♡ - [04/10]

706 110 1
                                    

Sulit bagiku ...

━━━━━━

Tooru dengan lembut mengkompres kedua pipiku. Iya, dia benar-benar melakukannya, padahal kupikir dia tidak akan seserius itu. Padahal hanya sedikit sakit, nanti lama-lama juga hilang sendiri, masalah pipi merah sih, itu kecil saja, paling nanti juga hilang, 'kan. Namun, tampaknya pemikiran Tooru tidak sesederhana itu.

Dan pikirannya memang tidak pernah sederhana. Dia selalu saja merumitkan segala sesuatu.

"Tooru, kau gak perlu sampai begini. Sudah gak sakit, kok."

Dia menurut, menaruh kompresnya di meja. Kemudian dia tetap duduk diam di sampingku, menatapku lamat-lamat.

Apalagi astaga? Aku tidak bisa telepati.

"Apa?" tanyaku akhirnya, "katakan saja tolong. Kalau kamu gak bilang, aku gak bakal paham."

Wajahnya terlihat menolak, tetapi karena aku terlihat tak kunjung memahaki maksudnya, dia menyerah.

"Bukankah seharusnya kau melakukan seusatu?"

"Eh ... ehm, makasih ...?" kataku sambil memiringkan kepala.

Sekilas wajahnya terlihat kecewa, netranya mengarah ke bawah, tidak mau menatapku.

Tuh 'kan, salah! Maunya apa, sih?

Kesunyian melanda kami selama beberapa saat. Dia yang tampaknya ngambek, dan aku yang berusaha memikirkan apa maunya. Dengan Tooru yang selalu terang-terangan saja kadang aku tak menangkap kodenya, apalagi yang begini, nyaris mustahil aku bisa menangkap kodenya.

Kalau sudah begini ... biasanya dia mau apa, ya?

Ah--

"Tooru, permisi sebentar, ya." Aku meraih pipi kanannya, kemudian mencium keningnya beberapa saat.

Nah ... sudah, 'kan?

Dapat kulihat wajahnya kembali semerah tomat, dia memalingkan wajah sekaligus membelakangiku. "Sama-sama."

Ternyata dia masih sama saja. Hanya saja ... yang ini lebih sulit dimengerti.

━━━━━━

... untuk memahami kode-kodenya, tahu.

𝗦𝗪𝗜𝗧𝗖𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang