"Fin, udah nonton QnAnya Sena sama Zeuna belum?"
Yosephine menoleh kemudian menunjukkan raut wajah cemberut ketika mendengar pertanyaan Jeya. "Masa gue dibilang galak sih... "
Sena yang sedang fokus ke meja biliar karena sebentar lagi gilirannya, jadi tersentak kecil. "Bercandaan, Fin."
"Followers Yosephine makin banyak abis namanya disebut di youtubenya Darsa woi," sorak Karren mulai ikut bersemangat. "Next sebutin nama gue dong, Sen. Masa video kemarin lo nyebutin Joannn siblings doang."
"Gue nyebutin lo juga, Ren. Tapi dicut anak editing."
"Nama lo nggak menghasilkan profit." Sahut Bening, yang sedang mengunyah cupcake, sekenanya.
Teman-temannya bersorak mendengar kecaman tanpa sadar Bening barusan.
Beberapa siswa Mipa Dua lagi nongkrong di Hide Out. Awalnya cuma Jeya yang ngajakin Haidar sama Karren buat main biliar, terus Bening yang tiba-tiba mau nyobain menu baru di Hide Out, dan akhirnya lebih dari setengah anggota hadir.
"Minggu depan kontennya gimana, Sen?" Tanya Bening. Meski pandangannya terfokus penuh pada piring, gadis itu masih mengikuti obrolan teman-temannya.
"Subscribe, Ning. Tungguin minggu depan pas tayang aja, jangan cari spoileran," ledek Haidar.
Bening tak menjawab, lebih memilih mengunyah pastry yang dia pesan.
"Lo aja belum subscribe gara-gara nggak punya kuota."
Mendengar ledekan Jeya, Haidar langsung memasang wajah menyangkal. "Nunggu wifi di rumah, Je."
"Wifi rumah tetangga?"
Sahutan Bima barusan sukses membuat Haidar terpancing. "Wifi kantor balai desa."
"Tolol," Oni tertawa, tidak seperti temannya yang lain yang justru diam menatap heran Oni. Cowok yang sering disebut Pak Ustadz, yang tiap istirahat selalu ke musholla buat sholat, itu langsung tersadar bahwa barusan dia berkata kasar. "Astaghfirullah."
Teman-temannya kompak menghela napas lega. Barusan mereka pikir kalau teman mereka yang paling lurus dan taat agama itu kesambet. Karena ini kali pertama mereka mendengar kalimat kasar dari mulut Oni.
"Ni, lo jangan keseringan main sama Bima." Kata Karren menyarankan.
Jeya mengangguk. "Bawa pengaruh buruk doang."
"Heh, yang sering ngomong kasar tuh Haidar ya!"
"Gue diem?" Haidar menghentakkan stik biliarnya pelan. "Kenapa kalian semua suka menghina dan menyudutkanku?"
"Udah kodrat elo jadi bahan nista."
Haidar mencibir sahutan Rere. "Lo nggak usah pulang nebeng gue."
"Bisa nebeng Yosephine," jawab Rere enteng.
"Ya nggak bisa dong, Yosephine kan dijemput sama Ignatus."
"Ya bisa dong," sahut Yosephine. "Mipa dua kan lagi dalam misi menyomblangkan Regita sama Igna."
"Dih," cibir Haidar. "Emang Ignatus mau sama Rere?"
"Dih," kata Rere ikut mencibir. "Banyak ya yang naksir gue. Lo jangan menyepelekan pesona gue."
"Lo yang jangan menyepelekan selera Ignatus," kata Haidar semakin mengejek Rere.
"Kok lo jadi ngatain gue sih? Gue jadi terpancing kalo gini," wajah Rere semakin masam. "Gue mau deh, Fin. Gue mau buktiin ke Haidar."
Haidar mengernyit tak paham. "Mau apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Crush
Novela JuvenilZeuna Ashua, Una, anak kelas sepuluh yang kalo foto selalu kelihatan mungil tapi pas ketemu ternyata anaknya jangkung banget. Una tuh adik kelas incaran para kakak kelas dan idaman teman seangkatan. Baru-baru ini SMA Darsa punya project bareng ant...