wrong 9

921 128 24
                                    

Semua keluarga Jongcheveevat sekarang duduk terdiam di depan ruangan gawat darurat, Gulf masih di tangani oleh first di dalam sana.

"Ayah dan ibu akan mengurus administrasi nya terlebih dahulu, kalian tunggu lah disini" sang ayah berkata kepada dua anaknya yang masih terlihat cemas.

Ayah Mew dan Bright yakin kedua anaknya itu harus bicara satu sama lain dan meninggalkan mereka berdua.

"Apa yang sebenarnya terjadi Bright? Apa maksud mu dengan bayi yang di kandung Gulf?" Mew menatap Bright tidak percaya.

"Apa sekarang kau sudah peduli?" Bright memandang remeh kakak nya.

"Setelah mengalami ini kau baru akan peduli padanya?" Bright menarik kerah baju kakak nya.

"Kau tau bagaimana perlakuan keluarga Gulf padanya, dan dengan tega kau membatalkan pertunangan kalian di depan orang banyak" Bright  memukul wajah kakak nya itu. Tapi Mew tidak melawan karna dia tau ini memang salahnya.

"Phi yang menjanjikan kebahagiaan untuknya, phi yang berkata mencintainya. tapi phi  juga yang menghancurkannya dengan membawa laki-laki lain sebagai calon istrimu di depannya, kau menghancurkannya begitu dalam" Bright menghela napas berat

"Malam itu Gulf tidak melakukan percobaan bunuh diri itu, tapi seseorang di rumah itu mencoba membunuhnya" Bright duduk kembali. Ucapan Bright benar-benar membuat Mew terkejut.

"Dia memang hancur ketika kau membatalkan pertunangan itu, tapi kau tau apa yang membuatnya bertahan?" Bright menatap kakaknya dalam menuntut jawaban. Mew hanya diam mendengarkan dengan penuh rasa bersalah.

"Darah daging kalian kalian yang dikandungnya sekarang" Bright berkata lagi.

"Tapi Gulf sudah keguguran" Mew menatap Bright tak percaya.

"Kami sengaja menyembunyikan fakta bayi itu selamat demi Gulf dan bayinya" Bright menaikan suaranya.

"Phi kira dengan memberitakan bayinya masih hidup, dia akan selamat sampai sekarang?" Bright bertanya lagi sementara Mew terpaku, Mew ingat yang pernah di ucap kan Gulf padanya.

"Bisa kah kau melindungi aku? Aku tau itu permintaan yang sangat sulit, tapi bisa kah kau meyakinkanku kalau aku aman ketika bersama mu?" Gulf berkata seperti itu sambil meletakan tangannya di atas tangan Mew yang berada di atas perutnya.

Gulf meminta Mew menjaga dirinya dan bayi mereka, dan Mew menjamin itu, dan lihatlah dimana mereka berada sekarang.

"Gulf sangat ingin bergantung padamu, tapi Kau menikahinya karna ingin memperbaiki perusahaan mu dan perusahaan keluarga kita tanpa pernah memikirkan perasaan nya sama sekali" Bright menatap kakaknya terpaku.

"Gulf tidak pernah mencintaiku" Mew berkata pelan.

"Apa kau bercanda?" Bright tertawa pelan kemudian berdiri menarik kerah baju sang kakak lagi.

"Setelah semua yang di lakukannya untuk mu kau berkata dia tidak mencintaimu? Dia bahkan menyerahkan dirinya pada mu, dia selalu berusaha membuatmu tersenyum dan kau berkata dia tidak mencintaimu?" Bright benar-benar tak habis pikir dengan kakaknya.

Mew terdiam memikirkan saat dulu Gulf masih menjadi tunangannya, Mew dan Gulf bahkan tinggal di apartemen yang sama, sampai akhirnya malam dia memperkenalkan Art kepada semua orang, Gulf tidak pernah lagi kembali ke apartemen itu.

Gulf mengurusnya sangat baik saat itu, Gulf bukan lah orang yang ahli dalam mengutarakan perasaannya karna Gulf tidak pernah merasakan itu, Gulf hanya mengutarakan perasaannya dengan semua tindakannya.

"Kenapa dia tidak mengatakan kalau bayi kami selamat? Semua tidak akan jadi seperti ini" Mew menatap Bright yang masih memegang kerah kemeja nya.

"Bagaimana dia mengatakan nya, disaat kau menjadikannya pilihan kedua, dia bukan satu-satunya pengisi hatinya, kau menjadikan nasibnya sekarang sama seperti ibu kandungnya" Bright mendorong kakaknya.

"Aku tau walaupun Gulf tidak mengatakannya, tapi aku yakin Gulf takut anaknya mengalami nasib yang sama sepertinya yang tidak dicintai oleh ayah kandungnya sendiri" Bright memaling kan wajahnya, dia tidak ingin kakaknya melihat air matanya.

Mew terpaku, Mew benar-benar hancur ketika mengingat kenyataan itu, Gulf sangat membenci keluarga nya, dan Mew menjadikan nasib Gulf sekarang seperti nasib ibunya.

"Sebaiknya kalian hentikan pertengkaran kalian, First sedang memeriksa Gulf" hitter dan mean yang baru datang langsung menghentikan pertengkaran kakak dan adik ini.

"Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi Bright, seharusnya rumah mu lah yang paling aman untuk Gulf sekarang ini" hitter menatap Bright.

"Aku benar-benar tidak tahu kejadian ini, aku selalu memastikan semuanya" Bright mengusap kepalanya gusar.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi belakangan ini Bright, Mean?" Hitter bertanya lagi, dia yakin pasti ada pemicu hal ini terjadi.

"Kemaren tuan Gulf datang kerumah keluarganya" Mean berkata pelan, bagaimana pun Gulf melarangnya memberi tahu Bright atau Hitter kejadian kemaren di rumah keluarganya.

"Kenapa kau tidak memberi tahunya kepada kami?!" Bright menggeram marah. Bright dan Hitter memang melarang Gulf kembali kerumah keluarga nya.

"Dia pasti ingin menyelesaikan nya sendiri lagi" Hitter berkata kesal, Gulf benar-benar keras kepala.

"Kita urus itu nanti, hal yang terpenting sekarang keselamatan Gulf dan bayinya" Bright berkata lagi.

Mew hanya diam mendengarkan ucapan orang-orang ini, dia merasa malu, sebagai suami Gulf dia bahkan tidak bisa melakukan apa pun, Mew bahkan tidak tahu apa yang terjadi dengan istrinya.
.
.
.
.

"Kau sudah bangun?" Hiter menatap Gulf yang baru saja membuka matanya. Gulf langsung memegang perutnya ketika tersadar.

"Bayi ku baik-baik saja kan" Gulf menatap Hitter penuh tanya, dia sangat tidak ingin mendengar berita buruk dari sahabatnya itu.

"Dia baik-baik saja, kau tidak usah khawatir" Hitter tersenyum meyakinkan Gulf. Dan Gulf meneteskan air matanya. Dia hampir kehilangan bayinya lagi.

Mew terpaku di sofa di ruangan itu, interaksi Gulf dan Hitter benar-benar membuatnya cemburu.

"Phi Mew?" Gulf akhirnya menyadari kehadiran suami nya di ruangan itu.

"Sebaiknya kami keluar dulu, kalian harus bicarakan ini secara baik-baik" Hitter mengajak Mean keluar dari ruangan itu dan menepuk bahu Mew pelan.

"Sampai kapan kau berniat menyembunyikan mereka dariku?" Mew bertanya pelan pada Gulf yang masih memeluk perutnya sendiri.

"Aku tidak berniat menutupi nya phi, aku hanya menunggu saat yang tepat untuk memberi tahu mu" Gulf berkata pelan.

"Kapan saat yang tepat itu Gulf?" Mew mendekat dengan air mata mengalir di pipinya.

"Saat... Saat aku merupakan satu-satunya pemilik hatimu" Gulf meneteskan air matanya.

"Kau satu-satunya pemilik hati ku Gulf" Mew memeluk istri keduanya itu.

"Tidak phi, aku hanyalah pilihan kedua mu, aku tidak bisa menjadi satu-satunya milik mu" Gulf terisak di pelukan suaminya itu. Sedangkan Mew terdiam mendengar itu.

"Tidak bisa kah aku menjadi satu-satunya phi? Sampai kapan aku harus membagi mu dengan laki-laki lain?" Gulf semakin terisak.

"Aku tidak bisa Gulf" Mew melepas pelukannya dan menghapus air mata Gulf. Perlahan Mew membuka kamejanya dan memperlihatkan bekas operasi jantung di dadanya.

"Ibu Art yang memberikan jantung nya kepadaku" Mew menetes kan air matanya.
.
.
.
.
.

TBC...

Bakalan cepet update kali yang komen juga banyak

always wrongWhere stories live. Discover now