♡ - [10/10]

722 107 17
                                    

Setidaknya ...

━━━━━━

"(Name)-chan!"

Aku membuka mata perlahan dengan kening mengkerut, rasanya tak leluasa bergerak, dan agak sulit untuk mengambil napas.

"Hmm? Sudah bangun, ya?"

Walau sulit, aku dapat memiringkan badanku sedikit, dan tampaklah wajah cerah ceria Tooru, tepat di depanku.

Apa ini? Dia sudah normal lagi, secepat ini?

"Selamat pagi, (Name)-chan!" sapanya tanpa ada niat menjauhkan jarak kami, malah kurasakan pelukannya padaku mengerat.

"Ya--" Kalimatku tertahan saat netra cokelatnya menatapku lamat-lamat. Ah sial, aku jadi teringat kejadian tadi, yang entah mimpi atau apa.

"Hm? (Name)-chan ... ada apa?"

Memang dasar tak bisa baca situasi, Tooru malah mendekatkan wajahnya, sampai kening kami menyatu.

HEI, INI TERMASUK KARMA UNTUKKU BUKAN, SIH?!

"Ah, Tooru sialan," gumamku sambil mendorong badannya agar menjauh.

Sontak saja dia memasang wajah terluka. "Apa salahkuuu? Kamu bahkan baru bangun!"

Aku mengabaikannya, sibuk mengatur napas dan menata ekspresi. Tangan kananku mencengkeram bahunya agar tetap di posisi menjaga jarak, sementara tangan kiri kugunakan untuk menutupi sebagian wajahku.

Masalahnya, bukannya mereda wajahku malah makin terasa hangat.

"He ...."

Kuarahkan tatapku pada Tooru, dan aku langsung merasakan firasat buruk saat senyum jail menghiasi wajahnya.

"Apa ini? Biasanya (Name)-chan gak segampang ini dibuat salah tingkah?" Dia menanyakan sesuatu yang sebenernya tidak dia butuhkan jawabannya.

Alisku bertaut. "Diam dulu--"

Mulutku terkunci, sebab tahu-tahu Tooru beranjak duduk, kemudian bergeser mendekatiku. Tangan kirinya bertumpu di dinding, sementara tangan kanannya menjadi penopang, tepat di sebelah kepalaku.

Dia menurunkan wajahnya sampai kening kami nyaris bertemu. Napasnya dan napasku seperti sudah campur-baur. "Kalau (Name)-chan sudah begini aku jadi ingin memakanmu."

DUAK!

Kupukul dadanya dengan lengan sekeras mungkin sampai dia terhuyung ke belakang, kemudian aku langsung beranjak duduk. "Entahlah aku harus bersyukur karena kamu kembali normal, atau merasa tertekan karena harus menghadapi sifat jailmu lagi," gumamku.

"(NAME)-CHAN, AKU HANYA BERCANDAA! KENAPA HARUS MEMUKUL, SIH??" protes Tooru sambil meringkuk memegangi dadanya.

Aku menatapnya sembari menggaruk kepala yang tidak gatal. "Maaf ...?"

━━━━━━

... semua kembali normal.

- fin -

𝗦𝗪𝗜𝗧𝗖𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang