11

235 44 4
                                    

"Kenapa Lo?" tanya chaeyoung, tepat sana duduk di jok belakang mobil.

"Suami gue lucu,"

"Suami Lo yang lucu atau Lo yang kayak d*jjal?"

"Dua-duanya,"

"Hati-hati San, surga di telapak kaki suami."

"Ha? sejak kapan di ganti?"

"Tahun lalu,"

"Biasanya yang ngomong gitu kuburannya pendek, yang jemput malaikat kegelapan."

"Sejak kapan coba ada yang ngomong gitu?" tanya chaeyoung , seakan tak mau kalah.

"Gue barusan,"

"Terserah."

Sana hanya mengangkat bahunya acuh, beralih ke arah mina yang sedari tadi diam membisu di samping kursi kemudi.

"Kenapa bini Lo?" tanya sana kearah chaeyoung

"Sejak kapan mina banyak omong?"

"Iya juga sih,"

Sana mengaruk tengkuknya, tertawa kecil sembari menatap keluar kaca mobil.

Mina memang orangnya pendiam, tapi sekali ngomong ibarat cabe rawit dimakan dari batangnya, pedas.

Tapi diamnya juga dipertanyakan, biasanya mina punya masalah makanya diam berlarut-larut dan selalu menyimpannya sendiri tanpa berniat menceritakannya, sebelum puas menahannya sendiri.

Mereka mengerti akan hal itu, karena setiap orang punya cara tersendiri menghadapi masalah.

Tak menunggu lama mobil sudah terparkir di parkiran sekolah, seperti biasa mereka bertiga berjalan beriringan melewati lorong sekolah satu persatu, dengan chaeyoung ditengah-tengah merangkul pundak mereka berdua.

Pagi ini ada yang aneh, semua pasang mata tertuju kearah mereka bertiga dengan bisik-bisikkan tidak jelas.

"Oh, iya. Si tzuyu sama si itu siapa sih namanya–"

"jihyo" sahut mina

"Iya, udah gimana?" tanya sana, seakan tau bisikan seluruh warga sekolah.

"Masih di rumah sakit, si tzuyu juga belum sadar tapi udah di bawah pengawasan polisi," jelas chaeyoung.

Sana hanya menggangguk, duduk di samping mina sembari menatap teman sekelasnya yang sedari tadi berbisik-bisik dan menatapnya dengan tatapan aneh.

"KENAPA LO SEMUA? BOSAN HIDUP? GUE GAK BAWA SENJATA, MENDING LO SEMUA DIAM SEBELUM GUE TUTUP MULUT LO SATU PERSATU!" teriak sana, memenuhi ruangan.

Spontan semua gegalapan, mencari kesibukan masing-masing takut berurusan dengan manusia yang satu itu.

"Bikin kesal aja Lo semua," geram sana

Dengan kesal membuka ranselnya, meletakkan semua bukunya ke atas meja dengan sedikit membanting nya hingga menimbulkan suara nyaring.

Mina dan chaeyoung hanya tertawa kecil, merasa terhibur melihat wajah kesal sana. Hanya mereka berdua yang berani tertawa saat sana marah seperti saat ini, karena sana tidak akan marah, malah ikut tertawa.

Pagi ini meeting penting, di pimpin pemilik perusahaan sekaligus ayah dahyun. Jujur sebenarnya dahyun malas menghadiri rapat seperti saat ini, rasanya membosankan.

Lebih baik berkutat dengan keyboard dan layar komputer, tidak peduli berapa lama pun itu asal tidak berkumpul dengan orang lain atau lebih tepatnya benci dengan keramaian.

Kebetulan dahyun hanya CEO, bukan pemilik. Pemegang perusahaan sepenuhnya masih ayah nya dan dahyun mendukung penuh akan hal itu. Rasanya malas mengikuti rapat penting seperti saat ini, rasanya membosankan dan pusing.

Minatozaki Sana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang