♡ - [03/10]

766 106 0
                                    

Setidaknya ...

━━━━━━

PLAK! PLAK!

Tetap sakit.

Lantas apa? Aku harus terima saja kenyataan kalau ini nyata dan bukan mimpi?

Haruskah aku tampar diriku sendiri lagi?

Padahal baru saja ambil ancang-ancang mau menampar, sebuah tangan yang kekuatannya lebih besar dariku menggenggam pergelangan tanganku erat.

Siapa lagi? Pasti Tooru.

Aku menoleh ke belakang, sambil sedikit mendongak. "Sudah selesai sarapannya?"

Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah meraih pipiku, mengelusnya pelan. "Kau kenapa sih daritadi? Jangan melukai dirimu sendiri," katanya dengan alis bertaut.

"... Itu cuma tamparan kecil," balasku datar, "kamu gak perlu khawatir segitunya."

Untuk kedua kalinya, wajah Tooru merona. "A-aku gak khawatir, kok," sanggahnya cepat. Dia tarik tangannya dari pipiku. "Lebih baik dikompres. Pipimu sampai merah."

Oh, waw.

"Sebentar." Dia kembali ke ruang makan, meninggalkanku yang terbengong-bengong ria.

Ya ... walau sifatnya berbeda jauh, setidaknya sifat kekanak-kanakannya berubah. Lebih ada inisiatif untuk beraksi daripada panik sendiri.

━━━━━━

... dia lebih dewasa, kurasa?

𝗦𝗪𝗜𝗧𝗖𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang