Hari ini arthit berulang tahun ke empat tahun, krist mengajak anak dan suaminya untuk pergi keluar sekedar untuk membawa arthit jalan-jalan. Arthit sudah menunjukan sebuah perubahan sekarang, dia sudah bisa berjalan dua atau tiga langkah, tapi setidaknya ia bisa menggerakan kakinya walau anak seusianya sudah mulai masuk sekolah dan berbicara lancar.
Singto menemani arthit bermain di Playground sedangkan krist juga berdiri tak jauh dari mereka, arthit melempar banyak bola yang berada di dekatnya dan terlihat sangat bahagia, melihat arthit seperti tak perlu di temani, singto keluar dari area kolam bola tersebut dan menghampiri krist memperhatikan arthit bermain sendiri dari kejauhan.
"Lihat, arthit sudah tak takut bermain sendiri" ucap singto, karna biasanya arthit akan selalu menangis jika tak melihat papa atau daddynya.
"Iya" ucap krist bahagia.
Keduanya menatap arthit yang tengah bermain sendiri, melempar bola-bola kecil itu kemudian tertawa.
Tak lama datang seorang anak kecil mungkin baru sekitar 2 tahun berjalan mendekati arthit.
"Mungkin mereka ingin berteman" ucap singto sembari memperhatikan interaksi kedua anak kecil itu.
Anak kecil itu melempar bola kepada arthit hingga mengenai kepalanya dan membuat arthit terkejut kemudian menangis, anak itu juga menarik rambutnya sehingga membuat singto dan krist langsung masuk dan berusaha melerai mereka begitu juga dengan orang tua si bayi itu.
"Kongpob jangan seperti itu" ucap seorang wanita sembari menggendong anaknya.
"Maafkan anak ku" ucapnya lagi.
Membuat krist menatap ke arah wanita itu, keduanya benar-benar terkejut bertemu di Playground dan tentunya tengah menemani anak mereka.
"N-namtarn"
"K-krist"
Singto menatap keduanya dengan kesal, dia benar-benar cemburu melihat suaminya bertemu dengan mantan pacarnya sekarang.
Arthit yang masih menangis kencang membuat singto terpaksa mengalihkan tatapannya dari keduanya, ia berusaha untuk menghibur arthit agar diam.
"Maafkan anak ku, tadi dia lepas dari pengawasan ku" ucap namtarn.
Krist hanya menganggukan kepalanya dan membantu singto menghibur arthit.
"Sudah lima tahun berlalu, itu berarti usia anak mu juga sudah empat tahun?"
"Hmm" jawab krist singkat sembari berusaha untuk menghibur arthit agar berhenti menangis
"Kenapa masih cengeng? Apa sudah sekolah? Ku lihat tadi juga dia tak berlari seperti anak kecil seusianya?" Ucap namtarn.
Namtarn memang tak sengaja melihat arthit sedari tadi namun tak tahu dengan keberadaan kedua orang tuanya, dia memperhatikan arthit bermain hanya duduk dan melempar tanpa beranjak dari tempatnya.
Singto dan krist hanya diam tak menghiraukan ucapan namtarn.
"Aku mengerti sekarang? Apa anak mu sedikit terlambat? Dia bahkan tak berhenti menangis, mungkin itu karma kedua orang tuanya yang satu suka selingkuh dan satunya perebut kekasih orang sehingga anaknya cacat!" ucap namtarn kemudian ia pergi meninggalkan krist dan singto dengan menggendong kongpob.
Hati singto benar-benar perih mendengarnya, ia bahkan meneteskan air matanya sekarang. Semua orang boleh menghina dirinya tapi tidak untuk anaknya.
"Jangan menangis, arthit pasti bisa seperti anak kecil lainnya nanti" ucap krist berusaha untuk menghibur singto.
Setelah arthit diam, krist membawa singto ke dalam pelukannya dan mengecup kening singto kemudian beralih mengecup kening arthit.
"Aku mencintai mu, jika bukan karna aku mencintai mu aku juga tak mungkin selingkuh dengan mu dulu, tapi bukan itu yang ku maksud, arthit seperti ini bukan karna perbuatan kita, kita memang di percayakan untuk merawat seorang anak istimewa" hibur krist.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed With you ✓
General FictionSemua berawal dari pertemuan yang tak disengahja antara krist dan singto, keduanya bertemu di sebuah pesta pernikahan teman mereka, singto yang baru pertama kali melihat krist merasa langsung jatuh cinta padanya dan ingin menjadikan krist hanya mili...