♡ - [09/10]

562 96 4
                                    

Mungkin karena ...

━━━━━━

"Sudah baikan, 'kan? Makanya, menurut saja kalau kusuruh minum obat." Aku duduk bersila di tepi ranjang, tersenyum tipis padanya.

Tooru meletakkan mangkuknya di nakas. Kemudian ia kembali menatapku, masih dengan ekspresi ngambek.

Aku terkekeh. "Tadi 'kan kamu sendiri yang milih buat minum obat, kenapa malah ngambek?"

Eh--

Dia menggeser posisi duduknya, tepat di depanku. Netra cokelatnya menatapku dalam. Refleks aku memundurkan badan, kedua alisku terangkat.

"Apa ...?" tanyaku.

"Akhir-akhir ini kau menyebalkan, (Name). Selalu saja membuatku berdebar-debar." Suaranya mengalun tepat di telingaku. Sontak aku merinding, bersamaan dengan itu, wajahku perlahan terasa hangat.

"Hmp--"

Alisku menukik tajam, aku memicingkan mata, menatapnya kesal. Sialan, dia menertawakanku!

Dia kembali ke posisi semula, memundurkan badannya. Senyum miring nan menjengkelkan menghiasi wajahnya. "Sayang sekali aku sedang sakit ...." Tangan kanannya terangkat, mengusap bibirku sekilas. "Takutnya kau tertular nanti."

Aku kembali merinding. Tanpa sadar kucengkeram pergelangan tangannya.  Tatapku tertuju dengan netra cokelatnya. "Berhentilah bertingkah. Kalau sudah begini, kamu merepotkan banget."

Anak ini ... ternyata masih sama saja jailnya.

━━━━━━

... sudah lama gak menghadapi sifat jailnya, aku jadi susah bersikap biasa saja.

𝗦𝗪𝗜𝗧𝗖𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang