Sontak dahyun dan sana bangkit dari tempatnya, berlari terbirit-birit kearah wastafel dan memuntahkan semua makanan yang sempat mereka masukan kedalam mulut.
"Kok manis," gerutu sana.
Melangkah kearah dapur, membuka tempat bumbu dapur yang baru saja ia gunakan.
"Pantasan, ngapain juga ada gula di sini. Om,"
"Apaan?"
"Tempat gula bukan di sini, gimana sih om,"
"Yah, kenapa nyalahin saya?" tukas dahyun, melangkah mendekat kearahnya sembari membalas tatapan tajam istrinya.
"Om yang duluan masak, sana juga lihat om bawa ini dekat kompor,"
"Lah kamu yang masak, masa gak tau bedain gula sama garam."
"Diam! om yang salah,"
"Yah,"
"APA? JADI AKU YANG SALAH GITU?"
Dahyun menghela napas panjang, mengambil alih benda itu dari genggaman istrinya diletakkan pada tempatnya.
"Iya, saya yang salah. Puas kamu?"
"Pasti, emang om yang salah."
Dasar anak setan, batin dahyun.
Dengan kesal sana membuka kulkas, mengeluarkan dua butir telur dan merampas garam dari genggaman suaminya.
"Duduk sana," ujar sana, dengan kesal memasak telur dadar.
Padahal sana mati-matian menahan lapar sedari tadi, tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur. Semur ayam, menjadi ayam manis.
Dahyun memilih diam, membuang masakan sana yang pertama digantikan dengan telur dadar. Selama makan hening, yang terdengar hanya dentingan sendok.
Wajah cantik itu terlihat kesal, sesekali melirik kearahnya dengan tatapan tajam. Padahal ini murni kesalahan mereka berdua, tapi apa boleh buat. Wanita selalu benar, tidak boleh diganggu gugat.
"sana marah sama om,"
Perkataan sana terakhir kalinya, tubuh ramping itu berlalu menjauh masuk kedalam kamarnya. Bahkan dahyun bisa mendengar pintu di banting cukup kencang.
"Ck, seharusnya yang marah siapa? aneh." gumam dahyun.
_________________
Pagi ini sana bangun lebih awal seperti semalam, seragam putih abu-abu sudah melekat ditubuhnya, hanya tersisa satu tujuan jahat. Dengan pelan sana membuka pintu kamar suaminya, mengintip sedikit dan masuk dengan langkah sepelan mungkin.
Ranjang king size itu sudah rapi, terdengar percikan air dari kamar mandi. Dengan senyuman jahat sana meletakkan sesuatu diatas jas hitam suaminya yang sudah disediakan di atas ranjang, dan berlari terbirit-birit keluar dari kamar.
Tepat pintu tertutup, bertepatan dahyun keluar dari kamar mandi.
"San,"
Hening tidak ada sahutan, Dahyun mengerutkan dahi merasa ada yang aneh. Dan benar dugaannya, amplop putih yang sama persis seperti semalam terletak di atas jas hitamnya, dengan grasa grusu dahyun membuka amplop putih itu, dan melototkan mata membaca isi kertas putih itu.
"SANA!"
Siempunya yang mendengar teriakkan itu hanya tertawa terbahak-bahak, berlari terbirit-birit keluar dari rumah demi menyelamatkan nyawa.
"Astaga malu-maluin banget jadi istri," gumam dahyun.
Dengan secepat mungkin dahyun memakai setelan formal nya satu persatu, meraih ponsel dan kunci mobil dari atas nakas dan melangkah lebar keluar dari rumah. Siang ini ada meeting, jadi urusan yang satu ini terlebih dahulu dahyun selesaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minatozaki Sana
Romance"Belajar yang benar dulu. Masih di bawah umur, udah bahas yang begituan," "Oh, santai om dahyun. Sana udah legal, bikin cucu buat mama papa juga udah bisa," "Jangan ngomong yang aneh-aneh!" "Sana ngomongin masa depan nih om, lagian om udah tua udah...