wrong 5

1K 132 11
                                    

Mew terdiam sesaat setelah membuka pintu kamarnya, Gulf tidak menyambutnya, lelaki yang sebentar lagi menjadi istrinya itu bahkan tidak menghiraukan keberadaan nya. Gulf hanya menatap nya sekilas kemudian melanjutkan membaca bukunya sekali lagi.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Akhirnya Mew bertanya pada Gulf. Dulu Gulf bukanlah sosok yang seperti ini, dia selalu tersenyum hangat di setiap kencan mereka, mereka menjalani hubungan pertunangan selayaknya pasangan lainnya. Sampai akhirnya Gulf hamil seperti sekarang.

"Aku membaca buku" Gulf tidak menoleh kepada Mew dan masih berfokus kepada buku yang sedang di bacanya.

Mew terdiam mendengar hal itu apalagi seperti nya Gulf tidak ingin membuka pembicaraan apapun dengan Mew.

"Kapan pernikahan mu dengan Art di laksanakan?" Gulf bertanya pada Mew, bagaimanapun Art akan menjadi istri pertama Mew, dan pernikahan mereka akan di lakukan setelahnya.

"Tiga hari lagi, kamu hanya akan melakukan pernikahan di gereja" Mew berkata pelan, hanya keluarga nya yang akan menghadiri pernikahan itu, tidak satupun dari keluarga Art yang akan menghadirinya karna Art memanglah sebatang kara di dunia ini.

"Setidak nya kalian masih mempunyai malu" Gulf berkata pelan dan Mew mengepalkan tangannya, ucapan Gulf itu benar-benar menyakiti hatinya. Tidak hanya Gulf seorang yang mengatakan Mew tidak mempunyai malu, bahkan semua orang di Thailand mengatakan hal yang sama.

"Aku tidak mencintainya Gulf" Mew perkara pelan sampai akhirnya Gulf menoleh padanya.

"Phi kira aku peduli?" Gulf tersenyum sinis. Mew terpaku melihatnya, dia tidak pernah melihat Gulf yang seperti ini, apakah ini Gulf yang sebenarnya?

"Phi pernah mengatakan kalau kau sangat mencintaiku tapi apa yang phi perbuat? Kau mengenalkan laki-laki lain sebagai calon istrimu sementara aku sedang mengandung anakmu" Gulf tertawa

"Aku tidak ingin berbicara apapun lagi dengan mu, segera urus surat perjanjian itu sebelum pernikahan kalian" Gulf kembali melanjutkan membaca novelnya.
.
.
.

"Gulf bisa kita bicara sebentar?" Bright memanggil sahabatnya itu setelah mereka menyelesaikan makan malam.

"Bicaralah" Gulf berkata pelan.

"Gulf aku tau semua berita itu tidak benar, bisa kah kau menceritakan nya padaku? Apa yang sebenarnya terjadi?" Bright kemudian duduk di sebelah Gulf yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Seseorang di rumahku mencoba membunuhku" Gulf bergumam pelan. Tidak akan ada seorang pun di dunia ini yang akan di percaya nya melebihi Bright sahabatnya.

"Apakah ini ayah atau ibumu?" Bright tidak terkejut lagi dengan ucapan Gulf karna dia tau dari dulu Gulf sudah menjalani kehidupan berat seperti itu.

"Aku rasa bukan mereka berdua, mereka masih membutuhkan ku karna saham ibuku di perusahaan kanawut masihlah atas namaku" itulah hal yang paling di ingin kan ayahnya, seandainya Gulf mati makan semua sahamnya akan di serahkan kepada Fai bibinya, bukan sang ayah.

"Jadi pelakunya bibi Fai?" Bright tidak habis pikir dengan adiknya Gulf itu.

"Hanya dia satu-satunya tersangka yang aku tahu, tapi lebih dari itu aku rasa istri phi Mew  ada hubungannya dengan Fai" Gulf mengutarakan pendapat nya.

Semua serba kebetulan, pembunuhan terhadap nya di lakukan setelah Mew memperkenalkan Art kepada dunia, dan malamnya dia akan di bunuh, seandainya Gulf benar-benar tewas malam itu maka semua orang akan menuduhnya bunuh diri karena mantan tunangannya menikahi laki-laki lain.

Gulf sangat bersyukur Nunew menemukannya malam itu.

"Jadi mereka mengincar saham mu dah saham phi Mew di perusahaan kanawut?" Bright berpikir sejenak.

"Fai akan menjadi CEO seandainya sahamku dan phi Mew di gabungkan" Gulf menghela nafas berat. Dia sebenarnya tidak ingin peduli dengan perusahaan tapi Fai berniat untuk membunuhnya demi saham ibunya.

"Jadi itulah alasan kau memilih tinggal disini?" Bright bertanya lagi dan Gulf menganggukkan kepalanya.

"Rumah kanawut terlalu bahaya untukku dan bayiku" Gulf mengusap perutnya dan itu membuat Bright terkaget. Karna berdasarkan berita yang beredar, Gulf sudah keguguran akibat insiden itu.

"Bayiku baik-baik saja, hiter membuat berita palsu itu karna dia tau anakku juga dalam bahaya" Gulf berkata pelan.

"Thanks God" Bright memeluk sahabatnya itu, dia sangat senang kalau calon keponakan nya baik-baik saja.

"Aku tidak menyangka hiter bersikap tanggap seperti itu" Bright tersenyum bahagia.

Tanpa mereka sadari Mew dari tadi memperhatikan mereka berdua, Mew cemburu dengan adiknya yang bisa membuat Gulf menjadi dirinya kembali, Mew akhirnya memutuskan pergi dari sana, dia tidak ingin mengganggu waktu kedua sahabat itu.

"Jadi apa rencanamu selanjutnya Gulf?" Bright bertanya pelan setelah melepas pelukan mereka.

"Bisa kah kau menyelidiki Art untuk ku, aku ingin tahu apa hubungannya dengan bibiku" Gulf berkata pelan.

"Baiklah kalau begitu, kau tenang saja Gulf, selama disini aku yang akan menjamin keselamatan mu dan keponakan ku" Bright tersenyum kepada Gulf.
.
.
.
.

"Sudah mau tidur?" Mew menatap Gulf yang berbaring di sebelah nya.

"Phi akan tidur di sini? Bukannya besok pernikahan kalian?" Gulf menatap Mew lagi masih tetap dalam posisi berbaringnya.

Besok adalah pernikahan Mew dan Art, hanya seminggu lebih cepat dari pada pernikahan Mew dan Gulf. Tidak ada seorang pun kecuali keluarga Mew dan Gulf yang yang tau pernikahan itu sementara pernikahan Mew.

Pernikahan itu sungguh cukup untuk membuat hati Gulf terguncang, tidak pernah terpikirkan sebelumnya jika dia akan mengikuti jejak ibunya dengan menjadi istri kedua.

Gulf bertahan demi anaknya, Gulf tau dunia begitu sangat kejam, seandainya posisi Gulf di samakan dengan sang ibu, akan kah Mew membenci anak mereka seperti ayahnya membenci nya? Akan kah anaknya sanggup melewati semua ini seperti yang dia lakukan?

Itulah alasan terbesar Gulf tidak memberi tahu jika anaknya masih hidup, dia tidak ingin anaknya mendapatkan kebencian yang sama sepertinya.

Malam berlalu, jam sudah menunjukan pukul dua belas malam, Gulf sangat yakin Mew sudah terlelap dalam tidurnya. Gulf kemudian beranjak duduk dan membelai perutnya hal yang tidak bisa dilakukannya ketika semua orang terbangun.

Gulf tau lambat laun kehamilannya akan segera ketahuan, tapi Gulf sangat berharap di saat hari itu tiba, keadaan sudah lebih baik.

Pernikahan Mew dan Art merupakan goncangan terbesar bagi Gulf, Gulf tidak ingin membagi Mew dengan siapa pun, dia ingin Mew untuk dirinya sendiri, tapi Gulf sadar dirinya tak bisa berbuat apa-apa, bahkan mereka menikah pun karena sebuah perjanjian.

Dulu Gulf terbuai ketika Mew berkata mencintainya. Saat mengetahui kehamilannya, Gulf sangat menunggu bagaimana reaksi tunangannya itu, Gulf bahkan harus menginap sementara di rumahnya dan meninggalkan apartemen yang mereka tempati berdua demi memberikan Mew kejutan. Tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Gulf menangis di gelapnya malam, menangis melepas sakit yang di rasakannya. Besok Mew akan di miliki orang lain dan begitu pun hatinya.

"Kita harus kuat sayang, suatu saat kebahagian itu akan menghampiri kita" Gulf berkata dengan bayi yang sedang di kandungnya.

.
.
.
.

TBC

Jangan lupa vote dan komen

always wrongWhere stories live. Discover now