13

10 13 0
                                    

Akhirnya setelah dua menit, Dadang datang dengan satu orang pria dibelakangnya.

"Afwan, uda... Ada apa uda manggil kami?" tanya Dadang yang memang belum tau maksud kenapa dirinya dipanggil.

"Dang, kamu tolong bawa motor Jamal, biar Jamal ikut saya naik mobil ini," ucap pria itu sambil menunjuk mobil Queen.

Dadang melihat sekilas mobil dihadapannya, "Ini mobil siapa uda Aim?" tanya Dadang merasa heran dengan mobil itu.

"Iko oto urang yang nio maantak kami, Dang." timpal Jamal.

(Ini mobil yang mau nabrak kami, dang)

Dadang sedikit terkejut mendengar ucapan Jamal, namun keterkejutannya beralih dengan rasa syukur karena pria yang dipanggil Aim dan Jamal temannya selamat dari musibah itu.

"Astagfirullah, uda! Jangan lah seperti itu uda... Asep tau, nyawa uda hampir hilang tapi jangan nyolong mobil orang juga uda. Asep gak mau udah masuk penjara trus uda pake baju oren." ucap Asep teman Dadang satu lagi.

Jamal menimpali Asep dengan pecinya, "Muncuang tu jan lah kayak itu! Sia yang mancilok oto? Ndak nampak dek kamu yang punyo oto itu sadang pingsan?"

(Mulut jangan kayak gitu! Siapa juga yang maling mobil? Gak nampak sama kamu pemilik mobilnya sedang pingsan?)

"Ondeh iyo, alah mak... Asep kira uda Aim mau maling.. Afwan uda. Asep ndak tau." ucapnya menyesal.

"Santai aja Sep, yaudah mending kita balik." ucap Aim.

Mereka semua menuju kendaraan masing-masing dengan Jamal ikut bersama Aim karena tidaklah baik jika Aim sendiri diatas mobil dimana dibelakang ada gadis yang bukan halalnya.

"Uda Aim, nio baok uni ko kama? Kan awak ndak tau dima rumah siuni do." tanya Jamal.

(Uda Aim, mau bawa uni ini kemana? Kita gak tau dimana rumahnya.)

"Kita bawa kepesantren aja Mal. Disana ada beberapa santriwati yang bisa ngerawat dia sampai siuman."

Jamal mengangguk, "Lai ndak buruak kecek urang beko tu da?"

(Disana Jamal bertanya tentang ucapan buruk para santriwan dan santriwati serta orang-orang yang ada di sekitar pondok pesantren itu.)

"InsyaAllah tidak, Jamal. Niat kita baik kok." ucap Aim.

Mobil milik Queen yang dikendarai Aim sampai didalam pondok pesantren Al-Hakim milik keluarga Al-Hakim. Salah satu kyai ternama didaerah itu.

Aim, keluar dari dalam mobil diikuti Jamal disebelahnya, "Mal, kamu panggil beberapa santriwati ya!" ucap Aim memerintahi.

Jamal, mengangguk dan berlari kecil kearah ndalem yang memang jam segini masih ramai didatangi santriwati yang ada keperluan disana.

Tak lama dari kepergian Jamal, ada beberapa santriwati yang datang bergegas menghampiri Aim yang berdiri didepan mobil milik Queen.

"Assaalamualaikum, uda Aim, kata uda Jamal, uda Aim butuh kami? Apa yang bisa kami bantu uda?" tanya salah satu santriwati yang ada disana.

"Tolong kalian pindahkan gadis yang ada didalam mobil ini ke kamar ndalem ya. Saya mau ke ambuh dulu." ucap Aim berlalu pergi tanpa melihat ekspresi heran dari semua santriwati yang ada di sana.

Tak ingin banyak bacot, merekapun membantu mengangkat Queen dan memindahkan gadis itu ke kamar ndalem yang memang diperuntukan untuk tamu yang berkunjung.

"Astagfirullah, baunya kok seperti ini?" ucap salah satu santriwati yang mencium aroma tubuh Queen.

"Huss, kamu jangan keras-keras. Nanti, santriwan pada liat lagi. Kan mbak ini lagi gak pake baju yang tertutup." balas yang lainnya.

Littel QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang