggak jelas? hah!" Manda berteriak kencang masih dengan caranya yang angkuh dan kasar.
"Ternyata masih pandai berbohong!" cengkraman laki-laki itu semakin keras membuat bekas merah pada pergelangan tangan Manda.
"Apa lo nggak bisa denger? GUE NGGAK KENAL LO SIAPA!"
"Kalau gitu, gue yang bakal bikin lo inget!" laki-laki itu berusaha mengancam Manda.
"Silahkan aja gue gak bakal larang lo! dan satu lagi gue nggak kenal lo siapa. Dasar cowok aneh." Manda tersenyum seolah tidak ada apa-apa dan kali ini ia tidak berontak. Ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja dihadapan laki-laki itu. Dan benar saja hal itu membuatnya kesal.
"Arka. Kamu inget sekarang?" laki-laki itu berbisik ke telinga Manda, sangat dekat dan membuat Manda memejamkan mata, ia tidak mau mengingat nama itu.
"Maaf, gue masih nggak inget, dan gue mohon cepat lepasin gue! Kalau nggak gue bakal.." ucapan Manda terhenti karena dipotong cowok itu.
"Dasar murahan! gue yakin lo bakal ngomong gitu. Lo orang terburuk yang pernah gue kenal! dasar bodoh!" laki-laki itu kembali berbisik ke telinga Manda dan kalimatnya yang penuh penekanan terdengar mengerikan.
Sekarang hanya ada mereka berdua di lorong yang menghubungkan antar kelas sepuluh dengan kelas sebelas itu, hanya ada orang saat kelas sepuluh hendak ke kelas sebelas atau sebaliknya. Manda yang sejak tadi tangannya dicengkram, merasa lunglai dan terduduk lemah menyandar ke tembok bangunan.
"Cewek murahan!" ujar cowok itu tepat di depan wajah Manda, sangat dekat dan hampir tidak berjarak.
"Kalau menurut lo, gue cewek murahan-itu nggak apa-apa. Karena dibandingkan lo, gue yang tahu persis bagaimana sikap gue. Nggak perlu sok tahu!" Manda menatap mata cowok itu.
Kemudian...
Tamparan keras mendarat di pipi Manda yang halus. Perih, tentu saja. Namun ada bagian tubuhnya yang lebih sakit daripada sekedar tamparan. Manda tertunduk dan tidak melakukan perlawanan lagi, dia yang sudah lelah kemudian menangis dalam diam.
Alex tiba disana menyaksikan Manda diperlakukan seperti itu, amarahnya naik dan tanpa basa-basi bogeman keras dia daratkan pada wajah cowok itu. Bertubi-tubi dia melakukannya, orang-orang yang tidak sengaja melewati lorong berteriak ketakutan dan saling sikut untuk segera melaporkan itu kepada guru.
"BRENGSEK!" Alex kembali memukulnya tapi laki-laki itu ternyata bisa bangkit dan melawan setiap serangan. Mereka berkelahi saling pukul dan saling tendang. Masing-masing mempunyai amarah yang juga sama besarnya.
"Siapa lo mau nolongin cewek brengsek kayak dia hah?" tanya laki-laki itu di sela-sela perlawanannya.
"Lo? beraninya bilang dia brengsek!" Alex menjambak kepalanya kemudian menggusurnya hendak ia pentalkan ke arah sudut tembok.
Saat hal itu hendak ia lakukan, Mia dan petugas keamanan sampai disana.
"HENTIKAN! APA YANG KALIAN LAKUKAN?" petugas keamanan melerai keduanya. Aime juga ada disana ia menyuruh siswa lain yang menonton untuk membubarkan diri.
"Ini bukan tontonan, silahkan membubarkan diri!" Perintah Aime pada mereka. Dua orang petugas keamanan membawa laki-laki yang menjambak Manda. Sedangkan Alex dia dibiarkan oleh petugas keamanan. Meskipun mereka petugas keamanan mereka sedikit takut padanya, mereka tahu bagaimana berandalnya Alex. Sedangkan Manda terduduk di lantai, Mia membantunya bangun.
"Sebenarnya apa yang terjadi di sini? kenapa kalian bertengkar?" salah-satu dari petugas keamanan bertanya kepada Manda.
"LO PUNYA MATA?" Alex memegang bahu petugas keamanan dan membalikkannya agar menghadap ke arahnya. "CEWEK ITU LAGI KESAKITAN. BIARKAN DIA DI SINI! GUE YANG BAKAL MENGURUSNYA! DAN BUAT KALIAN SEMUA, PERGI DARI SINI SEKARANG!" Alex meneriaki petugas keamanan dan salah satu dari empat orang itu ia tendang di bagian betisnya, dia muak dengan perilakunya yang langsung menanyai Manda tanpa melihat kondisinya. Tidak ada yang berani melawan Alex pada saat biasa apalagi saat ini, dia sedang marah.
"PERGI SEKARANG!" Alex mengusir mereka semua, termasuk Mia. Kemudian mendekati Manda yang menangis sambil tertunduk. Untuk sesaat Alex menatap Manda dalam diam dan di detik berikutnya, ia ikut terduduk di samping Manda. Dan seperti biasa, Alex menenangkannya.
"Sudah, sekarang sudah tidak apa-apa!" Alex menyandarkan punggungnya pada tembok di samping Manda, mendengar itu Manda menangis sejadi-jadinya dan membenamkan wajahnya di bahu Alex.
"Sudah, tidak perlu menangis lagi. Aku bersamamu sekarang." Alex memeluk Manda kembali menenangkannya.
"Kenapa selalu seperti ini yang aku dapatkan dari orang lain?" di sela tangisnya Manda menanyakan itu, tapi Alex hanya diam dan mendengarkan semua kekesalan Manda. Mereka berdua disana sampai jam istirahat habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me Ok
Teen Fiction"Aku adalah seorang pendusta, jika aku mengatakan iya artinya adalah tidak dan jika aku mengatakan tidak artinya adalah iya. Aku adalah seseorang yang terlahir dengan tindakan pengecut, rasanya aku tidak berani melakukan apapun. Aku takut saat berad...