Bab 10 Takdir atau Kebetulan?

1 1 0
                                    

Sesuai dengan yang Niko rencanakan, hari ini dia mengajak Alex untuk melihat bangunan di bagian Barat sekolah. Kondisinya masih bagus tidak ada tanda-tanda kerusakan. Hanya saja lantainya berdebu dan di beberapa bagian ada bekas makanan ringan.

"Gue udah beresin anak-anak yang sering nongkrong disini!" Niko memperlihatkan keadaan ruangan yang tidak kalah luas dari ruang laboratorium.

"Bagus, kita bisa lebih tenang ngerjain proyek kita." Alex tersenyum devil, dan Niko hanya menanggapinya dengan senyum miring.

"Tahun lalu, lo juga berhasil bikin acara pensi berantakan. Gue yakin sebenarnya ada alasan lain yang melatarbelakangi keinginan itu." Diam-diam Niko menaruh kecurigaan pada Alex, sama halnya seperti pendapat Mia yang beranggapan ada cara lain untuk menghancurkan pensi tanpa melibatkan semua orang.

"Lo sendiri juga punya alasan lain dari sekedar membantu gue kan?" Alex meletakkan kepalan tangannya di bahu Niko.

"Keterlaluan, lo emang selalu tahu yang gue rencanain!" Niko tersenyum miring dan mengusap wajahnya, masih bersikap santai.

"Gue tahu!" tekan Alex.

"Baiklah, lo nggak perlu bikin keadaan jadi tegang kayak gini!" Niko memutuskan pembicaraan itu.

Mereka berdua meskipun terlihat sebagai teman akrab, tapi tidak bisa disebut dekat. Mereka punya kepentingan masing-masing. Alex yang ingin menghancurkan reputasi sekolah dan Niko yang ingin menghancurkan reputasi organisasi osis, terutama bagian keamanan.

Dari luar terdengar ada yang berjalan ke arah ruangan, mereka adalah Manda dan Mia. Mereka mengobrol entah membicarakan apa, tapi sepertinya menyenangkan terdengar dari tawa keduanya.

"Wah, wah, wah, ternyata di sini ya tempat anak-anak bolos kelas?" Manda melangkahkan kakinya ke arah ruangan, dan langsung menghampiri Alex dan Niko yang sudah berada di sana. Mia menyusulnya dari belakang.

"Kemana anak-anak itu pergi?" Mia menambahkan pertanyaan.

"Gue yang udah habisin mereka semua," jawab Niko dengan nada candaan dan mereka berempat duduk di kursi memulai diskusi.

"Gue tadi udah bicara, katanya kunci laboratorium bisa kembali di pinjam kalau dari kita tidak ada yang membuat masalah di sekolah. Dan untuk sementara waktu, ruangan itu digunakan kelas 12-D untuk persiapan pensi. Katanya mereka membuat semacam pertunjukan yang melibatkan bahan-bahan kimia. Guru kimia sendiri bahkan yang jadi mentornya." Mia membeberkan informasi yang dia dapatkan.

"Gue juga udah membawa peta sekolah, dan ini bisa digunain buat mulai ledakkan bom air." Manda membuka gulungan kertas yang sebelumnya sudah ia bawa. "Dan gue lihat di antara semua kelas, yang paling memungkinkan diledakkan pertama kali adalah kelas 12-D. Alasannya, karena kelas itu menggunakan bahan kimia untuk pertunjukan. Kesan pertamanya orang-orang akan menganggap itu kecelakaan. Dan ledakan kedua kita lanjutkan ke kelas F, C, dan B, kemudian A."

"Menurut lo, apa itu tidak akan menimbulkan kecurigaan? kalau semua meledak di kelas 12, akan ada kemungkinan mereka langsung mencurigai Alex yang sering berbuat masalah." Niko angkat bicara dan melihat ke arah Alex yang nampak berpikir.

"Gue setuju dengan pendapat lo." Alex mengangkat pandangannya dan melihat Niko. "Kita harus punya alasan untuk tidak dicurigai. Kalau ada satu orang di antara kita yang ketahuan, maka semuanya akan terbongkar. Gue jamin kali ini jika pelakunya tertangkap, bakal punya hukuman yang lebih dari tahun sebelumnya."

"Ada apa emang di tahun sebelumnya?" tanya Manda dan Mia yang refleks bertatapan.

"Itu bukan yang perlu kita omongin hari ini." jawab Niko, menutupi kelakuan buruk Alex di hadapan kedua gadis itu.

Hate Me OkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang