Happy reading
Payah!
-Zakky Aldeon-
Badan masih lemas dan ditambah dengan flue ringan. Tidak demam, namun hanya summer. Ayyara merasa bosan dikamar setiap saat, dia ingin sesekali keluar. Memikirkan alasan untuk keluar kepada Bi Inna. Namun, Bi Inna nyaris sama seperti Bundanya. Senantiasa ada untuk dirinya, meskipun kini tidak dan hanya Bi Inna saja.
Bi Inna datang dengan membawa sup hangat, serta teh hangat. Membuka pintu kamar Ayyara. Masuk. Kemudian meletakkan bakki dan makanan serta minuman yang hangat dimeja belajar. Bi Inna duduk ditepi ranjang. Mengecheck suhu badan Ayyara dengan menggunakan termometer berwarna putih dan biru laut.
"Bi, Ay boleh ke supermarket? Stock cemilannya udah habis." ucap Ayyara meminta mohon.
"Biar Bibi aja, Non. Kan, Nona baru saja sembuh demamnya." respon Bi Inna. Mengambil termometer dibadan Ayyara.
"Tapi Bi, Ay bosen dirumah terus. Boleh ya, sesekali aja, Bi!" ucap Ayyara meyakinkan Bi Inna.
Tokk tokk
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dibuka pintu itu. Dan terdapat sosok cowok dengan tinggi sekitar 181cm. Rambut sedikit ikal. Kulit berwarna putih langsat. Badannya gagah. Siapa lagi kalau bukan, Zakky Aldeon.
"Gue denger, lo mau keluar ke supermarket, Cil?" tanya Zakky. Berjalan mendekati Bi Inna dan Ayyara.
Mengetahui itu, Ayyara langsung memalingkan wajahnya dari Zakky. Kedatangannya membuat mood-nya buruk saat ini. Dia tidak ingin berbicara kepada cowok itu.
"Non, kalau semisal sama, Tuan Zakky. Bibi bolehin, karena ada yang menjaga, Non Ayyara." ujar Bi Inna dengan lembutnya. Mengusap surai hitam milik Ayyara.
"Nggak jadi. Nafsu Ay, tiba - tiba turun, Bi." ucap Ayyara.
Jujur, Ayyara sangat ingin sekali untuk keluar rumah. Sesekali, agar tidak bosan dirinya dirumah. Namun, jika ditemani oleh Zakky, suasananya akan berbeda.
"Ayo, Non. Kasian, Tuan Zakky nunggu," ucap Bi Inna memujuk Ayyara. "Kesempatan kedua buat, Tuan Zakky." sambung Bi Inna berbisik.
Ayyara menghelah nafasnya dengan kasar. Jika memang benar apa yang dikatakan Bi Inna maka, baiklah, Ayyara akan menurutinya. Bi Inna sudah Ayyara anggap sebagai Ibunya sendiri. Meskipun hanya ART.
"Baiklah. Tapi, ini demi Bibi!" ucap Ayyara menekankan kalimat terakhir. Bi Inna mendengar itu tersenyum lepas. Jika mereka tidak kembali seperti dulu, alangkah baiknya mereka akur seperti dulu.
"Gue ganti baju dulu." ucap Ayyara.
"Lo nggak ganti baju, ataupun dandan, lo tetep cantik, Ay." ujar Zakky.
"Gaush dua - dua kosong lo!" ketus Ayyara. Beranjak dan mempersiapkan diri.
****
Tepat pukul 06.00 pagi waktu indonesia bagian barat. Dengan cuaca sedikit gelap dan berawan. Apakah pertanda hujan dipagi hari? Mungkin tidak. Atau benar hujan akan turun?
Hening dan canggung. Tidak ada perbincangan antara mereka berdua. Hanya terselirkan angin pagi.
"Ay, lo yakin mau jalan kaki gini? Kenapa nggak naik motor bareng gue?" tanya Zakky mengusir keheningan dan kecanggungan.
"Terserah gue! Kalau lo nggak mau nemenin gue, pulang aja." ketus Ayyara. Moodnya hari ini benar - benar buruk. Dirinya berharap ada suatu keajaiban yang datang kepada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the scenes 2021 [Sekalian Revisi]
Fiksi RemajaTinta yang pernah kita tulis dikanvas berisikan tentang cerita kita ternyata masih ada. Jangan khawatir, lembaran yang kita tulis ngga akan pernah hilang dan aku lupakan sama halnya kaya kamu, abadi. Kamu akan selalu menjadi tokoh favorit ku, tokoh...