Wrong 10

983 130 16
                                    

"entah kita harus bersyukur pelakunya terlalu bodoh mencampur racun kedalam susu" First berkata pelan memecah suasana panas di ruangan rawat Gulf. Walaupun ucapannya tidak merubah suasana tegang itu.

"Aku yakin itu tidak merubah kenyataan kalau kita kecolongan kali ini" First melanjutkan.

"Kita harus bersyukur Gulf dan bayinya baik-baik saja"

"Aku yakin pelakunya orang yang sama, selalu memasukan racun kedalam susu" Hitter menghela nafas.

"Maksudmu fai yang melakukannya?" Bright menatap Hitter seperti sudah menduga sebelumnya.

"Fai bibi Gulf?" Mew menatap penuh tanya, karna Mew yakin di keluarga itu hanya Fai dan Nunew yang bersikab baik pada Gulf.

"Jangan pernah tertipu dengan sandiwara nya, dialah orang yang paling berbahaya di rumah kanawut" First menatap Gulf yang sedang terlelap. First menjawab tatapan Mew yang tidak percaya.

"Dari semua orang di rumah kanawut, dia lah yang paling di untungkan atas kematian Gulf" Hitter melanjutkan.

"Maksudnya?" Mew semakin bertanya-tanya

"Gulf mewarisi 17 persen saham ibunya di perusahaan kanawut, dan jika Gulf meninggal sebelum melahirkan bayinya, maka seluruh saham itu akan di berikan kepada Fai" Hitter menjelaskan.

"Fai merupakan wali Gulf" first menimpali dan Mew tertegun.

"Jadi benar kalau orang yang di panggil Gulf ibu sekarang bukan lah ibu kandungnya?" Mew hanya memastikan ucapan Art, karna jika istri Mario kanawut itu adalah ibu kandung Gulf maka tidak mungkin Gulf memiliki wali selain orang tuanya.

"Phi sudah mengetahui itu?" Bright menatap kakak nya heran, karna bagaimanapun keluarga kanawut sangat merahasiakan fakta ini.

"Art yang mengatakan ini padaku, dia berkata kalau ibu Gulf adalah seorang..." Mew sangat tidak enak mengatakannya.

"Pelacur? Mau sampai kapan mereka akan bertahan dengan cerita konyol seperti ini" Hitter tertawa.

"Pelacur mana yang bisa memiliki saham di perusahaan kanawut" Bright ikut tertawa.

"Seperti nya aku harus meminta Ja untuk ikut menjaga Gulf, Fai mulai menggila, aku takut dia mengetahui kehamilan Gulf" Firts menghentikan tawa teman-teman nya.

"Karna jika Gulf melahirkan, ahli waris Gulf akan jatuh kepada bayinya" Mew akhirnya mengerti mengapa Gulf sangat menjaga bayi mereka, dan Mew bahkan tidak tau apa yang di hadapi istrinya.

"Apa kau sudah menemukan siapa ibu kandung Gulf, Hitter?" Bright bertanya kepada Hitter dan Hitter menggeleng lemah.

"Mario sangat pintar menyembunyikan fakta itu, aku selalu menemui jalan buntu ketika mencari tau siapa ibu kandung Gulf" Hitter berkata pelan.

"Dan kau Bright, apa kau sudah menemukan hubungan Art dan Fai?" First bertanya kepada Bright. Mew terkejut ketika nama istri pertamanya di sebut.

"Aku tidak menemukan apapun, tapi satu hal yang pasti, mereka sering bertemu belakangan ini" Bright menatap First lagi.

"Kurasa hanya satu orang yang benar-benar mempunyai informasi itu" Hitter menatap Bright dan Bright menggelengkan kepala.

"Ibuku tidak mau mengatakan apapun, bahkan setelah aku memohon sambil berlutut padanya" Bright mengusap kepalanya gusar. Berulang kali dia berlutut di depan ibunya tapi ibunya tetap tidak bergeming.

"Apa maksudmu dengan ibu mengetahui ini?" Mew menatap tajam adiknya. Ibunya bahkan tidak mengatakan apapun kepada Mew.

"Saham 17 persen milik Gulf sekarang sebelumnya adalah milik ibu, tapi ibu menyerahkan saham itu kepada Gulf karna itu merupakan amanat ibunya" Bright berkata pelan dan Mew benar-benar terkejut.

"Ibu mengenal siapa ibu kandung Gulf?" Mew bertanya untuk memastikan.

"Sangat bisa di pastikan, ibu juga yang mengatur perjodohan mu dengan Gulf, aku yakin karna ibu tau siapa ibu kandung Gulf, dan karna ibu ingin kau mengeluarkan Gulf dari rumah itu" Bright melanjutkan. 

Mew benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi, ada banyak rahasia yang baru di ketahui nya hari ini.
.
.
.
.
.

Nunew menatap jam di ponselnya, sudah seharian ini pesannya kepada tunangannya tidak di balas.

Nunew tidak lah bodoh untuk merasakan bahwa pangeran ketiga kerajaan itu berubah sejak pertunangan mereka di resmikan kembali.

Zee sangat jarang bertemu dengan nya, pahkan selama 2 bulan ini mereka hanya dua kali bertemu. Nunew sangat ingin bertanya tapi untuk menghubungi Zee saja sudah terlalu sulit untuknya.

Nunew merasa kesepian, apalagi sejak Gulf tinggal di rumah suaminya, Nunew tidak mempunyai teman bicara lagi.

"Sebaiknya aku mengunjungi phi Gulf saja, aku bosan" Nunew bergumam pelan.

Nunew kemudian menghubungi sang kakak untuk menanyakan dimana keberadaannya. Karna Nunew takut seandainya sang kakak tidak berada di rumah.

"Halo" Nunew berkata ceria.

"Nunew?" Mew yang menjawab telponnya.

"Phi Mew? Dimana phi Gulf" Nunew heran kakak iparnya yang sedang mengangkat telpon.

"Maaf phi lupa memberi tahu mu, Gulf sedang di rawat di rumah sakit" Mew berkata pelan dan Nunew terkejut mendengar itu.

"Phi Gulf baik-baik saja kan phi?" Nunew panik, dia tidak ingin keadaan kakak nya seperti terakhir kali Nunew membawa sang kakak kerumah sakit.

"Gulf baik-baik saja, Gulf sedang tertidur sekarang" Mew melanjutkan karna tidak ingin Nunew panik.

"Aku akan kesana sekarang phi, tolong kirimkan aku ruang rawat phi Gulf" Nunew berkata lagi dengan cepat dan meraih jaket kulitnya.

"Phi akan memberitahumu, tapi bisakah kau berjanji tidak memberi tahu siapapun jika Gulf sedang di rawat di rumah sakit?" Mew memohon kepada Nunew.

"Baik lah phi" Nunew berkata pasti.
.
.
.
.

"Kau sudah bangun sayang" Mew menatap istrinya yang baru saja membuka matanya. Mew dengan sayang mengusap helaian rambut Gulf.

Gulf hanya diam dan tidak menjawab ucapan Mew, sejak Mew mengatakan kalo Art adalah anak wanita yang menyelamatkan nyawa suami nya itu, Gulf tidak lagi bicara kepada Mew.

Gulf sadar dengan kenyataan itu, Mew tidak akan bisa melepas Art, anak dari seseorang yang menyambung hidup suaminya.

Gulf harus di hadapkan dengan kenyataan harus siap melepas Mew kapan pun. Karna hutang Budi itu akan di tanggung Mew seumur hidupnya.

"Kau ingin makan sayang? Kau belum sarapan tadi pagi, dan ini sudah hampir jam makan siang" Mew menatap istrinya khawatir. Mew tersenyum ketika Gulf menganggukkan kepalanya.

Mew kemudian mengambil makanan di atas lemari kecil yang ada di ruangan itu, perawat baru saja mengantar makanan itu. Sebelum memberikan nya kepada Gulf, Mew terlebih dahulu mencoba makanan itu, Mew tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi.

Setelah menunggu beberapa saat dan setelah memastikan makanan itu aman. Mew segera menyuapi istrinya dengan telaten.

"Phi Gulf" Nunew masuk begitu saja tanpa mengucap salam terlebih dahulu.

"Nu?" Gulf menatap heran adiknya yang sedang mengatur napas.

"Syukurlah phi baik-baik saja" Nunew mencoba mengatur nafas nya setelah berlari.

"Phi mengatakan apa padanya sampai dia sepanik ini?" Gulf bertanya pada suaminya, dan Mew tersenyum, akhirnya istrinya itu bicara lagi padanya.

"Aku berkata kau sudah baik-baik saja, dia saja yang panik sendiri" Mew tidak terimah di salahkan.

"Jadi kenapa phi bisa di rawat di rumah sakit?" Nunew mengambil tempat duduk di sebelah kakaknya yg duduk di ranjang, mengambil alih tugas Mew menyuapi kakaknya.

"Phi hanya kelelahan" Gulf berbohong kepada adiknya, Mew yang mendengar itu terdiam, bahkan Gulf tidak percaya kepada adiknya sendiri.
.
.
.
.
.

TBC

Yeee makasih ya guys.. akhirnya follower aku dah 700... Terima kasih untuk dukungannya selama ini...

always wrongWhere stories live. Discover now