♡ - [07/10]

590 102 4
                                    

Walau suka sok kuat ...

━━━━━━

"Hatchi!"

"Keluarkan tuh lendirnya, kalau sudah mampet gak enak." Kusodorkan sekotak tisu padanya.

Dia menerimanya tanpa bicara, kemudian mengeluarkan seluruh ingus yang bersarang di hidungnya. Sementara aku masih duduk memperhatikan.

Hidungnya memang jadi merah, tetapi tampaknya belum serius. Matanya belum berubah jadi mata orang sakit. Biasanya kalau sudah sakit, matanya akan sayu dan sorot matanya lemah.

"Akh, gak enak banget," gerutunya pelan. Alisnya menukik tajam, cemberut.

Masih sama lucunya ternyata.

"Tooru, permisi, ya." Aku bergeser agar lebih dekat dengannya. Kudekatkan wajahku padanya, sampai kening kami menyatu.

Suhu badannya normal, dan sebenarnya aku tahu itu tanpa perlu melakukan ini. Hanya saja--

Kedua pupilnya membesar, dan dapat kurasakan napasnya jadi lebih cepat. Namun, belum sempat aku memperhatikan wajahnya lebih detail, dia lebih dulu mencengkeram bahuku dan mendorongku pelan agar menjauh.

--reaksinya lucu, ya 'kan?

"Kalau terlalu dekat begitu kau bisa tertular!" serunya.

"Gak bakal, kok," balasku, "lagi pula, aku harus mengecek suhu badanmu, tahu. Bisa gawat kalau kamu demam, 'kan."

Dia terlihat kehilangan kata untuk beberapa saat, untuk kemudian kembali membalas dengan suara cemprengnya, "Mengecek suhu badan 'kan bisa pakai tanganmu saja!" Dengan wajah memerah hebat, tentu saja.

Padahal aku selalu berusaha agar tetap memasang wajah datar di depannya, stay cool, tetapi tidak semudah itu ternyata.

Tanpa sadar aku terkekeh melihat reaksinya yang sesuai prediksiku. "Memang, sih. Tapi ... aku gak mau melewatkan reaksi lucumu ini."

"Pemandangan indah itu, sayang sekali kalau dilewatkan, tahu."

"K-kau bicara apa, sih?!"

━━━━━━

... sebenarnya dia itu mudah sakit.

𝗦𝗪𝗜𝗧𝗖𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang