Gulf melihat sekelilingnya dengan terus tersenyum, tamu undangan satu persatu memberi selamat pada dirinya dan Mew atas pernikahan mereka.
Hari ini memanglah hari pernikahan Gulf dan Mew. Pernikahan mereka dilaksanakan disalah satu hotel ternama di kota Bangkok. Pernikahan ini benar-benar berdampak besar bagi perusahaan Mew dan ayahnya. Perusaan mereka perlahan mulai naik lagi walaupun memang sangat membutuhkan kerja keras.
Nunew juga sangat bahagia hari ini, setelah pertunangannya dengan pangeran Zee sudah di laksanakan, sekarang Nunew sudah kembali resmi menjadi calon pendamping pangeran ke tiga kerajaan Thailand.
Nunew tersenyum melihat sang kakak akhirnya bisa menikah dengan orang yang dia cintai. Nunew tau walaupun Gulf sangan pandai menyembunyikan perasaannya tapi Nunew sangat tahu bagaimana kakak nya begitu mencintai Mew, Gulf benar-benar berubah ketika dulu di jodohkan dengan Mew, Gulf yang biasanya akan bersikap dingin mulai menampilkan senyum nya bahkan pada hal-hal kecil sekalipun.
.
.
.
.
.Pagi hari yang indah di hari pertama Gulf resmi menjadi seorang istri kedua dari Mew suppasit.
Gulf langsung berlari kekamar mandi yang berada di kamar hotel yang mereka tempati.
Perutnya begitu mual pagi ini, dan Gulf tau itu adalah karena kehamilannya yang sudah memasuki usia 10 Minggu.
"Kau tidak apa-apa?" Mew mengusap pelan punggung sang istri yang sedang mengeluarkan isi perutnya ke dalam closed.
"Aku baik-baik saja, hanya kelelahan" Gulf belum ingin Mew mengetahui kehamilannya, Gulf tidak akan yakin bagaimana nantinya Mew menerima anak mereka. Setelah menyingkirkan Art, barulah Gulf akan jujur dengan kehamilannya, karena Gulf tau Art adalah bahaya terbesar bagi bayinya.
Tapi Mew tentu saja tidak percaya ucapan Gulf itu, Mew dengan segera membantu Gulf keluar dari kamar mandi melihat betapa Gulf begitu lemah bahkan hanya untuk berdiri.
"Gulf bisa kah kita bicara?" Mew akhirnya duduk di sebelah Gulf yang duduk di atas kasur terlebih dahulu.
Gulf hanya diam dan Mew tau itulah tanda kalau Gulf bersedia berbicara dengannya.
"Aku tau pernikahan kita hanya sebatas perjanjian di atas kertas" Mew memulai dengan pelan dan Gulf terlihat menegang mendengar itu.
"Tapi aku ingin pernikahan ini selayaknya pernikahan semestinya Gulf" Mew melihat reaksi Gulf selanjutnya mendengar ucapannya tapi Gulf tetap tenang, tidak ada expresi menolak sama sekali.
"Kau ingin aku bagaimana phi?" Gulf bertanya pelan dan menatap mata Mew dalam yang membuat Mew membeku, sudah lama Gulf tidak menatapnya seperti itu, tatapan yang bisa membuat Mew jatuh begitu dalam.
"Jalani pernikahan ini, sebagaimana kita berjanji untuk menikah dulu, lupakan perjanjian itu, dan setelah dua tahun aku akan melepas mu" Mew berkata pelan dan mengalihkan pandangannya dia tidak kuat menatap bola mata Gulf begitu lama.
Gulf tersenyum miris mendengar ucapan Mew, dua tahun ini Gulf tidak akan tahu bagaimana menjalankan pernikahan selayaknya ketika seseorang mengancam keselamatan nyawanya dan bayi yang sedang di kandungnya.
Gulf ingin bergantung pada suaminya, ingin melepas beban ini dan hidup dengan nyaman di pelukan seseorang yang di panggilnya suami, tapi Gulf tau, dia bukan lah satu-satunya bagi Mew ada orang lain yang juga di panggil istri oleh Mew, walaupun nantinya dia akan pergi, Mew tidak akan menahannya karena Mew sudah mencintai orang lain.
Jika Gulf bisa memutar waktu, maka dia sangat ingin mencegah Mew bertemu laki-laki lain yang di cintainya, Gulf dulu begitu terlena ketika Mew mengatakan mencintai nya, sampai akhirnya Mew datang membawa laki-laki lain kehadapannya dan langsung membatalkan pernikahan mereka.
YOU ARE READING
always wrong
FanfictionMenjadi istri kedua Mew suppasit bukan lah keinginan Gulf kanawut. Gulf hanya ingin kebebasan. Tapi apa yang bisa dilakukannya jika semua orang selalu menganggapnya salah?