Wrong 6

1.2K 144 17
                                    

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan Gulf belum juga bisa terlelap, mata nya senangtiasa melihat jam yang terletak di atas meja di samping tempat tidurnya. Jam yang akan membangunkan nya setiap pagi.

Gulf sesekali menatap kearah pintu dan kembali ke novel yang dibaca nya. Malam ini adalah malam pengantin Mew dan Art, seharusnya Gulf tau Mew tidak akan pulang malam ini, tapi hati kecil Gulf tidak mengharapkan itu, jauh di dalam hati kecilnya Gulf sangat menginginkan Mew pulang ke kamar mereka malam ini.

Gulf di kejutkan begitu pintu kamar nya benar-benar terbuka.

"Kau belum tidur?" Mew bertanya dengan wajah kelelahan. Jaz pengantinnya sudah dia buka dan meletakannya secara serampangan di bahu kanannya. Pernikahan Mew dan Art di laksanakan sore ini di gereja pinggir kota dengan sangat tertutup.

Bright adalah satu-satunya anggota keluarga Mew yang Hadir di pernikahan ini, Bright pun hadir karna permintaan Gulf sahabatnya di mana Gulf memintanya menyelidiki laki-laki bernama Art yang menjadi istri kakaknya. Kalau bukan karna Gulf, Bright tidak akan pernah Sudi untuk hadir di pernikahan ini.

"Seperti yang kau lihat" Gulf berusaha menyembunyikan nada ceria di suaranya ketika Mew lebih memilih menghabiskan malam bersama nya di banding istri pertamanya.

"Sebaiknya kau beristirahat Gulf" Mew merapikan rambut Gulf yang menutupi pandangan Gulf ketika membaca novel. Gulf dengan segera menutup novelnya dan menatap Mew.

"Aku akan segera tidur" Gulf merapikan selimutnya dan bersiap untuk tidur.

"Itu bagus, aku akan mandi terlebih dahulu dan akan segera menyusulmu" Mew berkata sambil membuka kancing atas kemejanya. Setelah mengusap rambut Gulf Mew pun akhirnya pergi menuju kamar mandi di kamar mereka.

Mew tersenyum ketika melihat bathtub yang sudah terisi penuh dengan air. Mew kemudian memeriksa suhu air yang sudah mulai mendingin itu, Mew kemudian mengurangi airnya dan menambahkan air panas kedalam bathtub.

Mew tidak bisa menggambarkan betapa senangnya dia melihat air yang di sediakan calon istrinya. Itu artinya Gulf menginginkan kehadirannya. Bahkan Gulf menyediakan air panas untuknya, apalagi alasan yang akan di berikan Gulf kalau bukan karna Gulf menginginkan Mew pulang malam ini.

"Kau akan selalu menjadi rumah untuk ku Gulf" Mew bergumam sambil tersenyum.

Sementara Gulf yang berada di luar kamar mandi hanya menatap pintu kamar mandi dengan malu, tapi kemudian lamunannya terhenti ketika ponsel Mew berbunyi di saku jasnya yang berada samping Gulf. Gulf dengan segera memeriksanya.

Gulf sedikit terganggu ketika melihat nama Art lah si penelpon malam-malam begini.

"Mew, kau benar-benar pulang? Ini malam pengantin kita" Art sedikit berteriak. Ucapan Art benar-benar membuat Gulf tertawa.

"Gulf?" Art sedikit terkejut Gulf yang mengangkat telponnya.

"Aku senang kau sadar bahwa akulah rumah bagi Mew" Gulf terkekeh kecil. Dia sangat senang ketika Art berkata Mew pulang yang artinya Gulf lah rumah bagi Mew.

"Sialan" Art menggeram kesal di seberang telpon.

"Ku harap kau sadar posisi mu, karna sampai kapanpun, aku tidak akan membiarkan Mew berada di pelukanmu" Gulf berkata dengan pelan dan tenang.

"Kau lupa aku adalah istrinya? Dia menikahi ku karna dia mencintai ku, tapi dia menikahinya karena kau mencoba bunuh diri sialan" Art mengupat dan Gulf tertawa mendengarnya.

"Kau bahkan menikahinya tanpa dokumen resmi, dan di tinggal di malam pernikahan mu? Kau yakin dia mencintaimu?" Gulf tertawa lagi. Art dengan segera mematikan telponnya.

Gulf kemudian meletakan ponsel Mew di tempat semula dan kembali menunggu calon suaminya selesai mandi.

.
.
.
.

" Kau sudah selesai?" Mew menghampiri Gulf yang sedang berdiri di depan cermin. Hari ini Gulf dan Mew akan pergi ke taman yang akan menjadi saksi pernikahan mereka. Gulf memang mengingin kan suasana garden untuk pernikahan mereka.

Mereka kemudian keluar kamar untuk segera berangkat.

"Gulf ada paket untukmu" Bright yang baru dari pintu masuk memberikan kotak yang lumayan besar kepada Gulf.
"Apa ini?" Gulf bertanya pada Bright tapi Bright hanya menggeleng kan kepala.

"Sebaiknya kau buka, siapa tahu kado pernikahan yang datang terlalu cepat" Bright menggoda Gulf.

"Bolehkah aku membuka ini dulu?" Gulf meminta izin pada Mew dan Mew mengangguk menyetujui.

Alangkah terkejutnya Gulf ketika membuka kotak itu. Terdapat bunga matahari berserakan dengan darah yang melumurinya. Kotak itu jatuh begitu saja dari tangan Gulf.

"Gulf kau tidak apa-apa?" Mew dengan segera memeluk calon istrinya itu.

"Apa-apa an ini, istrimu benar-benar mengerikan phi" Bright menggeram marah. Mew terdiam mendengar ucapan Bright. Memang sejak pernikahan mereka beberapa hari yang lalu Mew belum mengunjungi Art bahkan barang sedetikpun.

Setiap Art bertanya alasan Mew selalu sama, dia ingin mempersiapkan pernikahan nya dengan Gulf karna Gulf masih dalam keadaan sakit. Mew benar-benar tidak menyangka kalau Art benar-benar melaksanakan niatnya.

"Sebaiknya ka ajak Gulf beristirahat dulu phi, setelah tenang baru kalian pergi melihat tempat pesta pernikahan kalian" Bright memberikan ide kepada kakaknya dan langsung di setujui kakaknya.

"Rencana berhasil" Bright berkata dengan senang setelah melihat Gulf dan Mew kembali ke kamar mereka.

"Aku benar-benar tidak menyangka kau menjalankan ancamanmu yang kekanakan itu" Mew berteriak emosi pada seseorang yang di telponnya.

"Apa maksudmu?" Art yang tidak tahu apa-apa langsung marah begitu Mew menelponnya hanya untuk menyalahkannya.

"Maksud mu apa mengirimi Gulf bunga penuh darah, ini peringatan terakhir dariku" Mew menggeram marah. Sementara Gulf tersenyum puas, rencana nya dan Bright berjalan dengan lancar.

Gulf memang mendengar percakapan Mew dan Art kemarin, dimana Art mengancam membunuh Gulf jika Mew tidak kunjung mengunjunginya. Dan Gulf langsung terpikirkan ide ini. Gulf dengan segera mengirim pesan ucapan terimakasihnya pada Bright.

"Bisa kah kau tidak mengungkit janjiku pada ibumu?" Mew terlihat sangat kesal mendengar ucapan istrinya. Mew dengan segera menutup telponnya.

Gulf tersenyum puas melihat Mew baru selesai menutup telponnya.

"Art yang melakukan ini?"Gulf bertanya pada Mew, Dan Mew menganggukkan kepalanya.

Inilah langka awal Gulf dalam memisahkan Mew dan Art. Dan Gulf bersyukur Mew tidak mempercayai Art sama sekali.

.
.
.
.
TBC

Semakin banyak komen semakin cepat lanjutnya

always wrongWhere stories live. Discover now