Keputusan El

266 42 9
                                    

El memandang dirinya di pantulan cermin kamar mandi. Dia melihat bayang seorang lelaki super biasa saja tengah menatapnya balik. Lelaki yang ... tinggi pas-pasan, tidak memiliki kekekaran (jika dibandingkan pacarnya) dan cenderung dikaruniai muka biasa tanpa pahatan spesial. 

Hei kau. Apa yang tengah kau lakukan? El menanyai dirinya sendiri. Di bawah guyuran air shower, juta tanya berkelebat. Dia tak tahu mengapa tiba-tiba dirinya terjebak situasi demikian. Hal yang tak pernah ia duga sebelumnya.

Sungguh tak pernah ia duga.

Helaan napas lelaki itu buang kemudian. Dia menjulurkan tangan, menahan tubuhnya melengkung dengan dinding sebagai tumpuan. Pelan ia menunduk, memejamkan mata, membiarkan bulir-bulir air hangat membasahi kepala dan sekujur tubuhnya.

Dia harus mendinginkan pikirannya. Dia harus sesegera mungkin mengendalikan emosi yang meletup-letup di dalam dadanya.

Rasa ini ... rasa yang berkecamuk ini ... takut, marah, kecewa, sedih, lalu yang lebih menonjol ... tak tega.

Hari ini sangat membuat emosi di hatinya jumpalitan. Pertama, dia dibekuk rasa tak percaya diri karena ucapan adik pacarnya, membuatnya tak yakin dia diterima. Oke, kendati pada akhirnya dia tahu Awan dengan senang hati menyambutnya sebagai pacar sang Kakak, tapi tak ayal dia cukup gamang sebelum fakta ini ia temukan. Kedua, dia merasa pacarnya berbeda. Hell, dia bahkan bingung, benarkah orang yang menjemputnya itu sang Kekasih? Karena ... mereka beda! Tidak seutuhnya, Rei lebih terkekang daripada Mar-mar.

Mereka berbincang banyak di kamar Awan tadi. Hal biasa seperti memperkenalkan diri, asli, kesukaan dan sekilas tentang keluarga.

Di situlah El menyadari sesuatu. Lebih tepatnya, Elysha menyadari sesuatu: siapa Mar-mar sebenarnya.

Dan mengapa Rei dan persona online-nya begitu berbeda.

Dia tahu siapa itu Arganta.

"Fuck. Aku terseret plot novel lain!" pelan, El menghantamkan tangannya di keramik tembok kamar mandi yang ia pakai ini. Nadanya berat, penuh sesal. 

Sejak tertransmigrasi kemari, dalam dunia novelnya sendiri, Elysha bersumpah tak mau melibatkan diri pada alur novel yang ia buat. Dia berusaha sedemikian rupa untuk menjauhi Wijaya dan Cakra. Dia tak mau merasakan adukan emosi ketika dirinya bertahan hidup saja susah.

Namun, heh, memang manusia hanya bisa berkehendak dan Tuhan-lah yang menentukan. Lihat dia sekarang? Tanpa sadar bertemu dengan tokoh utama novel lain yang pernah dia buat dengan temannya sebelum hubungan persahabatan mereka kandas. Masih draft. Belum pernah publikasi, tapi jelas ... dia berbagi universe dengan Tresno. Buku tempat Wijaya dan Cakra tinggal. 

Mar-mar ... atau Reihan. Ya. Dia adalah male lead cerita itu.

Cerita yang dibuat untuk memenuhi kesangean Elysha dalam menggarap cerita hubungan lelaki dengan lelaki. Fix, ratenya tentu saja R21 dan di setiap bab ada adegan esek esek. Sedihnya, tak jarang Elysha membubuhkan kekerasan dalam setiap persetubuhan, bahkan terkadang hubungan yang dijalin tidak  memiliki izin. Yep. Rape. Ada di beberapa episode, gangb*ng.

Siapa tokoh malang yang mendapatkan perlakuan itu?

Ya. Reihan. Rei. Orang yang kini adalah pacarnya.

"Karma, kah? Karma pasti. Duh El ... kamu sih nulis ngawur, nggak pernah mau nempatin dirimu di posisi karakternya. Lihat apa yang terjadi?" El bermonolog pada dirinya sendiri. Gumaman yang dia lantunkan rendah, cengkok nada yang ia gunakan penuh sarkasme. Dia menyindir kegoblokan dirinya sendiri.

Dengan sadar, Elysha membuat pacarnya seperti 'barang'. Sosok menyedihkan yang dimanfaatkan oleh kakak angkatnya (yang lucunya adalah tokoh utama cerita itu) demi mencapai tujuan gila. Seseorang yang dengan sadar, Elysha tenggelamkan dalam hubungan toxic dan penuh dengan kekerasan.

WTF?! Why am I a boy here?! [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang