18

150 31 3
                                    

Sontak sana tertawa terbahak-bahak, menanggapi umpatan suaminya. Jarang-jarang pria yang satu ini mengumpat, biasanya hanya meneriaki namanya saja.

"Orangtua di larang mengumpat om, katanya malaikat kegelapan yang jemput. Itu juga pas mandi, paling parahnya lagi waktu om pakai sabun. Jadi om di bawa ke neraka sambil bersabun, t*lanjang lagi."

Siempunya hanya menghela napas panjang, seraya mengelus dada. Bisa-bisanya istri sendiri mendoakan yang tidak-tidak. Untung di bawah umur.

"Jadi mulai besok, om banyak-banyakin berdoa biar masuk surga. Sekalian doain sana, biar dapat duda beranak satu ujung kompleks."

"SANA!"

Wajah dahyun memerah sempurna, bahkan kedua telinganya ikut memerah. Layaknya banteng dengan tanduk yang siap menerkam mangsanya.

Tapi sayangnya siempunya tetap kekeh, melanjutkan pembicaraannya yang tidak ada faedahnya. Yang ada membuat dahyun kesal setengah mati.

"Bilang sama Tuhan, sana pengen duda beranak satu cuman itu aja. Doa om pasti terkabulkan, soalnya dosa om dikit, walau beda tipis sih sama sana."

Sana terlalu sibuk berbicara, tanpa menyadari singa jantan di sampingnya bangkit dari tempatnya. Melepas kaosnya dan dilempar asal ke sembarang arah.

Tapi detik berikutnya mangsa nya menyadari kemarahannya, dengan gerakan kilat bangkit dari tempatnya melangkah menjauh dari jangkauannya.

"Ngapain sih om?"

Sana tertawa kecil, sembari melipat kedua tangan tanpa merasa berdosa sedikitpun.

Tapi kali ini dahyun benar-benar marah, tatapannya tajam seakan siap menerkam nya.

"Ck, kesurupan lagi."

Sana memilih diam di tempat, melihat tindakan dahyun selanjutnya. Sedikit demi sedikit tubuh kekar itu melangkah mendekat, detik berikutnya mengangkat tubuhnya dan di banting ke atas ranjang.

"NGAPAIN SIH OM?" teriak sana, detik ini juga menyesal dengan keputusannya.

Dahyun menimpa tubuhnya, dengan seringai licik di wajahnya. Entah apa yang dia rencanakan, tapi kali ini sana benar-benar dalam bahaya.

"OM, BERAT WOI!"

Sana berusaha memberontak, bahkan tidak segan-segan menjambak rambut suaminya tanpa memperdulikan ringisan kecil dari mulut siempunya.

Lagian wajahnya menyeramkan, layaknya om-om mesum seakan siap melahapnya. Padahal sana bukan ikan, melainkan anak setan.

"Astaga, rambut saya bisa rontok."

"Biarin, lagian ada shampo om. Katanya menghindari rambut rontok," jelas sana tanpa beban, sesekali tertawa terbahak-bahak.

Dahyun meraih lengan gadisnya, walau tetap saja hasilnya sama. Yang ada punggungnya yang jadi sasaran, mungkin sebentar lagi patah tulang saking sakitnya. Dahyun lupa, anak yang satu ini beda dari yang lain. Sesuai pengakuan siempunya, sana benar-benar anak setan.

Pukulannya melebihi kapasitas kemampuan wanita pada umumnya, pantasan saja pria waktu itu pingsan sekejap. Pukulan sana memang sakit, malah lebih dari kata sakit.

"Lepasin tangannya, rambut saya bisa habis kalo kamu jambak terus."

"Biarin, lagian om mesum banget jadi orangtua. Udah tua juga,"

"Lah, orang kamu istri saya. Terserah saya dong ngapain."

"Yah gak boleh,"

Sesekali terdengar ringisan, hingga sekali tarikan pergerakannya terkunci. Senyuman jahat semakin terlihat di wajah tampan itu, malam pertama yang tertunda akan terjadi. Tapi itu tidak bisa di biarkan, sana benar-benar datang bulan hari ini.

"Ck, ngapain sih om?"

"Takut?" tanya dahyun balik.

"Biasa aja, tapi muka om jangan digituin. Jelek banget sumpah,"

Spontan wajah dahyun datar dalam sekejap, walau tetap saja tatapan matanya berbeda.

Menyadari hal itu sana malah tertawa terbahak-bahak, bukannya takut melihat kekesalannya.

"Om imut, kayak boneka b*bi."

"Ulangi!"

"Om ganteng, gak ada tandingannya."

"Memang,"

"Dih, kepedean."

Terdengar helaan napas panjang, Dahyun kembali terhipnotis dengan manik biru itu, rasanya tenang tapi menghanyutkan.

Tanpa sadar wajah mereka tersisa beberapa centi, bibir pink itu akan menjadi miliknya sebentar lagi. Tapi sayang semua tak seindah yang dibayangkan, tepat dahyun memejamkan mata terdengar dering ponsel. Detik berikutnya tubuhnya di dorong menjauh.

Br*ngsek, gagal lagi. Batin dahyun.

Dengan perasaan dongkol, Dahyun memilih duduk di tepi ranjang menatap punggung gadisnya yang tidak jauh dari tempatnya.

Entah siapa yang berbicara di sebrang telepon, terlihat sana serius sesekali menganggukan kepala.

"Om,"

"Hm,"

"sana izin keluar bentar, ada aja janji sama papa. Sana lupa," elak sana.

Dahyun tidak perlu tau masalah yang satu ini, rasanya memalukan pria yang satu ini tau kehidupannya yang sebenarnya. Cukup perilaku yang selama ini ia tunjukkan di depan dahyun yang pria ini kenal, sisi yang lain tidak.

"Mau kemana? jangan bohong sama saya,"

"Gak, sana gak bohong kok om. Sana izin,"

Dahyun hanya mengangguk kan kepala, menatap punggung gadisnya berlalu keluar dari kamar.

Tepat pintu tertutup, terdengar helaan napas panjang.

_____________

Kini sana kembali ke posisi kehidupan yang dulu. Hidup yang mengubah dunia nya, terutama kepribadiannya. Rumah orangtuanya, sekaligus neraka ke dua.

Rumah orangtua seharusnya tempat berlindung, jika salah satu anak sudah resmi menjadi istri atau pun suami orang. Tapi rumah sana berbeda. Rumah ini neraka.

Setiap manusia selalu menginginkan kehidupan yang tenang, bahagia, damai, dan keluarga harmonis. Tapi entah mengapa, kedua orangtuanya tidak tau yang namanya kehidupan harmonis.

18 tahun hidup di dunia, kata-kata yang selama ini sana hindari akhirnya terucapkan.

"Papa sama mama bakalan cerai," ucap taehyung papa sana.

'Ya Tuhan, salah sana apa? gak ada rencana gitu buka hati mereka berdua, sana manusia bukan hewan peliharaan. Sakit banget, Tuhan gak sayang sama sana yah?' batin sana.

Mungkin ini saatnya, daripada mereka berdua selalu adu mulut tidak jelas. Lebih baik sana menyerah dengan keadaan.

"Kalo menurut papa sama mama itu baik, yah gak papa. Sana oke-oke aja," jawab sana dengan tenang.

Kedua tangannya terkepal kuat, menahan pelupuk mata yang akan mengeluarkan setetes air mata.

B*adab kata yang pantas untuk kedua manusia di hadapannya. Untuk apa coba sana dilahirkan? jika hanya untuk dijadikan pajangan, lebih baik tidak usah di lahirkan.

Mental di hancurkan, batin tersiksa, hanya materi yang terpenuhi layaknya hewan peliharaan.

"Papa sama mama urus aja secepatnya, sana bakalan datang kok pengadilan. Urusan hak asuh anak, gak usah pikirin. Sana udah punya suami." Kalo gak, sana bunuh diri aja. Gak guna sumpah.

"Papa urus secepatnya, masalah harta kamu tetap pewaris." ucap taehyung tanpa beban.

Mati aja Lo sumpah, gak guna. Lo pikir gue butuh uang b*ngsat? gak, gue cuman butuh kasih sayang. Batin sana.

"Yaudah gapapa, sana izin mau ke kamar sana ngantuk. Semalam begadang sama suami," elak sana.

Tanpa memperdulikan teriakan orangtunya, sana berlari sekencang-kencangnya. Masuk kedalam kamarnya sebelum menikah, mengunci pintu dari dalam dan air mata sialan itu keluar dengan sendirinya.





Tbc

Minatozaki Sana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang