Pertemuan Pertama

877 71 7
                                    

Di tengah jam pelajaran, justru ada banyak orang berkumpul di Ruang OSIS.

Mereka nggak lagi bolos bareng kok, buktinya ada Bu Davikah dan Pak Jo di sana.




Pintu diketuk dari arah luar, sedetik kemudian seorang gadis menyembulkan kepala ketika pintu terdorong.

Wajahnya kecil dengan fitur wajah sempurna. Rambut panjang gadis itu menggantung indah dari balik bahunya.

"Permisi."


Gadis cantik itu kini benar-benar masuk ke dalam ruangan. Semua orang hampir tercekat oleh tinggi gadis itu.

Wajah imutnya berbanding terbalik dengan tubuh jangkungnya.



"Una, sini!"

Namanya Zeuna Ashua, anak kelas sepuluh Mipa biasa. Bahkan dia cuma ikut klub baca.

Una duduk di samping kakak kelas yang memanggilnya barusan. Namanya Denara, mereka bisa saling kenal karena emang les di tempat bimbel yang sama. Mereka kenalan pas lagi sama-sama nunggu ojek online.

"Kak Denara juga ikut project ini?" Tanyanya begitu duduk.

Sebelum ini, Una memang sudah ditawari sama Bu Davikah buat gabung. Awalnya dia mau nolak karena takut ganggu waktu belajarnya, tapi setelah dibujuk Bu Davikah berkali-kali dan mikir lama akhirnya dia mau.

Katanya projek ini bertujuan untuk menampung bakat dan sebagai sarana para siswa menunjukkan minat mereka, tentunya juga buat mengeksplor Darsa sekalian promosi sekolah lewat konten Youtube.

Denara menggeleng, "awalnya ini ide Bu Davikah sama Pak Jo, gue cuma bantu ngumpulin kalian aja. Jadi seenggaknya gue datang ke pertemuan pertama ini."

"Jadi Kak Denara yang usulin nama gue?"

Kakak kelasnya itu tertawa kecil, "abisnya gue bingung banget, terus kapan hari lo juga bilang kalo lo tuh sebenernya pengen coba jadi MC gitu kan. Jadi ya udah, gue usulin ke Bu Davikah dan ternyata doi setuju."

Una mengulum senyum, "tapi gue takut malah ngehancurin projek ini, kak. Gue kan nggak pernah ngelakuin ginian."

"Una, semua pasti ada yang pertama kok. Santai aja, karena untungnya... " Denara menghentikan kalimatnya lalu mengangkat dagu ke arah pintu, "lo nggak sendirian buat mulai awal baru lo ini."

Una ikut menoleh ke arah pintu. Seorang cowok baru saja masuk, mengedarkan pandang lalu memutuskan untuk duduk di samping Herdin, Si Ketos, yang duduk di samping Pak Jo.

Ganteng banget.


Cowok itu punya alis tebal. Wajahnya sama sekali tidak menampilkan senyum, wajah tampannya itu benar-benar mereperentasi sikap dingin.








"Oke, kayaknya semua udah di sini."

Una mengerjap ketika Pak Jo dengan lantang berbicara. Pria tampan yang kebetulan adalah guru Bahasa Inggris itu sudah berdiri di tengah ruangan.


"Semua pasti sudah tau kan alasan kita ada di sini."

Pak Jo melirik sekilas Bu Davikah dengan senyum manisnya, "Bu Davikah, yang dibantu Denara, sudah berdiskusi panjang sampai akhirnya tim ini terbentuk. Perlu banyak pertimbangan untuk memilih yang terbaik dan juga punya minat pada projek ini. Dan pertama, saya mau ucapkan terima kasih untuk kalian yang mau bergabung."

"Kita juga sudah menyepakati tim-tim yang dibentuk, dari tim penulis naskah dan kreatif, tim kameramen, tim editing, dan yang terpenting produser utama kita." Lanjut Pak Jo.


Ice Crush Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang