12. Cuek berubah jadi rasa peduli

2K 191 42
                                    

VOTE DAN KOMEN SAYY

VOTE DAN KOMEN SAYY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12. Cuek berubah jadi rasa peduli

Sehari, dua hari berlalu begitu cepat. Sekarang genap tiga hari aku tidak bertemu dengan Suga. Ada rasa kangen ketika tidak mendapati orang yang selama ini selalu tidur di sampingku, biasanya ketika baru bangun, aku langsung natap wajahnya. Hanya ketika ia tidur saja aku bisa memandanginya begitu lama.

Tapi, kenapa aku jadi mikirin dia? Padahal dia belum tentu mikirin aku.

Bisa jadi dia lagi asik sama sekertarisnya.

Padahal kalau ditanya cantikan siapa juga masih cantikan aku, tuh.

Mata Suga mulai buram kayaknya, faktur usia sih mungkin.

Soal Aiden, aku masih sering komunikasi walau tidak tatap muka secara langsung. Kami cuma berbicara melalui media video call, kadang juga ibu ke rumah ngobrol sama mama dan dia bawa Aiden.

"Gimana, lo belum balik juga ke rumah mertua lo?"

"Belum."

"Mama lo gimana responnya pas tahu anaknya berantem sama menantu kesayangannya cuma karena salah paham?"

"Ih, siapa bilang salah paham?"

"Gue," Fathul mulai melahap kembali nasi gorengnya.

"Siapa tau kan mereka gak punya hubungan seperti yang otak lo pikirin ini." Lanjutnya sambil nunjuk jidatku.

"Bayangin kalau suami lo bener-bener niat beliin lo sesuatu, tapi lo langsung diemin dia, terus marah-marah tanpa dengerin penjelasannya. Bayangin deh gimana perasaan suami lo, Na."

"Ka-kamu kok jadi belain dia, sih."

Fathul berusahan menelan daging ayam yang baru ia kunyah tadi, dia minum dulu lalu lanjut berkata, "Gue cuma memposisikan diri gue kalau jadi suami lo."

Aku mengangguk berusaha mengerti, tapi beberapa detik kemudian, aku membela diri.

"Ya semua enggak bakal begini juga kalau dia enggak selalu nanya-nanya mulu, aku udah berusaha diem, biar enggak meledak di depan dia. Tapi, dia nanya terus. Aku kenapa? Aku cemburu apa enggak? Aku--"

"Semua begini karena lo cemburu, lo enggak mau ngaku! Gue tau lo gengsian parah, Na. Lo gak bakalan mau ngaku sebelum orang itu ngaku duluan. Andai lo bilang kalau lo cemburu, udah selesai. Lo gak bakal di pisahkan sementara sama papa mertua lo." Fathul natap aku sambil menyuap kembali nasi gorengnya.

"Coba terbuka sama suami lo, bilang kalau lo gak suka dia deket-deket sama cewek lain. Gitu aja kok susah." Katanya lagi.

"kurang-kurangin gengsian lo. Suami lo itu kurang peka, dia gak bakal tahu kalau lo gak bilang."

Aku enggak percaya, orang yang kemarin-kemarin nyatain perasaannya. Bisa ngomong seperti ini, ia bahkan dengan santai mengkritik dan memberi saran tentang hubunganku dengan Suga.

Touch-Touch You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang