20

0 1 0
                                    

Assaalamualaikum guys..

Sehat gak?

Mau cerita dikit, author sebenarnya udah cape up cerita tapi gak ada yang baca. Mau berhenti up juga sayang, nanggung. Mau gak mau author up aja.

Guys, sebelum baca komen dan vote ya!

Ada yang mau bikin grup wattpad gak?

*
*
*
*
*

Happy Reading ya.

*********************************

Satu jam lebih mereka berjalan memgelilingi pesantren Al-Hakim yang tampak luas dan asri. Santriwan dan santriwati disana juga ramah dan sopan. Sepertinya tidak butuh waktu lama untuk Queen beradaptasi disana.
Queen sendiri tidak diizinkan tidur di asrama karena beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh pihak pesantren. Namun, hal itu dibantah oleh Queen. Gadis itu tidak ingin diperlakukan layaknya seorang putri dan memiliki status yang berbeda dengan santriwati lainnya.

Tujuan Queen pindah ke pesantren salah satunya untuk memperbaiki diri dan hidup seperti manusia biasa tanpa adanya kemewahan dan fasilitas yang ada. Karena harta bukan jaminan seseorang bahagia.

Pemikiran yang selama ini ia tanamkan hancur seiring berjalannya waktu dan umur yang semakin tahun semakin bertambah membuat gadis kecil yang serba mewah kini sadar bahwa hidup bukan hanya bicara kemewahan saja.

Seperti sekarang ini, Queen mencoba merayu Kiya'i Hakim dan Umah Fatimah yang memaksa dia tetap tinggal dirumah mereka.

"Umah, pak Kiya'i, Queen janji, Queen gak akan bikin gaduh di asrama dan Queen akan tetap bangun sesuai jadwal dan tidur sesuai aturan. Please, jangan larang Queen untuk tidur bersama Alifah dan yang lain."

Umah melirik suaminya yang sudah terlihat tua namun masih tampak tampan dengan peci dikepalanya itu, "Umah, terserah nak Queen saja. Coba tanya sama pak Kiya'i." saran umah.

Queen menatap pak kiya'i Hakim dengan raut memohon, "Gimana pak kiya'i? Boleh yah?!"

"Boleh nak, terserah kamu saja. Kalau kamu merasa tidak nyaman sama kamar di asrama kamu bisa ke kamar rumah ini." ucap Kiya'i Hakim yang membuat Queen tersenyum bahagia begitupun dengan umah.

"Terimakasih, pak Kiya'i, umah." ucap Queen senang yang direspon dengan senyuman oleh umah dan pak kiya'i tak terlepas Alifah yang memang ada disana dari tadi.

"Yuk, Fah! Kita ke kamar. Gue gak sabar liat kamarnya." ajak Queen antusias.

Alifah terkekeh, "Iya Queen, sekalian kita bawa barang-barang kamu ke sana ya."

"Tak usah nak Alifah! Biarkan barang nak Queen Jamal dan Asep saja yang ngantar nanti. Kalian duluan aja ke kamarnya." timpal umah yang dibalas anggukan oleh kedua gadis itu.

"Pak kiya'i, umah. Kami ke kamar dulu ya, Assaalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap mereka serempak dan berlalu pergi bersamaan dengan jawaban salam dari umah dan pak kiya'i.

"Suasana magrib disini asik juga ya. Beda kalau di kota." ujar Queen sembari berjalan disebelah Alifah yang ikut menikmati indahnya senja dipelantara pesantren.

"Iya, senja disini memberikan kesan kedamaian dan ketentraman bagi hati. Apalagi kalau dengar lantunan ayat suci Al-qur'an. MasyaAllah banget tau." ucap Alifah yang takjub akan keindahan ciptaan tuhan.

Littel QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang