Jena menatap laki-laki di depannya dengan tajam. Istri Thomas Jongcheveevat itu duduk dengan anggun di ruangan Mario kanawut. Walaupun Mario sekarang bersama Joan istrinya, Jena tetap pada pendiriannya Bahakan tidak mengenal takut sedikitpun.
"Kalian tau, ada kejadian yang sangat menarik hari ini" Jena melirik Mario dari sudut matanya sambil tangan yang mengambil gelas porselen yang berisi teh yang di sediakan untuknya.
"Menantu ku di larikan kerumah sakit karna meminum seteguk susu pagi ini" Jena berkata sambil menggoyangkan gelas yang masih di perhatikan nya dan sangat mengintimidasi pasangan suami istri yang berada di sofa di hadapannya.
"Kalian kira dengan aku yang diam ketika perusahaan suami dan anakku diambang kehancuran berarti aku juga akan diam ketika menantu ku kalian sakiti?" Jena menatap pasangan suami istri itu.
"Mew bisa saja menghancurkan perusahaan kalian dengan mudah dulu, tapi dia tidak melakukan itu karna dia sangat mencintai Gulf, Mew tidak tau bagaimana hubungan kalian dengan istrinya itu" Jena berkata pelan.
"Kau berbicara omong kosong, kalau dia mencintai Gulf kenapa Mew membatalkan pertunangannya dengan Gulf?" Joan istri Mario tertawa. Ibu tiri Gulf itu sangat ingin menghilangkan intimidasi Jena di ruangan ini.
"Kau kira aku tidak tau ini adalah ulahmu?" Jena tersenyum sinis.
"Fai dan anak haramnya itu bergerak karena kau yang memberi mereka informasi jika Gulf adalah laki-laki yang di cari Mew selama ini, dan menyuruh anaknya menjadi Gulf" Jena tertawa sementara Joan begitu terkejut.
Jena sudah mengetahui niat mereka dan kenapa Jena hanya diam? Kenapa Jena tidak memberi tahu Mew soal Gulf?
"Kau tidak perlu sekaget itu, aku tau rencana mu, kau sangat yakin akan dengan mudah menyingkirkan Fai dan Art sehingga kau memanipulasi mereka untuk bergerak" Jena tertawa, Joan Adalah orang yang cerdas, tapi Joan lupa Jena selalu satu langkah di depannya.
"Satu-satunya alasan aku tidak memberi tahu Mew siapa Gulf sebenarnya adalah karna aku tau Gulf sangat mencintai Mew dan begitu juga dengan Mew" Jena meletakan kembali gelas yang dari tadi di pegang nya.
Jena dulu ingin memberi tahu Mew siapa Gulf sebenarnya jika Mew menolak pertunangan mereka, tapi Mew menerima Gulf bahkan sangat mencintai Gulf, dan Jena yakin Gulf juga mencintai Mew. Jena tidak ingin perasaan cinta mereka berubah menjadi rasa hutang Budi jika Mew tau siapa Gulf sebenarnya.
Keberadaan Art di malam itu benar-benar tidak di duga oleh Jena sebelumnya.
"Jika Mew mencintai Gulf, dia tidak akan menjadikannya istri kedua seperti ibunya yang pelacur itu!" Joan masih belum kalah dalam argumennya. Dia sangat yakin Mew tidak mencintai Gulf seperti yang di katakan Jena.
Jena yang mendengar itu langsung menyiram kan teh panas di gelas tadi ke arah Joan.
"Kau lupa dengan statusmu dulu Joan, kau bahkan di resmikan setelah ibu Gulf meninggal dunia" Jena berkata dengan sinis.
Joan sangat ingat dulu bagaimana sahabatnya di jodohkan dengan Mario kanawut, yang ternyata Mario kanawut sudah memiliki istri simpanan. Bahkan sahabatnya itu tau ketika Gulf berusia 4 tahun Joan datang dengan membawa kedua anaknya ke kediaman kanawut menuntut pertanggungjawaban Mario.
Tay waktu itu berusia 10 tahun dan Nunew berusia beberapa bulan.
Jena menyuruh Joan mengingat kalau dulu dialah pelacur yang sebenarnya.
"Aku lah yang di cintai Mario, Mario menikahi nya hanya karna perjodohan orang tuannya" Joan membentak tidak terima.
"Menurutmu begitu? Jika Mario hanya mencintaimu, Gulf tidak akan terlahir di dunia ini. Dan alasan Mario tidak bisa melihat Gulf sekarang adalah karena wajah Gulf terlalu mirip dengan wajah ibunya" Jena berkata lagi. Dan itu sanggup membungkam Joan.
Jena tau di hati Mario masih ada sedikit cinta untuk Gulf, tapi semua itu selalu tertutupi dengan tuntutan Joan kepadanya selama ini. Kalau Mario tidak menyayangi Gulf tidak mungkin Mario marah ketika Mew meninggalkan Gulf demi Art ketika itu.
"Ini peringatan terakhir ku untuk kalian, jangan pernah lagi menyakiti Gulf atau keluarga keluarga kerajaan akan bertindak dan kalian akan menyesal dengan itu" Jena kemudian mengambil tasnya dan pergi dari ruangan itu. Begitu keluar dia sangat terkejut dengan keberadaan Tay di depan pintu ruangan, dengan melihat expresi nya, Jena tau kalau Tay sudah mendengar semuanya.
Tay terdiam, menatap kepergian Jena, Tay terpaku mendengar semuanya. Selama ini Tay selalu mendengar cerita jika ibu Gulf sebenarnya adalah seorang pelacur yang menggoda ayahnya dan sekarang Tay mengetahui kenyataan sebenarnya.
Tay dulu pernah membenci Gulf, bahkan Tay memperlakukan Gulf seperti pelayan di rumah mereka. Tapi sejak Tay melihat Gulf yang keluar dari ruang kerja ayahnya dengan memar baru di tubuhnya akhirnya Tay menghentikan sikapnya, Tay sadar Gulf sudah terlalu banyak menerima pukulan dari ayah mereka dan Tay tidak mau menambah itu lagi.
Tay dulu sadar bagaimana sikap Gulf mulai berubah, Gulf menjadi pendiam, bahkan sampai di suatu hari Gulf berkata jika Rumah ini merupakan neraka untuknya.
Gulf tidak mengingat ibu kandungnya karena ibunya meninggal tak lama setelah Joan dan anak-anaknya datang kerumah mereka.
Tay sangat yakin ibunya terlibat dalam menyebabkan meninggalnya ibu kandung Gulf itu.
.
.
.
.Jena memutus kan untuk kembali kerumah sakit untuk menjenguk menantunya yang sedang dirawat disana.
"Bagaimana keadaan Gulf?" Jena bertanya pelan pada Mew yang sedang menggenggam tangan istrinya yang sedang tertidur itu.
"Baik Bu, besok sudah boleh pulang" Mew berkata pelan.
"Ada hal yang ingin ku bicarakan dengan ibu" Mew berkata pelan takut membangunkan istrinya.
"Ada apa Mew?" Jena sedikit khawatir melihat wajah serius Mew.
"Gulf sedang hamil, kandungan nya berusia 17 Minggu" Mew berkata pelan dan Jena tentu saja kaget mendengar hal itu.
"Gulf tidak keguguran saat peristiwa itu, tapi Gulf menyembunyikan nya untuk menyelamatkan bayi kami" Mew meneteskan air matanya.
Jena terpaku, jika Gulf menyembunyikan keberadaan bayinya, artinya Gulf sudah tahu bahaya yang mengancam nyawanya selama ini.
Mew menatap ibunya, Mew sengaja memancing ibunya, karna seperti yang di bilang Bright dan teman-teman Gulf yang lain, jika ibunya pasti tau sesuatu.
"Kau sudah mengetahui nya Mew?" Jena bertanya pelan, Mew menatap ibunya, dia tau apa yang di maksud ibunya.
"Aku baru mengetahui hari ini" Mew menghela nafas pelan.
"Kau juga ingin menanyakan pertanyaan yang Bright tanyakan pada ibu?" Jena beralih menatap Gulf.
"Ibu pasti punya alasan kenapa tidak memberitahu kami kan?" Mew sudah menduganya.
"Mew jangan paksa ibu untuk mengatakannya, tapi satu hal yang harus kau tau Mew, hutang Budi bukanlah alasan untuk mu menikahi seseorang" Jena berkata lagi dan itu sukses membuat Mew terdiam.
Perhatian kedua orang itu terhenti ketika pintu kamar terbuka.
"Zee" Mew menyapa sepupunya itu ketika Zee masuk kekamar.
"Kau menyari Nunew? Dia baru saja pulang" Mew melanjutkan tapi Zee menggeleng.
"Aku ingin mengunjugi Gulf, bagaimana keadaannya?" Zee meletakan bingkisan berisi buah di atas meja di ruangan itu.
"Bibi ada di sini, selamat siang bibi" Zee membungkuk kepada Jena.
"Bagaimana kabarmu?" Jena menatap keponakannya itu.
Mew menatap Zee yang sibuk berbicara dengan ibunya. Mew tau Zee menghindari percakapan tentang Nunew.
.
.
.
.
.Tbc
YOU ARE READING
always wrong
FanfictionMenjadi istri kedua Mew suppasit bukan lah keinginan Gulf kanawut. Gulf hanya ingin kebebasan. Tapi apa yang bisa dilakukannya jika semua orang selalu menganggapnya salah?