24. Istriku

1.4K 147 16
                                    

24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24. Istriku

"Mah, Aiden mau punya adek pelempuan."

Aku masih keinget sama omongan Aiden tiga hari lalu setelah pulang dari USG. Aiden yang tadinya murung, tiba-tiba berlari nyambut aku sembari tersenyum semringah. Dia nuntun aku untuk duduk dan bercerita kalau dia pengen punya adek perempuan.

Ekpresinya yang penuh harapan dan mata yang berbinar-binar ketika dia menanyakan, "Mah, adek Aiden di dalam sini. Dia pelempuan, kan?"

Sebenarnya aku mau jujur aja, lebih baik dia tau sekarang. Tapi, Suga langsung ngomong kalau benar yang ada didalam perutku adalah adek perempuan.

Pagi ini aku masih bermales-malesan dalam kamar. Aku juga udah ngambil ART. Namanya, Bu Sri. Usianya udah 50 tahun, dia baik banget. Suka ngasih aku saran-saran dan nasehat juga. Dia juga langsung bisa ngambil hati Aiden yang notabennya gak terlalu suka dengan orang asing.

Terdengar dari luar, suara langkah kaki menuju ke kamar ini. Suga membuka pintu sembari membawa segelas susu Ibu hamil.

Aku nggak terlalu suka minum susu, sih. Ini aja aku paksain, soalnya Suga bakal maksa aku mulu kalau gak diminum.

"Bisa nggak libur dulu minum susunya?"

"Nggak bisa."

"Sehari aja,"

"Tetep gak bisa."

"Sayang, boleh ya?"

"Gak boleh, sayang."

Aku menghela napas panjang sembari memasang mimik wajah cemberut. Mau gimana pun, dia gak bakal biarin aku gak minum susu itu.

"Di habisin, ya?" Katanya. Dia udah duduk di pinggiran ranjang dan ngasih segelas susu itu.

"Iya,"

Setelah ku minum habis rasanya aku mau muntah. Mana lagi dia bikinnya digelas tinggi terus susunya full gitu.

"Pinter," Suga ngambil gelas itu lagi dan menaruhnya di atas nakas.

Suga tersenyum, dia lumayan mendekat. "Enak, gak?"

"Enggak!" Jawabku cepat.

"Masa, sih?"

"Cobain aja."

"Oke,"

Suga langsung mengikis jarak. Wajahnya benar-benar dekat dari wajahku. Dia natap aku, begitupun denganku. Aku juga menatap dia balik sembari bertanya-tanya, dia mau ngapain.

Aku, deg-degan.

Suga beralih melihat bibirku, dua detik kemudian dia memajukan bibirnya dan menjilati sisa susu di sudut bibirku.

Aku sukses melotot.

"Enak, kok. Rasanya manis." Ucapnya.

"Astagfirullah, kamu modus banget!"

Touch-Touch You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang