Pukul sepuluh pagi waktunya istirahat. Meskipun Vani sudah diajak Aime untuk ke kantin, gadis itu tetap memilih perpustakaan. Dia tidak suka dengan suasana yang terlalu ramai, dan lagi dia ingin menemui seseorang yang selalu berada di ruangan itu. Tepat setelah Vani duduk di kursi biasanya, Alex kembali datang dengan gayanya yang cool. Di dekat pintu ia berhenti kemudian berdiri dengan menyilangkan kaki lalu meletakkan tangan di daun pintu sambil menatap tersenyum kepada Vani.
"Aku tahu kamu akan datang!" Alex melangkahkan kaki mendekati Vani, seperti biasa dia duduk di sampingnya.
"Tentu saja tahu, setiap hari aku selalu disini." Vani tersenyum lembut kemudian membuka buku pelajaran. "Aku membawa sesuatu yang bagus untukmu."
"Apa? buku pelajaran? Hmm, bukan ide buruk aku memang membutuhkan itu!" Alex mengambil buku dan membolak-balikan halamannya.
"Bagaimana? apa sudah daftar menjadi relawan seksi keamanan?" Vani memastikan.
"Iya, sudah. Tadi ada dua orang yang masuk ke kelas," jawab Alex jujur.
"Aku membawa cemilan dari rumah. Kamu mau?" Vani mengeluarkan kotak berisi permen coklat berbentuk panda."Bentuknya lucu kan?, aku membuatnya kemarin sore."
"Waah... selain cantik, kamu ternyata pintar buat cemilan. Itu membuatku penasaran." Alex mengambil permen cokelat dan mulai memakannya, padahal dia tahu makan di perpustakaan itu sangat terlarang.
"Tentang apa? rasanya?" Vani tertawa kecil melihat Alex memakan permen itu seperti orang kelaparan.
"Bukan. Tapi tentang kamu yang sangat sempurna. Seperti seorang dewi, seperti tidak ada yang tidak bisa kamu lakukan." Alex kembali mengeluarkan kata-kata yang memuji Vani, dia harus selalu menunjukan ketertarikannya pada gadis itu. Tapi reaksi Vani berbeda dengan yang diharapkan Alex. Sekilas perempuan bermata coklat itu terlihat murung sebelum kembali tersenyum lembut.
"Aku tidak seperti yang kamu bayangkan. Banyak hal yang tidak bisa aku lakukan, itu sebabnya aku selalu belajar. Aku ingin mengetahui apa yang belum kuketahui dan aku ingin belajar sesuatu yang tidak bisa aku lakukan," akunya, berhenti sejenak menggantung kalimat, "lalu bagaimana denganmu? Apa yang kamu inginkan?"
Untuk sesaat Alex terpana dengan jawaban jujur Vani, dan ia memikirkan alasan yang tepat untuk sesuatu yang ia inginkan.
"Aku ingin selalu bersama dengan orang yang kusayangi. Dan itu termasuk kamu, aku selalu mengagumi caramu menilai sesuatu maupun melakukan sesuatu. Beberapa hari yang lalu kita bertemu disini, salah satu keinginanku terkabulkan. Bagaimana aku harus berterima kasih dengan yang kudapatkan ini?" tutur Alex, mengarang semua itu dengan sempurna. Meskipun dia terkenal bodoh, namun sebetulnya dia termasuk siswa yang cerdas. Tapi dia menutupinya.
"Jawaban yang bagus. Aku akan memberi lima poin untuk jawaban itu." Vani menatap Alex dan tersenyum padanya.
"Aku itu orang bodoh, tiap kali ulangan nilaiku selalu buruk. Asal kamu tahu, Matematika dan Fisika adalah musuh terbesarku di sekolah ini." Laki-laki itu membual lagi, dia harus terlihat bodoh dan terus meminta Vani mengajarinya.
Vani sangat rajin, dia sedang menulis rumus-rumus di buku catatannya untuk diberikan kepada Alex.
* * *
Jam empat sore empat orang yang berencana membuat bom air sudah berada di laboratorium untuk memulai aksinya. Alex memperlihatkan rancangan alatnya kepada Niko, Manda, dan Mia dengan membeberkan gambarnya di atas meja. Manda dan Mia bertugas untuk mencampurkan bahan kimia sedangkan Niko dan Alex merakit alatnya. Mereka berempat sangat kompak dalam melakukan hal ini dan masing-masing sudah sangat mahir dengan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me Ok
Teen Fiction"Aku adalah seorang pendusta, jika aku mengatakan iya artinya adalah tidak dan jika aku mengatakan tidak artinya adalah iya. Aku adalah seseorang yang terlahir dengan tindakan pengecut, rasanya aku tidak berani melakukan apapun. Aku takut saat berad...