3

1.9K 186 9
                                    

"Kau baik-baik saja?"

"Ya..."

"Aku tahu ini pasti berat, dia memang seperti itu selalu mencari-cari kesalahan orang lain. Kata yang keluar dari mulutnya pastilah amat pedas,  Kyu... Aku harap kau mau bertahan di sini. Bersamaku..."
Areta menggenggam tanganku hangat.

"Tenang saja, aku tak selemah itu hehe... Yah, tadi memang sedikit membuatku sakit hati."
Andai Are tahu kelakuan dari bosnya itu.

"Apa kau sakit? Kuperhatikan sejak tadi wajahmu pucat sekali, jika tidak kuat tidak usah dipaksa. Kau istirahat saja dulu, biar aku yang membereskan ini. Lagipula ini juga sudah akan tutup."

"Tidak apa, kau pasti lelah juga. Aku tadi meninggalkanmu cukup lama, ayo kita selesaikan ini dan pulang!"
Ucapku girang, namun Areta tetap memandangku khawatir.

"Yasudah, kalau ada apa-apa cepat bilang aku ya."
Aku mengangguk mengerti. Dan kamipun segera membereskan kafe ini.

Junkyu pikir semua akan baik-baik saja, tapi pusing sialan ini malah makin menjadi-jadi. Jika ia pingsan di sini siapa yang akan menolong dirinya? Areta? Tidak... Bahkan tubuhku lebih besar dari dia.

Aku pasti bisa, iya kan...?

"JUNKYU!!"
suara teriakan itu yang terakhir kali aku dengar sebelum semua berubah gelap.

.

.

.

Bocah itu pingsan. Wajahnya sangat pucat, apa itu karena tadi? Yang berarti karena dirinya? Entah kenapa ia merasa bangga, namun juga merasa kasihan. Sedikit.

Ia berdiri seperti patung, sahabat dari bocah itu dan seorang karyawan sedang heboh sendiri melihat bocah itu belum sadar.

"Aduh bagaimana ini, Junkyu tak kunjung sadar juga. Aku takut dia kenapa-kenapa."

"Dave ini bagaimana?! Wajahnya pucat sekali!"
Areta heboh melihat Junkyu yang belum sadar.

"Tenang, kita bawa ke rumah sakit."

"Apa kita perlu meminta izin pada bos? Tapi ini mendesak sekali tak sempat!"

"Nanti saja, Junkyu lebih utama."

Dave sudah bersiap untuk mengangkat Junkyu, namun pergerakannya dihentikan oleh seseorang yang tiba-tiba hadir.

"Kenapa dia?"

"Pingsan Pak! Sudah hampir setengah jam Junkyu tak juga sadar! Kami akan membawanya ke Rumah Sakit."

"Turunkan."

"Apa?"
Areta tak salah dengarkan? Sahabatnya tengah sekarat sekarang!

"Turunkan."

"Tapi Pak—"

"Kalian membantah?"

"Biarkan dia di sini, dan kalian pulang."
Perkataan dari sang atasan membuat kedua orang itu memberikan tatapan tak percaya. Kenapa orang ini begitu tega?

"Tunggu apalagi? Kalian ingin dipecat?"

"Bapak benar-benar tak punya hati!"
Ucap Areta murka.

"Saya sedang tak ingin berdebat."

"Silakan keluar."

"Pak saya mohon tolong jaga Junkyu baik-baik, kami percaya pada bapak... K-kalau begitu kami permisi. "
Dave yang bersikap lebih dewasa memberikan penuturan itu. Dan menarik paksa Areta keluar dari sana.

"Apa yang kau lakukan! Kau menyerahkan Junkyu pada dia! Dave kau sungguh—Argh!!"
Areta seperti tak bisa berkata-kata lagi.

"Hiks—aku tidak tahu apa yang akan dilakukan orang itu pada Junkyu... Sejak awal kau tahu kan bagaimana bos bersikap pada Junkyu. Dia tidak pernah adil padanya, selalu menyalahkan, selalu mencari kesalahannya. Dave apa yang kau pikirkan!"

STUPID [HARUKYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang