14

10 13 0
                                    

Hadirnya malam membawa sunyi hingga jatuh pada gelap dan terlelap.

Banyak hal diistirahatkan hingga datangnya fajar yang membawa ribuan sinar menerangi dunia hingga kembali terang.

Banyak yang tertidur dan ada juga yang bangun dengan seribu rindu dan pinta pada sang pencipta. Bergelarkan sajadah, takbir membuka dan salam menutup.

Khusyuknya malam ia habiskan dengan curahan hati padang sang rabb. Banyaknya cerita dan pinta yang Ia utarakan hingga tak terasa air mata kembali menyapa dengan rasa hina yang kini menerpa betapa hina dirinya kala dulu tak percaya bahwa Allah itu ada.

Penyesalan mungkin datang diakhir tapi tidak selamanya penyesalan itu bisa dikatakan terlambat. Biarkan saja ia datang terlambat asalkan tidak sama sekali.

Terkadang, tanpa adanya penyesalan manusia tidak akan tau bahwa sesuatu yang mereka lakukan itu salah.

Seperti Baim atau biasa dipanggil uda Aim. Pria bertubuh tegap, berparas tampan dengan senyum menawannya kini menitikkan air mata saat bertemu sang pencipta. Ia tau, ia salah. Dan ia juga tau kesalahan yang dia perbuat dimasalalu dimaafkan oleh Allah SWT.

Sungguh, Allah menyayangi hambanya yang bertaubat. Lebih mulia mereka yang bertaubat dari pada yang ngaku islam dan taat padahal, Nauzubillah.

"Ya rabb, maafkan hamba yang telah menjauhkan diri daripadamu. Maafkan hamba yang senangtiasa melalaikan sholat dan berkata kasar serta durhaka pada orangtua hamba. Ya Allah, Ya rahim, sesungguhnya hamba mohon ampun atas dosa-dosa hamba. Ya Allah, tunjukkan hamba jalan yang lurus, bukan jalan orang yang sesat dan bukan pula jalan orang yang engkau murkai ya Allah. Ampunkan hamba ya rabb, Aamiin." Aim mengusapkan kedua telapak tangannya kewajah.

****

Tidur Queen terusik karena sinar matahari yang mengusik tidurnya, "Ungg, kepala gue sakit bangettt.." ringisnya saat merasakan sakit dikepala.

"Aww, sakit banget, gue gak kuat.." ringisnya sedikit berteriak sembari memukul kecil kepalanya.

"Astagfirullah, Kamu kenapa?" tanya seorang santriwati yang kebetulan lewat dan melihat Queen yang meringis dan ia hampiri.

"Kepala gue sakit banget, tolongin guee.." ucapnya dengan air mata yang sudah keluar.

"Sebentar ya, aku panggil uda Aim sama uda Jamal dulu. Kamu tunggu sebentar." santriwati itupun berlari mencari keberadaan Aim dan Jamal.

"Assaalamualaikum, uda..." salamnya dengan ngos ngosan.

"Ambiak angok dulu, Alifah." ucap Jamal yang melihat Alifah kehabisan nafas.

(Ambil nafas dulu, Alifah)

Alifah mengatur nafasnya, dan saat merasa nafasnya sudah stabil, Alifah kembali mengutarakan maksud dan tujuannya menghampiri Aim dan Jamal, "Uda, gadis yang uda bawa kemaren udah sadar hanya saja ia berteriak kesakitan dibagian kepalanya uda."

Mendengar itu Aim melirik Jamal sekilas dan berjalan cepat menuju ndalem, "Papap, mama kepala Queen sakitt bangettt, tolong Queen papap mama... Hiks hiks." terdengar suara isakan Queen yang memanggil orangtuanya.

Aim, Jamal dan Alifah dibuat terkejut saat melihat apa yang dilakukan Queen. Gadis itu membenturkan kepalanya ke dinding kamar yang sebagian dinding itu terbuat dari tembok.

"Astagfirullah, hentikan ukhti.. Kepala kamu bisa terluka kalau dibenturin seperti ini." ucap Alifah berusaha menenangkan Queen.

Queen menarik-narik rambutnya karena rasa sakit yang tidak bisa ia tahan. Seperti ingin pecah saja kepalanya itu.

"Kita kerumah sakit! Jamal, siapkan mobil!" perintah Aim yang tidak bisa tinggal diam kala melihat orang lain kesakitan.

"Alifah, bantu saya bawa dia kemobil."

Alifah mengangguk dan mengikuti langkah Aim dari belakang. Sedangkan Queen masih menangis sambil memukul-mukul kecil kepalanya.

Queen memang orang yang tidak bisa menahan sakit kepala. Ia termasuk orang yang lebay akan hal itu.

Usai berobat dan Queen juga mulai membaik.

"Jamal, kita berhenti disini dulu, saya mau beli makan." ucapnya pada Jamal yang memang menyetir mobil.

Mobil berhenti didepan rumah makan dan Aim bergegas turun dari mobil dan membeli beberapa makanan yang bisa dimakan oleh Queen.

"Ini buat kamu Mal." Aim memberikan satu kantong plastik untuk Jamal dan satu lagi untuknya.

"Kama wak lai ko uda?" tanya Jamal.

(Kemana kita lagi, uda?)

"Kita cari tempat yang luas yang bisa buat makirin mobil, kita tunggu gadis ini sampai bangun, setelah itu kita antarkan dia pulang." saran Aim.

Tidak jauh dari tempat mereka ada tempat yang luas untuk pakir mobil. Jamal membawa mobilnya ketempat itu dan memakirkannya dibawah pohon besar. Jamal dan Aim mulai memakan makanan yang tadi mereka beli. Sedangkan, Queen masih tertidur karena pengaruh obat dari dokter.

"Unghh, Gue dimana?" monolognya sambil melihat kiri kanan.

"Uni alah jago?" tanya Jamal yang melihat gerak gerik Queen.

(Uni udah bangun?)

Queen mengerutkan dahinya bingung, "Lo ngomong apa? Gue gak ngerti." ucap Queen.

"Ondeh mandeh, indak mangarati uni bahaso ambo do?" ucap Jamal merutuki dirinya yang tidak jago dalam berbahasa indonesia.

"Rumah kamu dimana?" suara Aim mengintruksi Queen.

"Gue seperti kenal suaranya, tapi dimana?" pikir Queen.

"Hm," deham Aim.

"Jalan Melati 1." balas Queen karena entah kenapa ia merasa Aim sangat dingin dan menakutkan walau ia belum melihat wajah pria itu.

"Kita kejalan Melati 1, Mal!" ucap Aim terdengar datar dan dingin.

"Makan!" lanjutnya sembari memberikan makanan yang ia beli tadi.

Queen menatap makanan itu dengan was-was, "Lo kasi apaan makanan ini? Sianida? Obat perangs--"

"----Makan! Jangan berpikiran buruk terhadap saya!" ucapnya memotong perkataan Queen.

Queen medengus kesal, "Lo kira lo siapa? Pake bentak-bentak gue?!"

"Makan atau saya buang?!" ucap Aim masih dengan menatap lurus jalanan.

"Lo ikhlas gak sih?! Masa makanan lo buang?!"

"Kecek uda Aim mau di buang uni alun kebuang lagi." timpal Jamal dengan kemampuan bahasa indonesia yang dicampur dengan bahas minangnya.

"Ck! Ia gue makan! Kebetulan gue lapar." ucap Queen sambil membuka makanannya dan melahapnya hingga habis.

"Rumah uni yang mana?" tanya Jamal karena sudah memasuki lingkungan Melati 1.

"Jalan kedepan sedikit, nanti ada rumah paling ujung, itu rumah gue." intruksi Queen yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Jamal sedangkan Aim memilih diam dengan memejamkan mata sambil mendengar lantunan ayat suci Al-qur'an di earphonenya.

"Sampai jga kita, uni." ucap Jamal yang telah berhenti didepan rumah Queen.

Saat Queen ingin turun suara Aim mengintruksinya lagi, "Mobil kamu nanti siang saya antarkan kesini." ucap Aim dengan posisi yang masih memejamkan matanya.

"Terserah tuan! Dijualpun saya ikhlas." kesalnya sambil keluar dari dalam mobil dan membanting pintu mobil dengan keras.

"Astagfirullah," ucap Jamal kaget.

"Jalan mal!" titah Aim yang dipatuhi Jamal.
Mobil yang dikendarai Jamal pergi meninggalkan perkarangan rumah Queen. Sedangkan Queen berjalan kesal menuju kamarnya. Walau diruang tengah ia bertemu dengan Cleo dan Tiger.

Queen tidak mempedulikan kehadiran Tiger sedangkan Tiger seperti orang yang ketahuan selingkuh. Tiger bergegas menjaga jarak antara dia dan Cleo namun nihil, Queen sudah melihat semuanya bahkan Queen sudah tau apa yang terjadi antara Cleo dan Tiger.

Tiger saja yang bodoh.

Littel QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang