Tongkat Sakti Kak Gokong

3 0 0
                                    


"Mau ke perpus, Non? Sini bukunya Abang bawain?" Tiba-tiba seorang siswa laki-laki sudah berjalan menjajarinya sambil menawarkan bantuan.
Siswi yang tengah membawa setumpuk buku itu bukannya senang ada yang mau membawakan buku-bukunya.

Alih-alih memberikan buku-buku itu kepada siswa cowok, siswi itu justru mengeraskan rahang dan mempercepat langkahnya. Namun, lelaki itu malah sengaja makin merapat ke sampingnya. Belum lagi siswa-siswi lain yang menonton mereka berjalan beriringan bak pengantin yang baru saja diberkati. Mereka mulai riuh bersorak-sorai, memberikan aplause sebagai tanda restu.
Duh, beban yang dibawanya terasa bertambah berat.

"Cieee, Iyen punya pacar, Iyen punya pacar!"

"Whaaa ... yang baru jadiaaan!"

Yel-yel mereka terasa memerahkan wajah si cewek. Sementara Julien yang mereka sebut 'Iyen' menunjukkan wajah pongahnya yang sangat menyebalkan ke sekitarnya.

"Akhirnya laku juga lu, Yen!" Ada yang salah menyebutkan yel-yel. Langsung saja temannya itu kena damprat.

"Eh, diem, lu Gagang Sapu!" Semua berpaling ke arah si Gagang Sapu.

"Heh, denger ya, kalian semua kalo sampe ada yang salah omong kayak si Cebong Laut tadi. Lu liat aja pembalasan gue, ntar!" Demi mendengar ancaman preman sinting sekolahan itu, sorak-sorai yang tadi mengelilinginya perlahan menyurut. Bahkan beberapa dari mereka langsung kabur begitu mendengar bentakan 'diem, lu!' dari mulut Julien, si Preman Sinting yang paling berpengaruh di sekolahnya. Bahkan para Ka-Kel segan pada Julien.

Dia nekat meringsek masuk demi mengejar cewek pujaannya yang sudah berhasil duduk di ruang perpustakaan.

Keisengan yang biasanya selalu berhasil, kali ini kalah telak. Kini dirinya harus mengalah saat dipelototi guru di perpustakaan. Bagaimana tidak? Guru itu mampu mengusir Julien hanya dengan matanya! Akhirnya cowok berambut cepak yang tegap itu pun ngeloyor pergi dari tempat itu dengan bahu lesu dan langkah gontai menuju kantin sekolah.

"Maki, ngapain lu tadi? Lupa cara ngomong, lu?!" Julien langsung mengomeli temannya yang gemuk itu.

"Anu ... sorry, Boss," jawabnya takut-takut.

"Awas, lu salah lagi. Nggak bakal gua kasih contekan, lu!"

"I, iya, Boss," sahutnya gemetar.

"Karena gua ini orangnya baek, hari ini Maki gua maafin. Lu mau makan apa? Gua traktir!"

Mendengar kata 'traktir', timses Julien bergerak mendekat. Biasa, minta gratisan.

Di perpustakaan, Sisil dan cewek yang digoda Julien tadi membicarakannya,

"Dey, kenapa elo lari, tadi?"

"Dilihatin segitu banyak umat, masa iya nggak lari? Mau ditaro di mana ni muka?"

"Ya, di situ aja kali, Dey. Hahaha ..."

"Kamu tuh, ya? Malah ngeledek aku. Bukannya menghibur." Cewek yang disebut Dey itu merengut, melirik Sisil, temannya.

"Dey, waktu itu elo bilang, elo nggak kenal sama Iyen."

"Iya, aku emang nggak kenal."

"Ah, Iya, ya. Elo kan anak paling kuper se-sekolahan. Elo pasti nggak tau kan kalo yang namanya Iyen Julien itu udah dianggap manusia setengah dewa di seantero sekolah ini?"

"Masa iya ada yang begitu?"

"Tuh, kaaan pasti kamu nggak percaya juga kalo dia itu cowok bandel yang serba bisa? Makanya dia paling disayang sama guru-guru. Dia itu preman yang pinter ngeles. Baik dalam hal pelajaran maupun dalam hal mengatasi masalah."

Chemistry di Antara AnomaliTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon