Tips Modusin Gebetan: 11. Kabut

200 38 8
                                    

"Unaaaa!"




Gadis yang namanya dipanggil justru mematung di ambang pintu.







Yuko adalah tetangganya sekaligus teman main Zemira semasa kecilnya. Terakhir kali Una mendengar kabarnya, Yuko memilih mempertahankan Kewarganegaraan Jepang dan pindah ke sana untuk mengejar mimpinya sebagai atlet figure ice skating.







Senyumannya cerah, seperti bagaimana Una meningatnya.



Una dulu tak punya teman karena dia lebih suka mengekori Papanya untuk bermain musik, tapi Yuko selalu mengajaknya bermain bersama setiap kali ada kesempatan.











"Tinggi banget lo sekarang," sapanya lebih ramah. "Gue nggak percaya pas Mira bilang kalo lo udah hampir dua meter."


Una akhirnya tersenyum ramah membalasnya. "Kak Yuko apa kabar?"

"Lebih dari baik karena gue sekarang masuk Timnas," jawabnya penuh semangat. "Gue nggak nyangka lo bisa satu projek sama Sena. Gue nonton video QnA kemarin, ih, lo sekarang jadi anak eksis ya?"





Una meringis kecil kemudian melirik ke arah dalam kelas. Benar juga, Sena adalah anak emas Pak Yama dan Yuko adalah anak sesungguhnya dari Pak Yama, pantas saja mereka bisa saling mengenal.




"Kak Yuko lagi liburan ya?"

Yuko tampak berpikir sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Lebih ke kabur?" Dia terkekeh pelan. "Abis ini kan mau olimpiade winter dan gue udah lolos penyisihan. Sambil nunggu ketentuan tambahan, gue pulang Indo buat liat persiapan Sena."







Tiba-tiba senyum Una sedikit mengendur dan berubah jadi senyuman getir. Kenapa hatinya tidak menyukai kalimat barusan?

Prasangkanya mulai memenuhi diri, namun cepat-cepat Una menepisnya dan berusaha abai.






"Mira masih langgeng ya sama pacarnya yang dari SMP dulu?" Tanya Yuko beralih topik yang hanya dibalas Una dengan anggukan singkat.








Rasa tenggorokan Una benar-benar kering. Memikirkan kalimat Karina yang mengatakan bahwa gadis yang Sena suka hanya menganggap sebagai adik, membuat Una menelisik jauh ke mata cokelat Yuko, gadis itu juga lebih tua dari Sena. Terlebih, mereka juga sudah lama saling mengenal.


Prasangkanya mengundang kecanggungan yang Una takutkan. Dia tidak bisa bersikap biasa saja sekarang.







"Na?"

Una mengerjap begitu Yuka menggoyangkan bahu Una pelan.

"Kok ngelamun? Gue ajakin ngomong juga,"

"Iya, kenapa, Kak?"


"Zemira mau ke sini juga. Katanya dia ngefans sama Deri, guest acara kalian nanti," jelas Yuko. "Terus abis itu, gue sama Zemira mau jalan ke Gladiol Mall. Lo mau ikut?"

Una tersenyum tipis. "Abis ini, aku mau ke birthday partynya Kakak Kelasku, Kak."

Yuko mendesah pelan. "Nggak bisa ikut dong?" Setelahnya, Yuko mengernyit. "Bentar deh, Sena juga mau ke pesta ulang tahun temennya."

"Iya, Kak. Aku mau ke pesta ulang tahunnya temen sekelas Kak Sena."

"Ah!" Pekiknya tersadar. "Temen Sena yang nonton latihannya kapan hari itu?"

Una mengangguk.




"Oh, jadi yang Zemira cerita kalo lo sekarang mainnya sama selebgram, itu maksudnya temen sekelas Sena?" Simpul Yuko berbekal kabar yang dia terima dari Zemira. "Wah, dunia sempit banget ya? Childhood friend gue sekarang temenan sama anak kecil yang gue ajarin skating dulu."

Ice Crush Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang