4

15 15 0
                                    

Note : Maaf kalau ceritanya kurang asik atau gak nyambung, Author masih belajar jadi sekiranya berikan Author saran dan vote biar makin semangat buat nulis cerita.

Happy Reading guys

--------------


Membentak, melukai dan menyakiti batin ataupun fisik dari perempuan bukanlah hal yang baik. Namun, ia hanya manusia biasa yang memiliki batas sabar dan emosi yang tidak bisa dia kendalikan. Tiger, sangat menyesal melakukan hal buruk itu pada Queen. Ia tak pernah diajari berlaku kasar pada perempuan tapi kali ini ia sangat hina karena telah menyakiti perempuan. Ibunya selalu mengajarkannya tentang berbuat baik pada semuanya terutama kepada perempuan. Kali ini ia sangat ingkar janji pada ibunya.

Amarah Tiger tak bisa lagi dikendalikan. Queen sangat menganggunya dan terus mengusik hidupnya. Beberapa kali ia mencoba untuk berkata agar gadis itu tidak lagi mengekorinya akan tetapi Queen selalu saja membantah. Gadis itu terus saja ada dihidupnya.

"Adekkkk," teriak seseorang saat langkah Tiger tidak begitu jauh dari keberadaan Queen.

"Adek?" lirihnya dan kembali berbalik badan menghadap Queen. Matanya terpaku saat melihat kehadiran Cleo dengan raut cemasnya. Tiger, menyatukan kedua alisnya mencoba menangkap maksud perkataan gafis yang ia cintai. Apakah mungkin Cleo kakak kandung Queen atau Cleo bersikap seperti itu hanya karena ia senior sekaligus anak pemilik sekolah? Pertanyaan itu terlintas diotaknya. Ia masih menunggu reaksi kedua gadis itu agar ia tau hubungan mereka.

"Kakak? Kakak ngapain kesini? Kan Queen udah bilang tunggu dimobil aja." ucapnya seraya melirik kiri kanan memastikan tidak ada orang yang melihat mereka. Queen masih enggan mengakui statusnya, bukan karena malu memiliki kakak seperti Cleo hanya saja ia lebih nyaman menjadi dirinya yang sekarang. Ia lebih tau siapa yang benar-benar ingin berteman dengannya dan siapa yang hanya ingin memanfaatkannya. Lagi pula apa yang dibanggakan dengan status anak pemilik sekolah? Tidak ada yang istimewa dari hal itu.

"Kakak? Kok mereka terlihat dekat? Apa hubungannya Queen dan Cleo? Apa jangan-jangan Queen adek Cleo yang sebelumnya tinggal di Australi?" lirih Tiger yang masih memantau pergerakan dari kakak beradik itu. Banyak pertanyaan yang ia sendiri tidak tau jawabannya.

"Kakak udah nunggu kamu dimobil dan kamu gak dateng-dateng jadi kakak liat aja dari cctv sekolah tentang keberadaan kamu." jelas Cleo membuat mata Queen membola sempurna.

"Kakak liat aku lagi ngapain?" tanyanya penasaran. Ia takut Cleo melihat Tiger mendorongnya.

"Kakak cuman liat kamu sendirian lagi niupin siku." ucap Cleo apa adanya karena memang dia hanya melihat adeknya sedang meringis kesakitan sembari menghembuskan sikunya yang perih. Kehadiran Tiger tak sempat ia lihat karena ia buru-buru menghampiri adek tercinta.

Queen menghela nafasnya panjang. Ia bersyukur karena kakaknya tidak melihat kehadiran Tiger. Kalau kakaknya lihat berabe urusannya.

"Kakak adek? Jadi dugaan gue benar? Queen adalah adek Cleo yang selama ini tinggal di Australi?" monolognya tak percaya.

Mengetahui hal itu tentunya membuat satu rencana terlintas dibenaknya. Dua kakak beradik yang sama-sama cantik itu bisa ia dapatkan hanya saja Tiger masih mengingginkan Cleo menjadi pasangannya dan berharap Cleolah yang menjadi ibu dari anak-anaknya kelak. Jika mencintai Cleo begitu menyakitkan setidaknya mendapat kenyamanan dan kehangatan bisa ia dapatkan dari calon adek iparnya. Ia bisa memanfaatkan situasi ini pikiran liciknya mulai tersirat walau ada keraguan yang ia rasakan. Akan tetapi jika terus merasa ragu makan keinginannya bersama Cleo tidak akan terjadi.

"Sini kakak bantu ngobatin sikunya." ucap Cleo dengan menyentuh tangan Queen dan melihat sikunya yang berdarah.

Queen menggeleng, "Jangan kak! Kakak balik ke kelas aja. Queen bisa obatin sendiri kok." tolaknya.

Littel QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang