Happy reading
Serius, nih buka lembaran?
-Ayyara Cantika-
Tap tap
Berjalan dilorong kelas XI. Mengenakan seragam dengan atribut lengkap. Rambut terikat rapi dan dikenakannya cardigan berwarna biru laut.
Hari senin, tepat pukul 07.00 akan dilaksanakan upacara bendera. Dengan petugas secara bergilir tiap kelasnya. Dan saat ini adalah waktunya kelas XI-C.
Sampai dikelasnya, Ayyara jalan ketempat duduk dan meletakkan ranselnya. Membuka ranselnya, kemudian mengambil topi untuk upacara.
"Ra, lo tumbenan berangkat pagi. Kesambet apaan?" tanya Karla, gadis seusianya. Hanya beda beberapa bulan dan juga sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri, meskipun mereka berdua sahabat dari masuk Sekolah Dasar.
"Kalau nggak karena hari senin, gue datang agak siang, La. Ini hari senin, upacara juga, tuh." jelas Ayyara. Mengenakan topinya.
"Eh, petugasnya sekarang kelas XI-C, ya? GILAA! Ada crush gue, cuy!" ujar Karla takjub.
"Gue mau barisan paling depan, dong, Ra. Tukar sama gue." sambungnya.
"Seantusias itu? Nggak deh, nggak minat." jawab Ayyara ketus. Kemudian berjalan keluar kelas dengan diikuti oleh Karla yang berusaha meyakininya.
****
"Lan, tumben lo datang telat." tanya Alvaro yang tiba - tiba datang.
Arlan Svartur, cowok dengan tinggi 183cm. Memiliki surai hitam pekat. Anak dari Dosen Universitas Rick's, dengan mata kuliah Sosiologi. Dengan nama Ibu, Acha Gieta.
"Lebih lima menit. Alay lo." membuka helm yang dikenakannya. Kemudian turun dari motornya. Mengenakan ransel dipunggungnya dan berjalan masuk ke kelas.
"Btw, lo chat nomor yang gue kirim?"
"Oh, belum. Kenapa? Lo mau jomblangin gue? Gila lo!" ujar ketus Arlan.
"Bukan gitu," elak Alvaro. Mereka berbicara dilorong dengan terus berjalan bersampingan.
"Lo inget, cewek yang gue ceritain ke lo? Nah, itu dia nomornya."
Seketika langkah Arlan terhenti. Mendengar ucapan Alvaro, matanya menatap sahabat yang berada didepannya. Berfikir bahwa sahabatnya ini sungguh sangat gila.
"Dan, lo dua kali lebih gila dari sebelumnya," ucapnya.
"Lo cerita ke gue kalau lo suka sama itu cewek, dan sekarang nggak jelasnya lo kasih nomornya ke gue?" potongnya, diselanya menghelah nafas kasar.
"Itu dulu, sekarang udah nggak. Gue sama dia sebatas sahabat." cetus Alvaro.
Namun, perkataan pembela itu direspon helaan nafas panjang oleh Arlan. Membenahkan posisi ranselnya dan kembali berjalan ke kelasnya.
Hingga sampai dikelasnya, disambutnya oleh gadis cantik. Tingginya hanya kurang 15cm dari dirinya.
"Arlann!! Ihh, kok baru datang sih? Aku nungguin dari tadi." ucap gadis itu, bernama Ghea Salfadilla. Dengan nada manjanya. Merangkul pundak Arlan.
"Apasih! Lo nggak tau malu?!" ketus Arlan, melepaskan paksa tangan Ghea dari pundaknya.
"Sekali lagi! Gue nggak suka sama lo, Ghea Salfadilla!!" tegasnya.
"Ihh, bohong, kan? Kamu selalu peduli sama aku. Selalu ada buat aku." ucap Ghea dengan nada manja.
"Aelah, gitu aja baper. Dasar cewek centil." ujar Devan, dari bangku pojok kanan dekat jendela.
Serentak satu kelas tertawa dibuatnya. Bukan bagaimana? Hanya saja apa yang telah dilakukan Ghea membuat Arlan semakin risih dan tidak disukainya. Semakin hari - semakin kesana. Semakin kelakuannya menjadi - jadi.
"Aku buatin kamu bekal," ucap Ghea, mengambil kotak makan berwarna ungu tua dan diberikannya ke Arlan.
Dan responnya kurang menyenangkan. Bahkan senyuman yang Ghea berikan kepada dirinya dapat dirasakan jika itu hanyalah sebuah senyuman palsu. Kepalsuannya dapat dirasakan.
Arlan menerima kotak makan itu. Berjalan didepan pintu kelas, dan tepat berada tempat sampah. Dan makanan pun berakhir ditempat sampah.
Arlan kembali berjalan dengan raut wajah datarnya. Menghampiri Ghea dengan menatap secara tajam matanya.
"Gue nggak akan kasar ke cewek, karena gue punya ibu, dan ibu gue cewek." ucap Arlan penuh ketegasan. Dengan langkah yang terus maju, sedangkan Ghea yang terus melangkah mundur. Berusaha menghindari Arlan.
"Tapi, kalau gue liat sikap lo yang semakin hari bikin gue terasa dipenjara," sambungnya.
Disisi lain, Alvaro berusaha menenangkan sahabatnya. Tapi, apalah daya. Jika sudah mencapai klimaks amarahnya, dia tidak bisa dikenadalikan jika tidak dengan dirinya sendiri.
"Gue minta. Mulai saat ini. Detik ini juga. JAUHIN GUE!!" kalimat tegas yang diucapkan Arlan dengan rahang mengeras.
Alvaro berjalan bersampingan dengan sahabatnya. Menatap Ghea dengan datar.
"Lo ngertikan? Pintu keluar." ujar Alvaro menunjukkan pintu kelas.
Dengan kesal, dan marah, Ghea berlari keluar dari kelas itu. Berlari sepanjang lorong dan kembali dalam kelasnya. Kelas XI-A.
****
Upacara hari senin telah berakhir. Dan akan dilanjutkan dengan memulaikan kegiatan belajar mengajar jam pertama. Tepat jam 08.00 dimulai.
dreett
Ponsel Ayyara berdering. Beberapa pesan whatsApp masuk melalui notifikasi layar ponselnya.
082x xxxx xxxx
Hi
Sv Arlan SvarturAyyara menyipitkan matanya. Baru saja dia sampai dikelas dan duduk dibangkunya. Dengan pesan yang diterima membuat dirinya bingung.
Ha?
Lo kenal Alvaro?
Itu sahabat gue. Dan gue adalah cowok yang diceritain sama Varo.
Oh, oke
Mau di sve back?Boleh.
Tidak dipungkiri jika Alvaro akan benar mengenalkan sahabat cowok itu kepada dirinya. Ayyara terkekeh. Dan chat untuk hari ini berakhir pada perkenalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the scenes 2021 [Sekalian Revisi]
Fiksi RemajaTinta yang pernah kita tulis dikanvas berisikan tentang cerita kita ternyata masih ada. Jangan khawatir, lembaran yang kita tulis ngga akan pernah hilang dan aku lupakan sama halnya kaya kamu, abadi. Kamu akan selalu menjadi tokoh favorit ku, tokoh...